07. Abel Hilang

Comincia dall'inizio
                                    

“Sangat disayangkan,” gumam Abel.

“Ha? Lo ngomong apaan, Bel?”

Abel menggeleng dengan cepat. “Nggak. Eh, Abel mau ke toilet bentar ya, udah nggak tahan lagi, nih.”

“Mau gue temenin?" tawar Naida yang di tolak mentah-mentah oleh Abel. Dengan cepat ia berlari, membuat Cassia mendesah pelan.

“Emang Abel tau di mana letak toiletnya?”

“Lah, iya juga, ya. Yaudah, kita susulin aja.”

Akhirnya Naida dan Cassia berlari mengejar Abel.

“Kalau nyasar, kan, nanti berabe urusannya. Takut Banu ngamok.” Naida tertawa pelan. Membenarkan ucapan Cassia.

🏍️🏍️🏍️

“Aduh, toilet di mana, sih?” tanya Abel pada dirinya sendiri. Setelah bertanya kepada orang, orang tersebut menunjukan ke arah ini, tapi bukannya toilet yang ia dapati, malah lorong panjang yang sepi.

“Mungkin aja, kan, ya? Toiletnya sengaja dibuat jauh dari keramaian.”

Tanpa pikir panjang lagi, Abel segera berlari, mencoba untuk menemukan toilet. Sungguh, ia sudah sangat kebelet.

“Aish, ini, sih, namanya Abel udah nyasar.”

Sejenak, Abel berhenti. Memutar badannya. Kini ia sudah sangat jauh dari keramaian. Tanpa sadar Abel menahan napas saat sileut seseorang terlihat tak jauh darinya.

“EH-EH, INI KENAPA JADI HOROR, SIH?” tanya Abel membatin. Jadi panik sendiri.

“Oke, rilex. Fokus cari toilet dul—addduhhh udah nggak tahan lagi?” Abel sengaja merapatkan kedua kakinya. “ASTAGAAAA, ABEL BUTUH TOILET SEKARAAAAAANG!”

Dengan sedikit tertatih-tatih, Abel bersandar di dinding. Sudah dapat di pastikan ia nyasar. Tapi, Abel yakin ia masih berada di lantai satu mall.

Samar-samar Abel dengar suara ketukan sepatu yang semakin lama semakin jelas. Dengan susah payah Abel berdiri tegak. Menahan diri untuk tidak tumbang saat ini juga. Di depannya, tidak jauh darinya, ada tiga cowok berperawakan besar.

Abel sedikit bergetar ketakutan. “H—hai, nyasar juga, Om?” mulut sialan. Bisa-bisanya bertanya seperti itu kepada orang asing. Abel tersenyum tipis, sangat dipaksakan. Keadaan semakin mencekam baginya. Bahkan rasa ingin pipis pun sudah lenyap entah kemana.

“Dia, kan, orangnya?” tanya salah satu dari mereka. Orang yang menggunakan celana sobek-sobek mengangguk.

“Yaudah, tunggu apa lagi. Bawa, bego!”

Tanpa banyak basa-basi lagi, dua orang yang sama-sama menggunakan jaket hitam tersebut sudah berada di samping Abel, memegang kedua tangannya dan menahan pundaknya agak tidak banyak bisa bergerak. Abel melototkan Keda matanya.

“EH-EH BENTAR!” kedua orang tersebut berhenti menyeret tubuh Abel. “Abel diculik?” tanya polos dengan kedua mata yang sedikit menyipit.

“Lo bukan anak TK lagi, lo pasti tau kalau lagi diculik!”

“Lah, ngapain?” tanya Abel. “Abel nggak punya apa-apa.”

ATLANTAS || ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora