Observing

65 8 4
                                    

Ting! Tong!

Ting! Tong!

Ting! Tong!

"Siapa di sana?"

"Pizza?"

"Baguslah, kau memesan pizza rupanya!"

Plak!

"Ouch! Why'd you do that to my hand??"

"Don't touch it!"

"Gosh, Lia! Kau pelit sekali! Should've known this!"

"Hendery, aku tidak memesannya!"

Pemuda bernama Hendery mengernyit. "So??"

"Ya, jangan menyentuhnya, itu bukan kepunyaan kita! Di mana sopan santunmu??" Lia mengomeli kakak sepupunya itu.

Hendery seolah tak peduli dan mengisyaratkan 'serahkan semua padaku' ke arah Lia. Gadis itu mendelik.

"Maaf, alamat ini betul di sini, kan?" sela pengantar pizza tersebut.

Hendery dan Lia membaca baik - baik alamat yang tertera di kertas yang disodorkan oleh pengantar tersebut. Keduanya serempak mengangguk dilanjutkan Hendery yang tersenyum lebar. Memperlihatkan dimple-nya yang manis.

"Come to me, Baby!" ujar pemuda itu lagi. Ia merentangkan kedua tangannya lebar - lebar seperti siap menyambut kotak ukuran large pizza pepperoni tersebut.

Saat pengantar pizza akan menyerahkannya, lagi - lagi tangan Lia dengan cepat menepis tangan Hendery.

"Yo!" protes Hendery dengan tatapan horor ke arah Lia, "What the hell is so wrong with you??"

"I am not paying for this!"

"Are you deaf or something?? Alamatnya benar untuk diantar kemari! So it's ours, Lia!"

Hendery dan Lia bahkan sudah terlihat seperti akan baku hantam hingga si pengantar pizza menyela lagi, "Sudah dibayar. Selamat menikmati."

Hendery berkacak pinggang dengan tatapan 'benar, kan?' ke arah Lia.

"Tunggu!" seru Lia lagi saat pengantar pizzanya akan beranjak pergi.

"Ya, Nona?"

"Siapa yang memesan dan membayar?"

Pengantar pizzanya tersenyum.

"Atas nama Choi Andrew."

"Felix!! Get your ass down and dig in the pizza...!!" seru Hendery dengan girang seraya masuk ke dalam.

Meninggalkan Lia yang masih merasa janggal.

"Daddy selalu melarangku untuk tidak membeli pizza. Hanya boleh memakan pizza buatan Mommy. What happened?" gumam gadis itu lagi.

Kedua bola matanya tidak lepas dari punggung pengantar pizza yang makin jauh di depan.

Kedua bola matanya tidak lepas dari punggung pengantar pizza yang makin jauh di depan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kidnapper In LoveWhere stories live. Discover now