Pelan pelan

1.2K 105 93
                                    

.

"hai?"

Yoongi mundur selangkah, dirinya terkejut saat matanya menangkap siluet Jimin menggunakan mantel hangat menjuntai hingga ke sepasang lututnya, dia berdiri di depan mobil, terlihat cukup lama karena sesekali tangannya terangkat untuk meniup dua telapaknya bergantian. pria itu, tanpa syal hangat melilit leher masih bersedia tersenyum dan membukakan pintu, mengakomodasi Yoongi begitu manis untuk masuk ke dalam audy hitamnya yang Yoongi lansir ini hadiah untuk Jimin karena kembali mengunjungi keluarganya.

"Jimin, kau menungguku?"

pertanyaannya tak digugu, Yoongi hanya mendapatkan cengiran khas bocah yang Jimin sandang sejak mereka baru kenal. "kenapa tidak masuk saja? kenapa menunggu di cuaca dingin begini?" Yoongi meluncurkan pertanyaan ke dua, ketiga—bertubi-tubi tanpa jeda untuk berhenti.

Jimin tersenyum kecil lagi, "Hyung cepat masuk mobil, disini dingin."

meski hendak protes karena di perintah, melihat tangan Jimin yang mengigil serta gemeletuk giginya yang terdengar agak nyaring, Yoongi memilih menurut dibarengi Jimin yang menutup pintu lalu berjalan mengitari mobil untuk duduk di sebelahnya dengan setir yang telah menyala.

"Hyung, kau tidak memeriksa hpmu?"

"ada apa?"

"uh, aku menelponmu berkali-kali, aku ingin makan malam denganmu—" intonasi Jimin begitu jujur, terdengar jernih dan meluruhkan keletihan yang Yoongi seret sejak shift kerjanya jadi dua kali lipat menyimpan penat. "tapi kurasa ini bukan makan malam lagi, tapi makan pagi buta." Jimin tertawa riang diakhir kalimatnya, Yoongi tercenung menatap bagaimana Jimin yang mendongakkan kepala saat dia tertawa lepas kemudian menoleh ke arah Yoongi dengan eyesmile yang begitu tulus menggetarkan hati.

sejak kapan rambut Jimin sepanjang itu? pikiran Yoongi berkelana ketika matanya jatuh menatap poni Jimin yang membelah acak, menusuk tepian mata pemuda itu dengan warna hitam pekat bak jelaga, "Tunggu Jimin," Yoongi tak jadi memasang seatbelt, matanya masih terbias pada untaian anak poni Jimin yang mengganggu matanya dari melihat kemerlap bintang di netra Jimin, "kau lupa memotong rambutmu ya?"

Jimin mengerdip canggung, pipinya memerah. bahunya menegang saat Yoongi tak jua menggeser tangannya untuk lepas dari rambutnya yang setengah lembab karena ia tadi terburu selepas mandi langsung mencari Yoongi. "i-iya." gagu Jimin, dia berdeham membuat Yoongi gelagapan dengan sejumput ketidakrelaan ia melepas rambut halus Jimin perlahan.

"apa kau tidak tidur Jimin?" Yoongi bertanya lagi, entah rasanya ia gatal sekali mengorek kehidupan Jimin sebelum mereka berjumpa di malam mendung dengan bulan ditelan awan saat ini, Yoongi merasa mereka tak memiliki batasan seperti awal mula mereka berjumpa di masing-masing pintu apartemen beradu kebencian.

"hah?" Jimin terdengar gamang, ia seperti baru menarik rohnya kembali dari halusinasi dalam tempurung kepalanya, "oh ya, aku tidak tidur. cukup sulit untuk tidur belakangan karena pekerjaan, tapi aku baik-baik saja sungguh." Jimin meyakinkan Yoongi dengan senyuman meski agak canggung dengan menggaruk tengkuk salah tingkah di perangkap kebisuan.

"Hyung mau makan apa?" Jimin mengerem mobilnya perlahan saat lampu jalan berkelip berganti warna, merah pudar memendar di jalanan yang lengang, walau Seoul selalu dibilang kota yang tak pernah mati, tapi di jam tiga pagi tentu tak asing dengan kesunyian yang mencekik dan hembusan beku angin dingin yang mencumbu sekujur tulang. bahkan, Jimin disela-sela diamnya mendengar nafas Yoongi yang teratur atau gemeletuk giginya yang tiba-tiba.

"apa ya," dahi Yoongi berkerut, garis kebingungan tercetak di wajahnya karena terlalu berpikir keras, tentu di jam segini ingin makan apa bukanlah pertanyaan yang bisa diajukan karena restoran sudah tutup lima jam yang lalu, Bar-bar besar memang tak mengunci pintu tetapi yang bisa ditemui hanya jejeran alkohol dan orang-orang yang bercokol sesudah bertahan seharian dipecundangi pekerjaan, Yoongi menggumam kecil dengan jemari memainkan tali seatbeltnya, "Jimin bisa 'kah kita makan Ramyeon dengan nasi, atau ayam bersama soju, tidak—ini terlalu pagi untuk mabuk, mungkin Udon?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

00:00 [my]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang