Red

815 67 0
                                    

Athanasia menggeliat kecil ketika merasakan pergerakan halus disepanjang pipi hingga turun ke rahangnya. Usapan-usapan halus itu mulai berubah menjadi cubitan-cubitan kecil dipipinya.

Awalnya putri kerajaan Obelia itu berusaha mengabaikan apapun itu yang tampaknya sangat berusaha untuk mengusik tidur cantiknya.

Hei! Athanasia baru bisa tidur pukul satu tadi malam. Tugas yang diberikan ayahnya benar-benar tidak main-main. Yah, mau bagaimana lagi, suatu saat dia akan menggantikan ayahnya mengurus kerajaan yang tidak bisa dibilang kecil ini, sudah sepantasnya ia belajar menjadi seorang ratu yang baik.

Ya, niat awalnya memang mengabaikan penggangu tidur cantiknya, tapi tampaknya pengganggu ini benar-benar pantang menyerah. Sesuatu yang Athanasia yakini adalah tangan itu kini mengusap lembut tengkuknya yang terbuka karena rambut pirang platinanya tersibak.

Athanasia meremang. Tengkuknya adalah salah satu bagian paling sensitifnya dan tangan nakal itu tak berhenti mengusapnya sedari tadi!

Dengan berat hati Athanasia mulai membuka matanya, memperlihatkan manik biru permatanya yang cantik.

Ia mengerjap sekali dua kali dan ketika kesadarannya sudah kembali seratus persen, yang pertama kali ia lihat adalah merah.

Merah?!

Athanasia refleks mundur kebelakang ketika wajah tampan Penyihir Menara Hitam adalah hal pertama yang ia lihat di pagi hari.

"Lucas?!"

Athanasia sontak menutupi tubuhnya yang hanya dibalut gaun tidur tipis berwarna putih dengan selimut yang ada dipangkuannya.

Lucas sendiri malah menyeringai kecil, tampaknya ia terhibur dengan ekspresi baru yang Athanasia keluarkan pagi ini. Biasanya gadis itu hanya akan memukulinya dengan tangannya yang sekuat baja ataupun melemparinya dengan bantal.

Tapi pagi ini berbeda.

Gadis cantik itu memunculkan semburat merah pada pipinya.

"Kamu merah, Athanasia."

Lucas berujar tenang, seolah ia tak habis melakukan sesuatu yang kurang ajar. Menyentuh seorang putri raja yang tengah tertidur pun berada di kamarnya pagi-pagi buta adalah hal kurang ajar kan?!

"M-merah?"

Athanasia merutuki mulutnya yang malah tergagap. Tak seperti biasanya yang melontarkan kata-kata pedas pada Lucas.

Salahkan saja manik Rubynya itu! Jujur, sejak pertama kali Athanasia bertemu Lucas ketika ia berumur tujuh, ia selalu beranggapan bahwa mata Ruby Lucas adalah salah satu hal paling indah yang pernah dilihatnya. Sampai sekarang ia berumur enambelas, hal itu tidak berubah. Tapi Athanasia tidak akan pernah mengakuinya terang-terangan di hadapan Lucas.

Penyihir yang menyebalkan itu akan mengejeknya habis-habisan dengan kata-kata seperti——

"Aku tahu mataku indah, tapi tidak usah kau pelototi sampai sebegitunya juga."

Ya! Seperti itu!

Eh? Athanasia mengerjap. Baru sadar bahwa ia tampaknya memang menatap mata Ruby milik Lucas lebih lama dari seharusnya.

"Apa-apaan kau di kamar seorang gadis pagi-pagi begini?!?!"

BUAK

Yah, tampaknya Athanasia telah kembali sadar sepenuhnya. Terbukti dari tangan yang secara alami memukul keras kepala Lucas.

"Ow, ow, Princess! Pukulanmu tetap tak pernah main-main ya!"

Lucas mengusap kepalanya yang menjadi korban tangan baja Athanasia. Tampak ada benjolan kecil disana. Oh atau itu hanya perasaan Athanasia saja?

"Kau sendiri yang kurang ajar masuk kamarku pagi-pagi begini."

Athanasia membuang muka sebal walau sejujurnya pipinya masih mengeluarkan semburat merah.

Lucas menghela nafas. Tangannya merogoh saku di jubah penyihirnya. Ketika tangannya kembali terlihat mata Athanasia, ada hal lain yang Lucas genggam.

"Hm?"

Athanasia memandangi tangan Lucas yang memegang kotak beludru dan mata Rubynya bergantian. Sial, mata itu benar-benar membuatnya tidak fokus.

"Nih."

Lucas melempar kotak itu kepangkuan Athanasia. "Aku memungutnya dijalan."

Athanasia mengerutkan dahi, 'Mana ada barang yang dipungut di jalan dibungkus serapi ini.' Tapi Athanasia memutuskan untuk tidak menyuarakan suara hatinya itu.

Jemari lentiknya perlahan membuka kotak beludru itu dan terlihatlah kalung dengan bandul berupa permata berwarna merah. Merah mengkilat, persis seperti mata Lucas.

Athanasia cepat-cepat memandang Lucas meminta jawaban. Tetapi penyihir itu cepat-cepat memalingkan muka.

"Hadiah ulang tahunmu." Jawabnya tanpa ditanya.

Athanasia baru ingat kalau hari ini ulang tahunnya yang ketujuh belas. Dan penyebab ia tidur larut tadi malan selain tugas dari ayahnya adalah karena—walaupun ia benci mengakuinya—, ia menunggu kehadiran penyihir bodoh ini.

Biasanya Lucas akan datang menemuinya ketika malam pergantian umurnya. Bersandar pada balkon kamarnya bermandikan cahaya rembulan.

Tetapi tadi malam berbeda. Walaupun ia menunggu sampai pukul satu pun, penyihir itu tidak muncul. Dan jujur, Athanasia sedikit kecewa.

"Kemarin malam aku sibuk menyelesaikan perkerjaan yang diberikan ayah sialanmu itu."

"Hei!—" Athanasia hendak protes ketika mendengar panggilan Lucas pada ayahnya, tapi Lucas sudah keburu memotongnya.

"Karenanya hari ini aku akan mengabulkan semua permintaanmu, Princess."

Lucas tersenyum, kali ini bukan seringai ataupun senyum mengejek yang biasanya ia tampilkan. Tapi senyum lembut yang Athanasia pun sangat jarang melihatnya.

"Hari ini, aku akan jadi penyihir milikmu seorang."

BLUSH

"Apa-apaan sih?"

Meskipun bibirnya berkata begitu, Athanasia pun tak mampu menahan senyum terukir dibibirnya.

"Kau memerah lagi, Princess."

Sebuah bantal mendarat tepat diwajah Lucas. Lucas hanya mampu tertawa pelan melihat reaksi Athanasia yang tak pernah bisa ia prediksi.

"Sudah ya aku pergi dulu. Sebentar lagi pelayanmu itu pasti akan masuk untuk membangunkanmu."

"Hei—" Athanasia segera bangkit berusaha menahan Lucas yang sudah akan menjentikkan jarinya ; hendak teleport.

"Setelah kau selesai merayakan dengan ayahmu aku akan datang menemui. Sampai jumpa, My Princess."

CTAK

Dan dengan itu Lucas menghilang, meninggalkan Athanasia yang tertegun dengan perlakuan Lucas. Yang walaupun kurang ajar dan menyebalkan, hal itulah yang membuat Athanasia dapat bertahan dari rutinitasnya yang membosankan.

Karena baginya, setiap detik bersama Lucas selalu meberikan hal baru baginya. Bagai angin yang berembus menyegarkan.

Athanasia mengusap bandul permata yang mengingatkannya akan warna mata Lucas.

Senyum kecil menghiasi wajahnya yang  sempurna. Dengan bersenandung kecil ia membenamkan wajah ke bantal menunggu Lily masuk dan menyiapkan perlengkapannya seperti biasa.

Ini rahasia, tapi sebenarnya warna kesukaan Athanasia itu merah. Lebih tepatnya merah serupa permata Ruby. Dan lebih rahasia lagi, ia menyukai warna itu semenjak pada umur tujuh ia tak sengaja bertemu laki-laki seperti boneka di hutan belakang istana.

Tapi itu rahasia loh ya!

Selesai.

Halo! Saya baru dalam dunia WMMAP, jadi tolong kritik dan sarannya ya! Terimakasih~

Athanasia [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang