0.1

3K 343 39
                                        

Renjun membawa wadah berisikan air dan handuk kecil untuk mengompres wajah Jeno yang babak belur akibat perkelahian tadi. Mereka berempat sudah berada di apartemen milik Renjun. Haechan dan Jaemin sibuk memasak makanan untuk mereka berempat.

Sedangkan Renjun fokus mengompres wajah Jeno. Suasana cukup hening, hanya sesekali terdengar ringisin Jeno yang merasa kesakitan.

"Apa kamu mabuk saat berkelahi dengan lelaki tadi?" Ucapan Renjun memecah keheningan di antara mereka berdua, setelah Renjun selesai mengompres wajah Jeno.

"Aku masih cukup sadar untuk meninju Hyunjin."

Ya, Renjun juga tau kalau sahabatnya ini tidak mabuk sama sekali. Walaupun sedikit tercium bau alkohol dari mulut Jeno.

"Lalu? Apa masalah kalian?"

Jeno melirik sekilas kearah Renjun lalu mentap langit-langit ruang tengah apartemen sahabatnya. Jeno menghelekan nafas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Renjun, "dia menuduhku memakai ganja."

"Hah?"

Sudah di tebak reaksi Renjun seperti itu-- mata membulat kaget dengan wajah yang tidak percaya. Jeno hanya tersenyum tipis melihatnya.

"Kamu serius, Jen?"

Jujur saja Renjun sangat terkejut mendengar ucapan Jeno, bagaimana bisa Hyunjin menuduh sahabatnya seperti itu? Memakai ganja? Hah, yang benar saja. Walaupun dia akui, dia dan sahabat-sahabatnya itu selalu meluangkan waktu ke bar untuk sekedar minum alkohol, tetapi mereka sudah sepakat untuk tidak menyentuh barang haram yang satu itu.

"Ya, aku serius."

"Siapa dia berani-beraninya menuduh kamu seperti itu?"

"Ayahnya rekan bisnis ayahku."

"Aku tidak peduli, dia sudah menuduh sahabatku dan bikin sahabatku ini babak belur. Kalau bertemu lagi dengan lelaki itu, akan aku pastikan dia bonyok ditanganku."

"Halah, yang ada kamu yang bonyok, Njun."

Itu bukan suara Jeno, melainkan suara Haechan. Ya, Haechan dan Jaemin baru selesai masak dan membawa masakannya ke ruang tengah dimana Jeno dan Renjun berada.

"Heh, jangan salah ya. Aku walaupun kecil begini tenaga ku bisa seperti gajah."

"Tidak percaya tuh."

"Yak, Haechan!"

Sebelum Haechan dan Renjun memulai perang, mereka sudah dihalangin oleh Jeno dan Jaemin.

"Lebih baik kita makan dulu, aku lapar omong-omong." ucapan Jaemin di angguki oleh ketiga sahabatnya, mereka makan dengan lahap diiringi ledekan untuk satu sama lain.

*Red String*

Jaehyun baru saja sampai di mansion pribadinya, para maid berjajar rapi menyambut kedatangannya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, tetapi para maid tersebut begitu mematuhi aturan yang berlaku di mansion itu. Jaehyun berjalan melewati para maid itu satu-persatu, sedangkan para maid itu menundukkan badannya sebagai bentuk hormat untuk tuannya.

Dengan santai Jaehyun berjalan kearah kamarnya, dirinya ingin cepat-cepat membersihkan diri lalu tidur dengan nyaman. Besok adalah hari libur, hari dimana dia bisa santai-santai sejenak dari uran pekerjaan. Sejujurnya Jaehyun meresa bosan menjalani hidupnya yang selalu dipenuhi dengan urusan bisnis.

Jaehyun segara berjalan kearah kamar mandinya, dirinya melepaskan segala penatnya melalui guyuran air yang berasal dari shower yang menyala. Air dingin itu segara membasuh tubuhnya yang lelah, dirinya menikmati bagaimana tubuhnya yang di guyur oleh air itu. Jujur saja dia tidak merasa kedinginan sama sekali mandi di waktu dini hari seperti ini, menurutnya itu sangat menyegarkan.

Red StringWhere stories live. Discover now