"Sedang apa kau di sana?"

"Ah? Oh, tidak. Hanya melihat-lihat fotomu saja,"

"Kemari!" Dia menarik tanganku keluar dari kamarnya. Lalu menutup pintu kamarnya.

Aku jadi curiga.

"Lebih baik hari ini kau temani aku saja," ucapnya sambil mendudukkanku di sofa ruang tamunya.

"Tidak mau. Aku mau pulang saja. Toh, aku sudah mengobati lukamu,"

"Kau hanya mengobati luka di tangan dan pipiku,"

"Memangnya ada lagi? Dimana?" Tanyaku khawatir.

"Di hati."

Oh, ayolah Choi Beomgyu....

"Kau mulai lagi." Aku mengalihkan pandangan darinya.

"Kau harus tanggung jawab karena membuat hatiku memilihmu." Ucapnya lagi.

Haruskah aku teriak sekarang?

"Diamlah! Atau aku pulang saja?"

"Kau mau tanggung jawabkan?" Tanyanya.

Aku beralih menatapnya. Sial, aku malu. Kenapa?

"Aku pulang saja!"

Baru saja aku hendak beranjak, Beomgyu menahan tanganku, membuatku berdiri menghadapnya.

"Jangan pulang, atau aku cium?"

Apa dia sedang mengancamku?

"Astaga, kau ini kenapa..." Aku hanya dapat menggelengkan kepalaku heran. Beomgyu semakin tidak waras sepertinya.

Dia menarikku lagi, "kau tidak mau dengar?"

"Ya ampun, kau ini kenapa sih? Aku mau tidur. Jangan halangi ak—"

Cup

Sialan. Dia benar-benar menciumku.

"Yha!! Apa-apaan—"

"Aku sudah mengatakannya padamu,"

"Aish! Ya sudahlah. Aku akan temani sampai jam 12 siang saja. Setelah itu aku pulang."

Akupun mendudukkan kembali tubuhku ke atas sofanya. Melihatku menurut seperti ini, membuat Beomgyu tertawa penuh kemenangan.

"Yera, entah kenapa sepertinya aku pernah melihatmu," ucapnya tiba-tiba.

"Tidak mungkin."

"Aku yakin, sepertinya aku pernah melihatmu. Tapi aku tidak ingat dimana."

"Kitakan tidak pernah saling kenal,"

"Apa ini dejavu?"

"Tidak. Kau hanya terlalu bucin padaku,"

"Aigoo... Sepertinya benar begitu." Beomgyu terkekeh.

"Yera!" Panggilnya.

"Apa lagi?"

"Mau menikah denganku?"

Mendengar pertanyaannya seperti itupun sukses membuat aku menoleh kaget ke arahnya.

"Kau gila?! Kitakan masih sekolah."

"Jadi kalau sudah tidak sekolah, kau mau?"

"Sinting!"

-The Doll-

16.13

Aku kini sedang pergi ke supermarket terdekat untuk sekedar membeli minuman botol. Aku sedang ingin minum kopi. Tapi aku tidak membeli stok kopi sewaktu pergi ke mall. Jadinya aku pergi ke supermarket saja.

"645 won."

"Ini uangnya,"

"Ini kembaliannya. Terimakasih telah berbelanja."

"Iya terima kasih juga."

Kring!

Akupun keluar dari supermarket setelah membeli minuman kopi yang aku inginkan. Setelah ini aku ingin segera pulang ke rumah dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang belum sempat ku kerjakan.

Tapi saat aku hendak berjalan pergi, aku mendengar suara panggilan dari arah belakangku.

"Cu..."

Aku menoleh. Dan melihat seorang nenek tua yang badannya sudah bungkuk berjalan menghampiriku.

"Nenek? Ada apa?" Aku mendekat ke arah sang nenek sambil memegangi tubuhnya yang sudah goyah itu.

"Aku melihat bayangan hitam di sekitarmu. Kau harus waspada." Ucap nenek itu membuatku kebingungan.

"Maksud nenek?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Sesuatu yang bersifat negatif sedang mengikutimu,"

"Sesuatu yang negatif?"

"Kemarilah!" Nenek itu memintaku untuk mendekat.

"Jika dia mengetuk pintu tanpa mengucapkan apapun, jangan kau buka. Mengerti?"

Aku terdiam tak paham dengan ucapannya.

"Tapi nek—"

Bugh!

"Akh!"

Ucapanku terhenti saat sebuah bola basket mengenai kepalaku dengan cukup keras. Membuatku sedikit merasa pusing dan pandanganku buram.

Aku menoleh ke belakang, seorang pria terlihat berjalan ke arahku, "hei! Sedang apa kau berbicara sendirian di situ?"

Berbicara sendiri? Buta sepertinya dia. Jelas-jelas aku sedang berbicara dengan seorang nenek-nenek.

"Sendirian? Kau tidak lihat nenek—eh?" Aku menghentikan ucapanku saat menyadari bahwa nenek yang memanggilku tadi sudah menghilang begitu saja.

Bagaimana bisa dia berjalan secepat itu dengan tubuhnya yang sudah mulai gemetar?

"Dari tadi aku perhatikan kau berbicara sendiri. Sebaiknya kau pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan jiwamu." Ucap pria itu lalu pergi meninggalkanku setelah mengambil kembali bola basketnya.

Aku berbicara sendiri?

Tidak mungkin! Jelas-jelas ada seorang nenek tua tadi memanggilku.

Aku,

Tidak gilakan?









-TBC-










Epilogue










"Aku ingin berbicara sesuatu padamu,"

"Tumben sekali. Ada apa?"

"Tolong lindungi Yera."

"Sudah pasti aku akan melindunginya."

"Baiklah. Terimakasih."

"Hei!"

"Kenapa kau memintaku melindunginya?"

"Karena aku mencintainya."

(𝟏) 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐁𝐄𝐎𝐌𝐆𝐘𝐔]✓Where stories live. Discover now