Pria itu berjalan sedikit menunduk dan mengenakan earphone, pria itu juga menyapa setiap orang yang dilalui dengan senyuman diwajahnya. Tapi, Jisoo tahu semua raut wajah kebaikan dan senyuman manis itu hanyalah kepalsuan dari keadaan sebenarnya.

 Tapi, Jisoo tahu semua raut wajah kebaikan dan senyuman manis itu hanyalah kepalsuan dari keadaan sebenarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Aku menemukannya." Jisoo berucap dengan sudut bibirnya yang terangkat.

Ten mengamati pria yang menarik perhatian Jisoo, jujur saja Ten tidak bisa merasakan aura keputusasaan dari pria itu. Bahkan pria itu tampak baik-baik saja dan religius, itu terlihat dari kalung yang ia kenakan.

"Kau yakin? Dia tampak sulit untuk dibawa."

"Dia menarik sebab semua yang kau lihat hanya topengnya saja."

"Wow, Putri dari raja iblis memang-"

"Berhenti mengucapkan kalimat itu, pergilah cari mangsamu!" Amuk Jisoo yang memang sudah muak dengan ucapan Ten.

☆☆☆☆

Jisoo memperhatikan setiap gerak gerik Taeyong, pria yang cukup menarik perhatiannya. Ekspresi  yang selalu tersenyum seolah ia tidak memiliki masalah sedikitpun, kemurahan hatinya menolong sesama seolah dia pria yang penuh empati. Namun, tidak ada yang tahu siapa sesungguhnya pria itu, hanya Jisoo yang bisa aura kelam penuh rasa keputusasaan dari Taeyong.

Pria itu sakit.

Jisoo memperhatikan dengan sinar mata yang merah menyala dikegelapan. Tubuhnya duduk bersandar pada dahan kayu pohon oak yang sudah terlihat sangat tua, kakinya yang jenjang menjuntai mengayun pelan mengikuti irama lagu yang disenandungkannya dari bibir mungilnya.

Dia tersenyum, memperlihatkan taringnya.

'Wush'

Dia menghilang secepat kilat seperti hembusan angin, dan sedetik kemudian dia sudah berada tepat dihadapan seorang lelaki yang sedang asyik memainkan jemarinya pada tuts pianonya.

"Jadi tuan putri apa kau sudah berhasil menggodanya?." Tanya Ten yang juga berada disini menganggu rutinitasnya.

"Apa aku mengijinkanmu ikut campur?." Tanya Jisoo.

"Kau tahu, ini hanya rasa penasaranku saja, aku tidak ingin ikut campur." Ten mengelak.

"Lalu kenapa kau selalu muncul tiap kali aku menjalankan misiku?." Jisoo tampak menahan amarahnya.

Ten memperhatikan Taeyong yang tampak menikmati alunan musik yang dikeluarkan dari tuts pianonya.

"Kau menjalankan misi atau hanya menikmati wajah tampannya?." Ten menujuk wajah Taeyong yang memang tampan itu.

"Pergi atau kucakar wajahmu sampai hancur." Perintah Jisoo yang lelah tiap kali Ten menganggu proses pengintaiannya.

Ten terkesiap melihat cakar Jisoo yang berada dibawah dagunya, ia mengepakkan sayapnya bersiap menghilang dari sana.

"Anak itu, kenapa suka sekali mengangguku."

Jisoo memejamkan matanya menikmati alunan musik yang dihasilkan dari jemari indah sang pianis. Jemari Jisoo  menyentuh pinggiran piano itu dan ia berjalan perlahan mengitari piano  itu.

Langkahnya terhenti saat dirinya berada tepat dihadapan Taeyong, dia menunduk sedikit dan memperhatikan dengan lekat paras nan rupawan dihadapannya ini. Sangat tampan namun berbanding terbalik dengan nasib yang dialaminya.

"Kau pasti lelah, rasa sakit itu begitu menyiksamukan ? Akhiri saja dan bergabunglah bersamaku, Lee Taeyong." Jisoo berbisik tepat ditelinga kiri Taeyong, kaum iblis membisikkan kalimat-kalimat berpengaruh agar manusia mau menuruti mereka.

Taeyong hanya bergidik seraya memejamkan matanya. Mungkin dia menghiraukan kedatangan sosok cantik dihadapannya ini atau mungkin dia memang tidak melihat sosok cantik ini.

Jisoo memperlihatkan wajah datarnya, baru kali ini manusia tahan akan bisikan iblis. Padahal manusia rapuh seperti Taeyong ini paling mudah untum dijerumuskan dalam jurang keputusasaan.

Kali ini Jisoo telah duduk dihadapan Taeyong, lebih tepatnya diatas piano yang sedang dimainkan. Ia menatap lekat netra pria itu, tampak kosong dan mati namun kenapa bisikannya tidak sampai padanya.

Apa yang sedang dipikirkan oleh pria ini sehingga sulit sekali untuk menggodanya.

☆☆☆☆☆

Devil's Cry - Taeyong ft Jisoo ☆Where stories live. Discover now