Perfect Photograph

Start from the beginning
                                    

"Markie juga tidur ya sayang" ujar Nyonya Lee sambil mengelus anak sulungnya itu. Mark pun hanya mengangguk lalu mengecup kedua pipi orang tuanya itu.

"Good night pa, ma" ujar anak itu pelan saat orang tuanya sudah di depan pintu. Mark berusaha untuk memejamkan matanya, namun bayangan lelaki manis tadi kembali menghampirinya. Dia pun segera beranjak dari kasurnya ke meja belajarnya untuk mengambil buku catatannya.

"Xiu Ming. Manis, bersuara merdu, lucu.. Hm, apalagi ya? Oh iya, kata papa tubuhnya berisi" gumam Mark sambil menulis ciri-ciri idola yang tengah naik daun itu. Setelah itu, anak kecil itu segera kembali ke tempat tidurnya dan memandang langit-langit kamarnya.

"Aku akan menemukan seseorang sepertimu Xiu Ming" gumam Mark sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur dengan senyum lebar yang terlukis di wajahnya, dia membayangkan sosok manis tadi.
.
.
.
Namun, ucapan itu memang hanya diucapkan oleh anak kecil yang masih belum tahu bagaimana persaingan di dunia ini. Nyatanya, mencari sosok yang sempurna dan memiliki ciri-ciri seperti Xiu Ming itu tidak mudah untuk dilakukan. Sudah berbagai cara dilakukan oleh Mark, bahkan dia sudah mengencani semua orang rekomendasi adiknya. Ya, walaupun akhirnya Mark menyerah bahkan di hari pertama pertemuannya dengan orang-orang itu.

Bagaimana tidak? Orang pertama yang Mark temui adalah Lee Felix, lelaki manis blasteran Australia. Mark merasa kepalanya akan meledak saat lelaki itu hanya bisa mengucapkan tiga kalimat bahasa Korea, yakni terima kasih, maaf, dan juga tolong. Ayolah, masa Mark harus membuka kamus setiap kali berkencan, karena ya, dia tidak terlalu menguasai bahasa asing itu.

Setelah lelaki blasteran itu, orang kedua yang dikencani oleh Mark adalah lelaki berdarah China, Zhong Chenle. Awalnya, Mark merasa lelaki itu mendekati kriterianya, manis, lucu, namun lekingan lumba-lumba yang berisik itu menghancurkan semua ekspektasi Mark. Lagipula, sekarang lelaki bermarga Zhong itu sudah menjadi kekasih adiknya.
Ya, dan masih banyak orang-orang aneh yang direkomendasikan oleh adiknya itu.

Di saat Mark akan menyerah, pertemuannya dengan Huang Renjun si kutu buku aneh di kampusnya membalikan kriteria pasangan idealnya. Mengenal sosok Renjun, membuat Mark tersadar untuk tidak cepat menilai orang dari tampilan luarnya. Kebersamaannya dengan Renjun, membuat hati Mark selalu berdesir aneh. Namun, Mark merasa dirinya adalah lelaki yang paling jahat, karena sudah membuat air mata dari lelaki manis seperti Renjun turun.

Hei, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana cerita mereka itu, sehingga kita bisa menentukan siapa yang salah dalam kasus ini.
.
.
.
Mark sangat menyukai hal-hal yang berbau fotografi. Lelaki ini sangat menikmati sensasi ketika dirinya merasa ditarik ke masa lampau oleh sebuah foto lawas berisi momen penting di dalam kehidupannya, foto juga dapat mengungkapkan segala perasaan yang tidak bisa untuk kita ungkapkan. Oleh sebab itu Mark sangat suka untuk mengabadikan dan menyimpan momen penting dengan kamera kesayangannya. Alasan ini juga yang membuat Mark akhirnya memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di jurusan fotografi di salah satu kampus seni terbesar di Seoul.
.
.
.
Hari ini adalah hari pertama Mark berkuliah, lelaki itu nampak semangat memasuki kelasnya. Setelah meletakkan tas dan juga kameranya, Mark segera memandang sekeliling kelas. 'Well, tidak buruk' batin Mark mengangguk lega, ya walaupun memang ada beberapa orang yang terlalu berisik saking excitednya memulai kuliah, namun itu tidak terlalu mengganggu Mark. Pandangan Mark pun terhenti pada sosok rupawan di sebelahnya. Dia hanya duduk diam dan hanya melihat sekelilingnya dengan pipi yang digembungkan itu. Mark kan jadi gemas.

"Ekhm, aku Mark, kamu siapa?" ujar Mark menjulurkan tangannya.

"Eh? Hai, aku Lee Haechan. Salam kenal" ujar sosok itu meraih uluran tangan itu dengan senyuman menawannya yang menurut Mark sangat manis itu. Saat ingin berkenalan lebih jauh dengan Haechan, ucapan Mark dihentikan oleh suara dosen mereka, Mr. Jung.

BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]Where stories live. Discover now