zwai

9 1 0
                                        

Pagi ini aku terbangun dengan suara alarm yang bergema.

Aku pun membuka mataku, melihat suasana nya sangat berbeda. Ini bukan terlihat seperti kamarku, lihatlah sibodoh ini melupakan fakta bahwa dia sudah pindah.

Aku pun berjalan menghampiri cermin, menatapi wajah ini. Tidak ada bagusnya ketika bangun dari tidur, mengapa gadis-gadis pinterest terlihat begitu mengagumkan?

"Joyi, tidak inginkah kau bergabung sarapan pagi ini? Aku tau kau gugup untuk hari pertama sekolah mu. Setidaknya minumlah susu."

Lihatlah, walaupun sudah lansia. Suaranya benar-benar bergema diseluruh penghujung kamarku.

"Eyang, aku akan bergegas mandi terdahulu," balasku berteriak.

                                 •••

"Kau akan berangkat bersama Nikola."

"Apa Eyang?"

"Jangan bilang kau belum berkenalan dengannya? Oh lihatlah gadis ini tuhan, tidak ada kelebihan bersosialisasi didalam dirinya," ujar eyang berlebihan.

"Tidak Eyang, bukan begitu. Maksudku, mengapa dengan Nikola? Apa dia merangkap sebagai supir pribadiku?" tanya ku butuh penjelasan.

"Enak saja kau jika berbicara. Dia satu sekolah dengan mu, jadi berangkatlah dengannya. Setidaknya peluang kau untuk tersesat tidak ada."

"Kau sudah berkenalan dengannya bukan?" lanjut eyang sambil menyiapkan bekalku. Apa dia lupa bahwa aku ini sudah menjadi seorang pelajar tingkat tinggi?

"Sudah Eyang, semalam dia yang membuka pintu dan menerima pai yang kuantarkan."

"Bagus jika begitu, kau tidak akan canggung dengannya," kata eyang.

Toktok

"Ah, mungkin itu dia. Cepatlah habiskan sarapanmu," sambung eyang sambil menyambut kedatangan tamunya yang tak lain adalah Nikola.

"Pagi Eyang. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja Nikola, terimakasih telah bertanya. Ohiya, aku harap kau bisa berteman dengannya. Dia sedikit canggung," ujar eyang dengan ringisan kecil.

"Tidak masalah Eyang, kau tidak perlu khawatir," balas Nikola dengan senyuman kecil.

"Aku sudah siap. Hati-hati dirumah Eyang," kata ku sambil mencium pipinya.

"Kau yang seharusnya ku khawatirkan Joy."

Apa eyang benar-benar melupakan fakta bahwa aku sudah dewasa? Jika benar, tuhan tolong sadarkan dia.

Aku hanya menanggapi eyang dengan memutar bola mata malas.

"Baiklah Eyang. Ayo kita berangkat Nikola."

"Aku pamit Eyang," ujar Nikola sambil sedikit membungkuk, dan mengikutiku.

Saat ku berbalik sekilas untuk melihat eyang, ia seperti meledek ku dengan gerakan mulut "Berpacaranlah." yang kutanggapi dengan membulatkan mataku malu.

ExpectationHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin