CinTaurus

41 5 15
                                    

Selamat datang pembaca tersayang. Ini adalah cerpen kedua yang aku publish.

Happy reading guys.

***

Ini adalah kisahku, seorang gadis buruk rupa yang jatuh cinta kepada seorang pangeran berparas rupawan. Aku memiliki kelainan pada kulit wajah, yang menyebabkan pipi bagian kiri berwarna kuning, dan terlihat sangat menjijikkan.

Ayahku telah lama pergi akibat sakit keras yang dideritanya, dan sejak saat itu ibu serta kakak seolah membuangku.

Aku juga tidak ingin seperti ini, tetapi bisakah menolak takdir? Tentu saja tidak, aku hanya bisa bersabar dan menjalani semua apa adanya.

Hari berganti minggu lalu bulan, gudang sepi nan kumuh masih menjadi tempatku disembunyikan. Sejak tiga bulan lalu pindah rumah, ibu tidak memperbolehkanku keluar rumah.

Tetangga tidak ada yang tahu keberadaanku. Karena yang mereka tahu, ibu hanya memiliki seorang anak gadis yaitu kakakku.

Namaku Fiona. Terkadang aku merasa malu dengan nama itu. Fiona yang berarti cantik menjadi nama seorang gadis buruk rupa seperti diriku. Meski begitu, aku sangat menyukainya, karena ini adalah pemberian ayah.

Berbeda dengan kakakku yang sempurna, nama Erlina sangat cocok untuknya. Seringkali aku merasa iri kepadanya. Bagaimana tidak, aku juga ingin mendapat kasih sayang dan dianggap ada, seperti dulu.

Hari-hariku berjalan seperti biasa. Pagi buta, aku harus menyiapkan sarapan dan melakukan segala pekerjaan yang ada di dalam rumah, sebelum ibu dan kakak terbangun. Pada pukul tujuh, aku sudah harus kembali ke gudang. Itu adalah aturan yang ibu buat.

Pernah satu kali aku terlambat bangun dan berakhir dikurung tiga hari tanpa makan. Beruntung sudah dibuatkan kamar mandi di gudang, jadi selama tiga hari itu aku hanya meminum air mentah.

Aku merasa lelah dengan semua ini. Ingin rasanya pergi, tetapi ke mana dan bagaimana caranya?

Ibu memang tidak memperbolehkan diriku keluar, tetapi dia tidak pernah menyakiti secara fisik. Seperti memukul atau menampar. Jadi setiap aku ingin pergi, ada rasa ragu di hati.

Hingga suatu hari, aku berpimpi berjumpa dengan seorang pria yang berpakaian indah bak pangeran dari negeri dongeng. Dalam mimpi, dia mengajakku pergi tapi aku menolaknya karena teringat ibu.

Dua hari telah berlalu dan aku hampir melupakan wajah pria itu. Hingga pada hari ketiga, tepat pukul dua belas malam, ada cahaya menyilaukan menguar dari dinding gudang. Perlahan cahaya itu membesar dan menusuk indera penglihatanku.

Aku menutup kelopak mataku kuat-kuat dan mengahalangi cahaya itu dengan tangan. Berharap cahaya itu tidak menyakiti manik mataku. Meski begitu, ada rasa penasaran dan juga takut mengenai cahaya itu.

"Buka matamu, Sayang."

Terdengar suara pria yang tak asing di telingaku, perlahan kuturunkan kedua tangan yang menutupi mata. Betapa terkejutnya diriku kala melihat pria dalam mimpi tengah tersenyum kepadaku.

Seorang pria berwajah bersih, dengan mata biru yang indah tengah menatapku dengan tatapan penuh cinta. Dia berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya denganku.

"Hei, apa kamu habis menangis lagi?"

Aku hanya diam membisu. Suaraku seolah hilang saat tangannya menyentuh wajahku. Tidak ada tenaga dan keberanian untuk menjawab pertanyaan sederhana darinya.

Diriku seperti kehilangan pijakan, jiwaku melambung tinggi kala kulit kami bersentuhan. Mata ini terpejam menikmati belaian tangan lembutnya di pipiku.

CinTaurus (End)Where stories live. Discover now