"Kenapa aku harus marah?"

"Yah, kau tahu, karena aku tidak bisa mengantarmu sekarang" sembari mengatakan itu, Yeonjun menelusupkan kepalanya diceruk leher Soobin, memberikan kecupan kecupan ringan disana.

Kedua tangan si manis naik, sebelah tangannya memeluk leher Yeonjun dan sebelahnya lagi menelusupkan jari-jarinya di rambut silver Yeonjun yang kini sudah berubah menjadi hitam, merematnya pelan. "Aku tidak se-kekanak-kanakan itu"

"Really?"

"Eum, se-sebenarnya, aku sedikit tidak menyukainya. But it's fine. Pekerjaanmu lebih penting. Lagipula, aku tidak boleh mengganggu urusan pekerjaanmu kan?"

"Aku senang kau mengingatnya"

Soobin mengangguk dan semakin menjenjangkan lehernya, memberi akses pada Yeonjun untuk terus menciuminya.

Soobin memejamkan matanya erat saat ciuman Yeonjun dilehernya semakin beringas. "J-jun, jangan membuat tanda"

Yeonjun hanya berdeham. Sebenarnya, ia ingin sekali memenuhi leher Soobin dengan bercak bercak kemerahan hasil karyanya. Hanya saja mereka sudah sepakat untuk tidak membuat tanda dibagian tubuh yang terekspos agar Soobin tidak perlu menutupinya dan tidak akan membuat orang lain curiga.

Tubuh Soobin berjengit kaget saat sebelah tangan Yeonjun turun kebawah, menuju dua bongkahan bulatnya dan meremasnya pelan.

"Ugh... Yeonjun..."

Soobin menekan kepala Yeonjun agar menciumi lehernya semakin dalam. Sebelah tangannya mengusap dada Yeonjun pelan dan semakin turun menuju tubuh bagian selatan yang lebih tua, merabanya dan saat itulah, Yeonjun tiba tiba menarik diri menjauh dan berujar menyebalkan, "Time's out. Aku harus pergi sekarang"

'Wtf?'

Terakhir, Yeonjun mendekati telinga Soobin dan berbisik pelan, "Jangan sampai kau terlalu menegang karena sentuhanku barusan. Okay, baby? Aku pergi" dan Yeonjun memberikan satu kedipan genit sebelum menutup pintu rumahnya.

Tangan Soobin mengepal dikedua sisi tubuhnya dengan wajah memerah, menahan malu dan amarah karena Yeonjun mempermainkannya.

"FUCK YOU, JUN!"

***

Yeonjun berjalan keluar dari gedung sembari terkekeh pelan. Sekarang, Soobin pasti sedang mengumpatinya.

Sebenarnya jika saja rapat yang akan ia hadiri sekarang ini tidak terlalu penting, Yeonjun benar benar akan kembali menerkam Soobin. Entah karena malas memakai baju atau memang berniat menggodanya, yang jelas, Soobin berhasil membuat Yeonjun semakin tidak mau melepaskannya.

Ia berjalan menuju mobil yang akan dinaikinya menuju kantor, meninggalkan Soobin yang kini menatapnya dari balkon lantai tiga, tempat penthousenya berada.

Melambaikan tangan sembari memberikan senyumannya, Yeonjun terkekeh pelan ketika balasan yang ia dapatkan jauh dari bayangan.

Bukannya balas melambai atau setidaknya menganggukkan kepala, Soobin malah menatap Yeonjun datar. Ia mengangkat tangan kanannya dan mengacungkan jari tengahnya untuk si mata kucing dibawah sana.

He got a middle finger from his baby, huh?

Yeonjun kembali terkekeh pelan. Ia hanya menganggukkan kepala mengerti dan memasuki mobilnya. Entah kenapa keberanian Soobin justru membuatnya merasa terhibur.

Mungkin, karena ini kali pertamanya ia diperlakukan seperti ini? Sebelumnya, saat ia menjalin sugar relation dengan orang lain mereka hanya akan menurutinya, just like a good dog. Tapi Choi Soobin, jika diibaratkan, ia adalah anjing liar yang masih sangat sulit untuk dijinakkan. Dan Yeonjun merasa tertantang untuk bisa menaklukkannya.

Hei, Baby boy - yeonbinWhere stories live. Discover now