"Sebenarnya tidak. Bahkan jika kau berniat bunuh diri dengan cara membuat dirimu kelaparan, aku tidak peduli. Tapi jangan membuat pegawaimu ketakutan karena kelakuanmu itu, Yeonjun"

"Memangnya kenapa? Itu sudah menjadi hukum alam jika bawahan akan merasa takut pada atasannya"

"Tapi Yeonjun, tidak sebegitunya juga. Setahuku, tuan Choi adalah orang yang baik. Bagaimana pendapatnya nanti jika kelakuanmu pada pegawai seperti ini, Yeonjun. Terlebih lagi, ahjumma itu umurnya pasti tidak jauh dari ibumu. Akan seperti apa reaksi ibumu jika tau putranya seperti ini?"

"Mencampuri urusan pekerjaan bukanlah hal yang aku izinkan diperjanjian kita"

"Tapi—"

Grep!

Soobin meringis saat pergelangan tangannya tiba tiba dicengkeram dengan kuat oleh yang lebih tua. Ia menatap Yeonjun tapi sekarang ini, orang didepannya bukanlah Yeonjun yang ia kenal.

"Watch your word, Choi Soobin. Its none of your business"

Soobin menahan tangan Yeonjun yang semakin kuat mencengkram lenganya. Yeonjun menyeramkan. Ditambah rasa sakit dari lengannya yang dicengkeram kuat membuat kedua netranya mulai berkaca kaca. "I-I'm sorry. Sorry, Yeonjun. T-that's hurt hiks"

Suara isakan Soobin bagaikan petir yang menyambarnya, membuat Yeonjun kembali pada kenyataan dan melepaskan cekalannya, mendapati manisnya menunduk takut dengan tangan yang mengusap matanya kasar.

Yeonjun menyenderkan tubuh pada kursinya dan mengacak rambutnya kasar. Sial. Dia kelepasan.

Dengan cepat, Yeonjun bangkit dari duduknya, menghampiri Soobin yang masih menunduk takut dan mengangkat tubuh bongsor itu, mendudukkan tubuh mereka berdua ke atas sofa diruangannya ini dengan Soobin yang duduk dipangkuannya.

Yeonjun memeluk yang lebih muda erat dengan tangan yang mengusap punggungnya, berharap bisa sedikit menenangkannya. "Aku membuatmu takut, hm?"

Soobin masih diam. Jujur, dia shock karena ini pertama kalinya dia melihat Yeonjun semarah ini. Bahkan saat Soobin berperilaku kurang ajar dan banyak mengumpatinya, paling mentok Yeonjun hanya memutar matanya saja.

"Hei" Yeonjun mengelus lembut pipi yang lebih muda, menangkupnya dan mengarahkan agar mata itu kembali menatapnya. "Answer me?"

"Kau menyeramkan. Aku membencimu"

Yeonjun tersenyum senang. Dengan Soobin yang kembali berucap seperti itu, ia bisa menyimpulkan jika Soobin sudah lumayan tenang sekarang.

"Yeah i know. Sorry for that. Aku.....kelepasan. Maaf. Tapi aku benar-benar tidak suka jika ada yang menyinggung urusan keluargaku. Terutama ibuku. So, don't talk about that again. Okay?"

Soobin mengangguk mengerti. Ya. Bagaimana pun juga, ia hanyalah orang asing yang lewat dikehidupan Yeonjun karena kontrak sugar mereka. Ia tidak boleh melangkah masuk lebih dalam kedalam kehidupan pria didepannya ini.

Setelahnya, mereka hanya memandang satu sama lain selama beberapa saat sebelum Yeonjun memutus pandangan mereka dengan mengecup pipi gembil Soobin sekilas.

"I really really miss you, Soobin. Kau tidak tahu seberapa besar usahaku menahan diri untuk tidak menyerangmu saat pertama kali kau datang tadi hingga sekarang. You look so cute but hot too in this outfit. I like it"

Soobin menganggukkan kepalanya mengerti, "Jadi, yang diucapkan bajingan nomor dua itu benar ya" dan ucapannya membuat kening Yeonjun berkerut bingung.

Hei, Baby boy - yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang