22. Senja Di Rumah Sakit

4.7K 415 14
                                    

Abel memakan potongan buah apel merahsambil bernyanyi pelan

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Abel memakan potongan buah apel merah
sambil bernyanyi pelan. Beberapa menit yang lalu Atlantas baru saja izin pergi ke kantin Rumah sakit untuk makan. Abel hanya mengangguk saat itu.

Dan tak lama kemudian pintu di ketuk dari luar, dan muncullah wajah Naida, Cassia, Mitsuko yang membuat senyuman Abel melebar.

"Hai, gimana keadaan lo?" tanya Naida sesampainya di samping brankar Abel.

Abel masih mempertahankan senyumannya. "Halo, seperti yang Naida lihat Abel udah baikan sekarang."

"Syukurlah. Eum, maafin kita ya, Bel. Seharusnya kemarin kita nemenin lo sampai pulang bareng Atlantas," ucap Cassia dengan nada lirih.

"Itu bukan salah kalian, kok. Yang namanya musibah kan emang datang secara tiba-tiba," ucap Abel.

"Tapi tetap aja Bel, gue nggak enak sama lo." Cassia mengusap-usap pelan punggung tangan Abel yang masih terpasang infus.

"Santai aja. Kan udah Abel bilang kalau itu musibah. Abel nggak papa, kok."

Naida dan Cassia masih sama-sama dirundung rasa bersalah.

"Udah-udah nggak usah melow, nih gue bawain buah-buahan, Bel," sela Mitsuki seraya mengangkat sebuah keranjang berisikan buah-buahan segar. “Di makan ya, Bel, biar tubuh lo kembali fit.

Abel mengangguk. “Iya. Makasih ya buah tangannya. Tolong sekalian letakin keranjang buahnya di meja situ aja." Abel menunjuk ke sebuah meja yang terletak tak jauh dari brankar. Meja yang ditunjuk Abel tersebut sudah dipenuhi dengan beragam buah.

“Banyak yang jenguk lo sebelum kita, Bel?” tanya Mitsuko setelah meletakkan keranjang buah yang ia bawa.

Abel menggeleng. “Nggak ada, kok. Kalian adalah orang pertama yang jenguk Abel selain sama Bang Banu dan Kak Atlas yang memang udah ada dari kemarin.”

“Terus kenapa buah-buahan di meja sana udah banyak aja.”

Abel sedikit meringis pelan. “Itu Kak Atlas yang beliin tadi malam. Emang banyak banget belinya.”

“Enak banget sih lo di beliin buah sama Atlantas,” ucap Cassia. “Gue jadi curiga kalau sebenarnya lo tuh sama Atlantas emang udah pacaran,” tudingnya.

“Nggak ada, Cas. Kak Atlas emang beliin buah, tapi itu juga karena di suruh sama Bang Banu. Kalau nggak disuruh ya mana mau.”

“Tapi tetap aja gue tuh curiga sama lo dan Atlantas, Bel. Bayangin aja nih ya, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba aja kalian bikin heboh satu sekolah,” papar Cassia. “Gue masih penasaran kenapa waktu itu Atlantas bilang mine ke Abel.”

“Benar juga. Kenapa, ya?” tanya Naida jadi ikutan bingung. “Atau jangan-jangan Atlantas lagi yang demen sama lo, Bel?”

“Nggak mungkinlah!” sanggah Abel cepat. “Lagian mana mungkin, kan? Asal kalian tau aja ya, dari awal Abel sama Kak Atlas itu emang nggak ada hubungan apa-apa. Kita nggak sedekat yang kalian bayangin.”

ATLANTAS || ENDKde žijí příběhy. Začni objevovat