1.1

1.7K 217 47
                                    

Ada yang nunggin? Jangan lupa vote and comment yaaa!!!


Author POV


Terlahir sebagai saudara kembar bisa menjadi berkah atau bisa juga menjadi musibah. Manusia dicipatkan dengan kepribadian dan kapasitas yang berbeda dan itu berlaku juga untuk anak yang terlahir kembar. Sebagai contoh anak pasangan Jaehyun dan Junghee, mereka adalah Jaden Ezekiel Jung dan Jeovana Aatreya Jung. Pasangan kembar laki-laki dan perempuan yang terlahir di Leuven, Belgia. Kehadiran mereka menjadi pelengkap bagi keluarga Jung yang saat itu menetap sementara di Belgia karena Jaehyun sang kepala keluarga tengah menyelesaikan program magister di Belgia.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Pukul empat sore adalah jadwal pulang sekolah si kembar dan kakak sulung mereka. Hari ini mereka pulang bersama yayah Jaehyun karena bubun Junghee kurang enak badan.

"Bubun baikan?" tanya Jeo kepada bubun, mata jernihnya memandang wajah bubun sendu. Ya memang Jeo lah yang paling dekat dengan sosok bubun jadi anak ini sangat perhatian pada bubunnya.

"Iya sayang, gimana sekolah kalian?"

"Baik bun, nih liat nilai ulangan kakak bun, dapet 98 sih tapi nanti kakak usahain dapet 100 deh."

"Abang 100 dong bun."

"Pinter-pinter ya anak yayah," sahut yayah Jaehyun yang bangga dengan kedua anaknya-Jasmin dan Jaden. Berbeda dengan yayah, bubun memandang satu lagi anaknya yang masih duduk diam di atas sofa dan tangan mungilnya memilin ujung seragam sekolahnya. Berbeda dengan kembaran dan kakak sulungnya, Jeo bukanlah anak yang bagus dalam hal akademik. Jiwa Jeo lebih condong ke dunia seni dan olahraga.

"Yah, kita nanti malem jalan-jalan ya? Kan besok libur."-Jasmin

"Eum boleh."

"YEAY, makasih yayah."

"Sini anak yayah gendong, kita nonton film yuk." Ingatlah jika tangan yayah hanya ada dua jadi hanya Jasmin dan Jaden yang bisa dia gendong sedangkan Jeo si bungsu hanya bisa diam memandang punggung yayahya yang mulai pergi ke ruang tengah.

"Adek? Sini sama bubun. Sepatu adek biar bubun bantu copotin." Jeo yang masih duduk di atas sofa turun dan berpindah untuk duduk di sofa sebelah bubun.

Bukan hal baru memang untuk bubun melihat yayah yang seringkali mengabaikan si bungsu. Seringkali yayah akan memarahi si bungsu apabila prestasi akademik yang dicapai jauh dari kedua kakaknya. Bubun jujur ingin protes tapi ia paham betul watak suaminya sehingga bukan tidak mungkin akan ada pertengkaran jika diperpanjang.

"Bun, adek cuma bisa dapet nilai 70 ulangan matematika."

"Bagus dong sayang. Nilai kamu ada kemajuan kan? Kemaren nilai kamu masih 60 kan? Artinya adek usaha adek ada hasil dong. Nanti belajar lagi ya bareng abang atau bubun." Jeo si bungsu berbeda dengan kedua kakaknya yang terbiasa belajar bersama yayah. Yayah dalam hal akademik tidak main-main dan cara mengajarinya keras sehingga si bungsu seringkali takut untuk belajar bersama yayah.

"Adek gak mau sekolah lagi bun, ibu guru bandingin adek sama abang." Ekspresi Jeo sudah sangat tidak mengenakkan. Bocah berumur delapan tahun itu bisa saja menangis jika bubun tidak memeluknya dengan cepat.

Bubun juga masih tidak habis pikir dengan kelakuan guru anaknya yang suka membandingkan muridnya dengan murid lain terlebih mereka sepasang saudara. Rasanya sangat tidak etis jika ada guru yang berkelakuan seperti itu. Mungkin maksudnya untuk memberikan motivasi, tapi jika itu diucapkan kepada anak kecil yang mental mereka baru saja mulai terbentuk itu adalah sebuah kesalahan. Tidak hanya menciptakan rasa tidak percaya diri, hal semacam ini akan menimbulkan kecemburuan.

Aatreya & Ezekiel || JJH (COMPLETED)Where stories live. Discover now