✨epilog: twins

946 124 87
                                        

Garis mata pemilik laptop yang tengah terbuka menampilkan rentetan bahasa ilmiah itu terlihat lelah dan hampir saja tertutup. Mengantuk lebih tepatnya.

Tapi saat ia menyadari jam digital yang tercetak di layar laptop. Pukul 15.30 WIB. Perempuan yang memiliki tubuh semampai itu langsung mematikan gadget selain ponselnya kemudian di masukan kedalam tas laptopnya.

Ia yakin saat dirinya menyalakan data seluler ponselnya itu, pasti akan ada deretan chat masuk yang menanyakan keberadaannya dimana.

Biar gak terlambat banget, dia langsung menelpon supir pribadi yang memang selalu bersiap kapan saja.

Setelah duduk manis di kursi penumpang, perempuan berusia 39 tahun itu langsung menghela napas panjang kala melihat rentetan chat dari oknum yang bertuliskan Ganteng dengan emot bintang dan cinta di ujungnya.

Dia cuma baca. Gak minat buat balas. Lagian sekarang dirinya mau menghampiri orang tersebut.

Dan lebih memilih menelepon seseorang yang ia duga telah sampai mendarat di negara sakura.

"Halo sayang, udah sampe? Lagi dimana sekarang?" Ucapnya begitu panggilannya diterima dari sana.

"Udah dari satu jam yang lalu, ini di hotel, aku abis pesen makan lagi nunggu di anterin ke kamar. Kamu udah makan?" Tanya si penerima panggilan.

"Belum. Abis ini mau makan, tapi kayanya aku mau marah-marah dulu" ujarnya frustasi.

Suaminya itu terkekeh kecil. "Astaga, baru ditinggal sehari juga. Yaudah marahin aja gak apa-apa"

Nana berdehem sebagai jawaban lalu cerita kecil kalau hari ini dia abis ngerjain project besar dari perusahaanya. Nana mengeluh capek tapi seneng juga karena dia bisa segera bersantai ketika kerjaaanya itu rampung dan segera di produksi bulan depan tepat sebelum dirinya resign.

Iya, Nana mau berhenti dari pekerjaanya setelah 10 tahun mengabdi di perusahaan yang menjadi awal karir dirinya sebagai seorang analis kimia. Dirinya telah menjadi manager dan akan di promosikan sebagai General Manager yang mana itu merupakan posisi yang lumayan tinggi di suatu perusahaan.

Nyatanya Nana memilih untuk berhenti karena suatu alasan tertentu dan memilih untuk mendedikasikan dirinya untuk bekerja di perusahaan farmasi milik suaminya. Masih rencana itu juga, belum tau kedepannya kaya gimana tapi masalah resign sudah pasti.

Sekarang mobil Nana udah sampe di tempat tujuan, area tersebut ramai sekali karena sekarang adalah waktunya jam pulang ke rumah setelah menyelesaikan pendidikan.

"Tunggu disini aja ya pak, saya masuk dulu mau ketemu wali kelas" ucap Nana pada supir pribadinya yang dijawab dengan secara sopan dan halus. "Baik Bu"

ㅡㅡㅡ

Ruangan yang sering di gunakan sebagai tempat konseling murid bermasalah itu hening. Guru BK SMAN 5 itu menutup pintu ruangan tersebut, membiarkan dua orang murid yang tadinya terlibat perkelahian di kantin sekolah itu untuk berbaikan.

Gak ada yang mau ngasih suara padahal guru BK mereka kasih waktu sampai pukul 4 sore.

"Gua gak mau minta maaf" kata murid laki-laki yang wajahnya begitu kalem tapi menyiratkan kekesalan yang teramat dalam. Fitur wajahnya, memiliki karang di pipi atas sebelah kanan, alis yang tebal dan pipi sedikit tembam.

"Cihh, gua apalagi!" Sahut murid laki-laki yang lain, punya fitur wajah tegas dan rahang yang tajam serta lesung pipit yang dalam. Mirip sekali dengan fitur ayahnya. Dia ini yang tadi berantem sama orang di depannya.

Keduanya lagi sama-sama duduk di kursi dengan selembar kertas dan satu buah pulpen di atas meja. Bukti pernyataan maaf atas segala kegaduhan yang telah mereka lakukan.

𝙎𝙤𝙪𝙡𝙜𝙖𝙣𝙨 🌠 ʜᴡᴀɴɢ ʜʏᴜɴᴊɪɴ✔Where stories live. Discover now