17 : Jaehyun aku takut

Mulai dari awal
                                    

"Ayo!"

Untuk apa aku perlu repot-repot memaksanya? Cukup gunakan umpan, dan apa yang kau inginkan akan mendatangimu segera.

Taeyong keluar dari tenpat layanan spa dan waxing bulu kaki itu, dengan wajah yang sedikit meringis kesakitan tentu saja, sambil menunggu Jeno yang menyelesaikan administrasi.

Si mungil tidak sabar, merasakan berbagai macam rasa es krim, dan bermain dengan mesin arcade, itu pasti menyenangkan!

Mengedarkan pandang, Tayeong melihat suasana pusat perbelanjaan yang cukup ramai saat itu.

Hingga, "hyung." Jeno memanggilnya.

"Kau melihat apa?"

Taeyong cepat-cepat menggeleng. "Tidak, aku tidak melihat apa-apa."

"Yasudah, ayo kita beli es krim dan makanan."

Tidak, Taeyong sebenarnya berbohong.

Sebelum Jeno datang membuyarkan kefokusannya, Taeyong yakin kalau ada seseorang dengan tubuh mungil tengah melihatnya, di balik pilar besar mall.

Siapa dia?

***

"Kun hyung!"

Yang dipanggil terjingkat, atau bahkan tersedak kopinya sendiri saat mendapati Jaehyun yang tiba-tiba datang ke minimarketnya dengan seragam yang masih ia pakai.

Kun lantas melirik jam digital di sebelahnya, ini masih jam-jam sekolah, mengapa pekerjanya sudah ada di sini?

"Jae, kau bolos?"

Si pemuda yang berpeluh keringat berusaha menetralkan nafasnya, bersamaan dengan itu tangannya terulur untuk mengambil ponsel, menunjukkan sesuatu pada Kun.

"Kun hyung, kau dulu pernah bilang padaku kan kalau kau bisa melacak nomor seseorang?"

Kun mengangguk dan sedikit bingung, "y-ya. Kenapa?"

Jaehyun menelan saliva susah payah, "bisa kau bantu aku?" Jaehyun menyodorkan ponselnya, "tolong lacak nomor ini, beritahu di mana pemilik nomor ini berada."

"Jaehyun kau kenapa-"

"Tolong hyung, temanku dalam bahaya."

Mendengarnya, membuat Kun terenyak. Ia segera mengambil ponsel milik Jaehyun, berusaha membantu karyawan teladannya itu untuk melacak nomor.

Sungguh, Jaehyun tak bisa berhenti khawatir. Teriakan, tidak- desahan Taeyong tadi membuat pikirannya kacau!

Ia menyesal tidak cepat tanggap dalam menjaga penyihir pink itu. Demi Tuhan, Jaehyun sangat menyesal. Jantungnya tak berhenti terpacu cepat, bahkan kakinya mendadak dingin, pikirannya terporos pada Taeyong, Jaehyun tak ingin dia sampai terluka.

Taeyong, aku minta maaf.

Kalimat itu terapal dalam benak seorang apatis bernama Jung Jaehyun.

Tiga puluh menit berlalu, Kun sedikit heran saat menemukan di mana lokasi si pemilik nomor itu berada.

"Jae, sudah," raut wajahnya terlihat kebingungan saat memberikan ponsel Jaehyun, "ini."

"Di mana lokasinya hyung?" Jaehyun yang sudah tidak sabaran.

"Di pusat perbelanjaan."

Kening Jaehyun tertaut, "apa?"

***

"Wah! Es krim!"

Taeyong menatap tiga centong es krim beraneka rasa dalam satu cup yang dibawa oleh Jeno dengan mata berbinar bahagia.

Apart to come | Jaeyong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang