"Ta-tapi tuan—"

"Ini akan baik baik saja. Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan" Hyunjin menunjuk Soobin menggunakan lirikan matanya ketika mengatakan 'dia'.

Ahjumma itu masih terlihat ragu tapi kemudian menerima kartu kredit milik Yeonjun dan menyelesaikan urusan Soobin disana. Keduanya pun berjalan beriringan keluar dari kantin dan Soobin kembali membuka pembicaraan.

"Terima kasih, Hyunjin-ssi" Soobin sedikit membungkukkan tubuhnya tapi kemudian keningnya kembali mengerut bingung ketika Hyunjin malah memandangnya dari atas hingga kebawah.

"Apa ada yang salah?"

Hyunjin menggeleng. "Tidak. Hanya saja, aku heran Yeonjun tidak langsung menyerangmu saat kalian bertemu tadi. Kalian tadi bertemu diruangan Yeonjun kan?"

"Memangnya.....kenapa?"

Kekehan keluar dari mulut orang berjas abu itu. Ia memasukkan kedua lengannya kedalam saku celana dan berkata, "Kau tahu, tampilanmu sekarang ini tipe Yeonjun sekali. Kemeja oversize dengan celana bahan yang benar benar membentuk tubuh bagian bawahmu. Polos tapi menggoda. Kau mengerti maksudku kan?"

Yang tentu saja langsung diprotes oleh si manis. Enak saja. Celananya ini tidak ketat, tau! "Maaf, Hyunjin-ssi. Tapi celana bahanku longgar dan aku sama sekali tidak berniat untuk menggoda majikanmu itu"

Hyunjin menggendikan bahu acuh. "Aku lebih percaya dengan kenyataan didepanku. Terlihat jelas karena celana bahanmu yang ketat itu" Jeda sebentar hanya untuk sebuah lirikan nakal menuju kedua bongkahan ditubuh bawah bagian belakang Soobin yang disusul oleh siulan genit diakhirnya. "Bulat dan berisi, ya"

"Jika bosan, kau bisa bermain denganku, manis. Yeonjun tidak akan keberatan jika berbagi mainannya denganku sekali sekali"

What—seriously?!

Hah. Soobin menyesal karena pernah repot repot menjaga sikapnya dihadapan orang sejenis Yeonjun ini—bajingan.

"Kau tahu, aku menyesal pernah merasa segan dan menghormati bajingan sepertimu"

"Woah. Kau—"

"Shut up, you dumbass. Pembicaraan selesai"

Dan Hyunjin hanya bisa menggeleng tak percaya saat Soobin benar benar berjalan menjauh meninggalkannya.

'Yeonjun, mainan barumu hebat, ya'

***

BRAK!

"Bisakah kau membuka pintu dengan sedikit manusiawi, baby?"

Yang ditanya hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan langkah mendekati Yeonjun.

Soobin menaruh nampan berisi makanan hasil pesanannya didepan yang lebih tua dan langsung berujar, "Aku yang memilih menu dan juga membayarnya. Jadi, jangan memarahi bibi penjaga kantin karena ini adalah ulahku, Yeonjun"

Yeonjun hanya menganggukkan kepalanya dan bersiap untuk makan. "Tenang saja, sayang. Aku sudah mengizinkanmu, bukan? Aku tidak akan melanggar perkataanku sendiri"

Dan Soobin bisa bernafas lega karenanya. Ia benar benar takut Yeonjun akan memarahi atau bahkan sampai memecat bibi penjaga kantin itu. Bahkan ia berencana melayani Yeonjun semalaman jika itu bisa membuat yang lebih tua tidak melakukan apapun pada ahjumma tadi. Soobin benar benar bersyukur karena ia tidak perlu melakukan apapun.

"Kau tidak menemukan makanan selama berapa hari, tuan Choi?"

Yeonjun menatap Soobin yang baru saja bertanya dengan nada sarkastik padanya. Apa karena cara makannya yang terkesan terburu-buru? Well. Tapi Yeonjun benar benar lapar sekarang. "Memangnya penting?"

Hei, Baby boy - yeonbinWhere stories live. Discover now