Prolog

424 76 40
                                    


~Bismillahirrahmanirrahim~

Amanda Denira, gadis sipit itu berjalan memasuki sebuah ruangan berwarna putih tulang, ukurannya tidak terlalu besar, polos menenangkan tanpa hiasan apapun.

Dengan wajah tertunduk, Amanda berjalan menuju kursi pojok belakang dari dua baris yang tersedia, berjarak satu kursi kosong dari perempuan yang telah duduk lebih dulu.

Amanda terus menunduk dalam, tidak berniat mendongak sedikitpun, padahal dia telah mengenakan topeng pemberian penyelenggara acara ini yang bertujuan agar seluruh peserta bisa bebas tanpa khawatir orang lain mengetahui identitasnya, namun tetap saja, rasa yang berkecamuk di dadanya membuat Amanda lebih memilih untuk tertunduk menghindari tatapan atau komunikasi dengan sekitarnya.

Sudah puluhan kali Amanda memperhitungkan untuk ikut dalam acara ini, dia tau ada yang salah dalam dirinya, dia ingin sembuh namun selalu menolak pengobatan yang direkomendasikan tantenya, sampai akhirnya Amanda menemukan Chanel YouSube Ti amo, sebuah komunitas yang diperuntukkan bagi seseorang yang memiliki mental health issue, ribuan orang ingin mengikuti acara ini namun Amanda justru terpilih menjadi salah satu dari 6 peserta bulan ini. Meski masih dalam keragu-raguan akhirnya dia memutuskan untuk tetap datang.

Sudah 15 menit Amanda duduk di kursi itu tanpa bersuara sedikitpun.

"Selamat pagi semuanya." Suara perempuan yang baru saja masuk membuat Amanda sedikit mendongak.

"Selamat pagi." Ucap semuanya bersamaan.

"Bagaimana kabarnya hari ini?"

"Baik."

"Kalau baik aku gak ke sini," jawab Amanda dalam hatinya.

Amanda kembali menunduk, menyimak setiap ucapan dari psikiater yang memperkenalkan dirinya sebagai Hani.
Dia datang ke tempat ini untuk mencoba membuka diri, tentu dia tidak akan melewatkan satu sesi pun tanpa menyimak.

Pintu mendadak terbuka dengan suara cukup keras hampir seperti di dobrak membuat jantung Amanda berpacu cepat karena kaget.

"Maaf, maaf," Ucap perempuan yang baru masuk yang tidak lain adalah salah satu peserta yang akan mengisi satu-satunya kursi kosong yang tersisa di sana.

Mba Hani melanjutkan sesi, dia meminta kami mengajukan diri untuk lebih dulu bercerita namun tidak satu pun mengacungkan tangan, tentu tidak mungkin juga Amanda yang bahkan napasnya belum stabil, akhirnya Mba Hani menunjuk perempuan yang berada tepat di sebelah kiri Amanda untuk bercerita lebih dulu.

Amanda mendengar dengan seksama setiap cerita yang di sampaikan oleh 5 peserta lain, dia tertunduk semakin dalam namun jauh di lubuk hatinya berada ditempat ini sedikit menguatkan, Amanda tidak sendirian, tidak hanya dia yang bermasalah di bumi ini.

Giliran terakhir yang jatuh pada Amanda membuat semua mata tertuju padanya, menanti gadis itu untuk mulai bercerita. Namun, merasa jadi pusat perhatian membuat nyali Amanda melempem, tubuhnya kembali dingin dan gemetaran, jangankan untuk bercerita, membuka mulut saja terasa sangat sulit untuknya saat ini.

"A- a- a- aku...."

🌱🌱🌱🌱🌱

Assalammualaikum, aku hadir dengan cerita baru padahal yang lama masih gantung wkwk

Bismillah, kali ini aku ikutan project bareng beberapa penulis kece badai dengan tema Mental Health, semoga bisa menghibur dan memberi manfaat.

Yuk baca juga cerita dari temen-temen yang lain

How can I love heartbreak? Karya amateurflies

A Light in your life karya @aristav

I'm (not) insecure karya Mellyana21

Buy, I'm Only Human Karya windyharuno

The Amuse karya @chacafazar

See you next part! 💚

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

How You See Me?Where stories live. Discover now