Suara yang berasal dari gesekan antara alat tulis dan buku menjadi latar didalam ruangan besar itu. Dua orang yang berada didalamnya sibuk pada kegiatan masing-masing. Yang satu sibuk menulis, satu lainnya sibuk mengamati dengan netra cokelat tajam miliknya.
"Bagaimana kuliahmu?" tanya seorang pria jangkung kepada sosok yang lebih mungil. Punggung sempit yang membelakanginya masih tampak tenang.
"Biasa," jawab si mungil tenang. Ia memunggungi suaminya yang sejak tadi duduk ditepi meja kerjanya sembari memperhatikan ia.
"Kalau dikampus jangan banyak tingkah. Jangan dekat-dekat dengan orang tidak jelas," ujar Jaehyun.
Renjun memutar bola matanya malas. "Contohnya?"
"Minhyung? Hendery? Jungwoo?" Jaehyun menaikan alis tanda ragu dengan ucapannya. Pasalnya saja ia tak tahu pasti nama-nama yang disebutnya benar atau tidak.
"Lho? Kita kan sudah ada perjanjian. Jadi Bapak tidak bisa mengatur saya seenaknya. Bapak tidak puas apa?" Renjun berdecak kesal. Ia kembali mengabaikan suaminya dan melanjutkan pekerjaan sekolah yang sempat tertunda. Sedikit kesal mengingat ucapan Jaehyun yang mana menurutnya terlalu mengekang.
Suara helaan nafas yang lebih tua terdengar jelas. "Saya suamimu," ucapnya tajam.
Diantara gerakan tangan yang masih sibuk, Renjun memutar ingatan tentang perkataan Jaehyun. Memang benar mereka pasangan? Benar. Tapi apakah harus di ingatkan lagi jika mereka hanya keterpaksaan atas nama tanggung jawab.
Jaehyun memutar kursi yang di duduki Renjun menghadapnya. Dirinya berdiri tepat dihadapan Renjun kini. Ia menarik kursi itu mendekat ke arahnya. Menarik dagu si mungil untuk menatapnya juga. "Saya tidak suka dibantah, Renjun."
Entah bagaimana Renjun harus mengilustrasikan keadaan. Terkadang sifat dan sikap Jaehyun tidak menentu. Ada masanya pria itu akan menunjukkan sisi posesifnya, lalu dilain waktu acuh seolah tak peduli.
"Saya juga tidak suka diatur," tutu Renjun sedikit jengah.
Namun sedetik kemudian, seringaian licik muncul dibibir penuh dominan kelahiran 27 tahun lalu itu. Tangannya ia jauhkan dari wajah ayu istrinya. "Silahkan keluar dari rumah ini kalau memang tidak suka diatur," ucapnya jelas membuat Renjun tertohok.
"Setidak ada harganya, ya, saya dimata Bapak?" Tanya Renjun dengan pandangan enggan menatap sang lawan bicara. Ngilu menjalari dadanya, Jaehyun memang tidak menolak dinikahkan dengannya. Tapi lelaki itu juga jelas tidak pernah mengatakan apapun pada Renjun. Seperti, suka?
Jaehyun menatap dalam Renjun yang tengah menundukkan kepala ditempat duduknya. Jemarinya meremat pena dengan gelisah. "Apa jawaban yang kau mau? Ya?" Tanyanya. Renjun mengatur nafasnya yang sedikit sesak.
"Pak?" Panggilnya menatap tepat pada bola mata dengan iris cokelat gelap didepannya. "Kalau capek berhenti saja, ya? Saya juga."
"Dari banyak hari yang saya lewatin bersama Bapak, saya tahu Bapak masih sering berharap calon istri Bapak segera bangun." Renjun menarik nafas berat. Jaehyun terlalu membingungkan untuk dipahami olehnya. "Maaf ya, Pak. Gara-gara orang tua saya Bapak batal menikahi calon istri Bapak."
"Kau kecewa?"
Renjun tidak membalas, ia beranjak dari sana setelah meletakkan alat tulisnya diatas buku tugasnya. Sempat melempar senyum tipis pada Jaehyun sebelum benar-benar meninggalkan pria itu sendiri dalam ruang kerjanya dan yang kini menjadi ruang belajar Renjun juga.
____________________
JAEREN
____________________
Jung Jaehyun (27)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Huang Renjun (23)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PAK JAEHYUN back! Ada yang masih ingat cerita ini? Cerita pertama yang aku buat dipertengahan tahun 2020 yang dihapus pada awal tahun 2021. Sekarang kembali dengan alur yang berbeda. Semoga suka💚