Part 1: Stasiun.

282 1 0
                                    

Ada satu waktu ketika aku berada di stasiun, aku termenung atas hal-hal apa pun yang terjadi dalam hidupku selama ini.
Saat itu aku memilih duduk di sebuah kursi yang posisinya paling ujung dengan earphone yang terpasang di kedua telingaku. Tatapanku tertuju pada rel yang kosong dan menanti kereta tujuanku datang.
Sebuah rel kosong dan sedang menunggu kereta. Kata "kosong" dan "menunggu" langsung membuat pikiranku terusik.
Setiap alunan musik dari sebuah lagu yang berputar di telingaku membuatku memikirkan atas semua hal yang pernah terjadi dalam hidupku. Orang-orang yang pernah datang, hal-hal yang pernah dan telah diraih, hal-hal yang telah membuatku kehilangan dan orang-orang yang ada dalam hidupku saat ini. Musik memang mempunyai sentuhan magis bagi mereka yang mendengarkannya. Seketika membuat orang-orang akan terhanyut dalam sebuah alunan nada dan melodi, lalu menjadikannya sebuah musik yang indah dan nyaman untuk didengarkan oleh gendang telinga kita masing-masing.
Dan secara tidak sengaja membuat pikiranku melayang pada semua hal yang ku harapkan bisa ku raih dan yang sedang berusaha ku raih. Lalu, pikiranku terus melayang kepada semua orang yang aku harap bisa ada dalam hidupku, namun harus aku lepaskan.
Dalam renunganku memikirkan semuanya, sebuah kereta tiba-tiba saja lewat di depanku dan langsung saja membuatku tersadar. Langsung terbesit di kepalaku "kereta itu tidak Singgah, hanya lewat".
Kata "Singgah" langsung saja bersemayam di kepalaku.
Membuatku teringat akan orang-orang yang pernah Singgah dalam hidupku. Lalu, aku memikirkan sebuah nama-nama yang pernah Singgah dalam hidupku, yang sampai sekarang aku harapkan bisa menetap dan bukan hanya untuk sekadar Singgah.
Aku menarik napas dengan dalam. Kali ini, tiba-tiba saja di telingaku berputar sebuah lagu yang berjudul "It's You" by Ali Gatie. Sebuah lagu yang liriknya bertemakan seseorang yang yakin akan kedatangan seseorang untuk menetap, tidak hanya untuk sekadar Singgah lagi. Orang itu sudah pernah hancur dan sakit berkali-kali, lalu mengharapkan kedatangan itu adalah yang terakhir kalinya dalam hidupnya. (Btw, itu cuma persepsi sendiri aja sih heheh..)
Aku tersenyum tipis, menyadari bahwa segala hidup yang sibuk, yang penuh dengan aktivitas, target serta tuntutan tetap tidak akan membuatku terhindar dari sebuah fakta bahwa selalu ada kekosongan di dalam hatiku, dan tanpa sadar aku masih mengharapkan seseorang yang datang itu akan segera menetap, tidak lagi Singgah dalam hidupku. Agar sebuah kekosongan yang ada di hatiku akan diisi olehnya. Namun aku tahu, pengharapan adalah sebuah hal yang tak pasti dan merelakan orang tersebut merupakan cara yang tepat, lalu menyembuhkan diri (lagi).
Aku masih menatap rel yang kosong dan menunggu keretaku datang untuk menjemput dan membawaku ke kota tujuanku, Yogyakarta. Selama beberapa detik, aku sempat mengutuk dan membenci, benci sekali dengan hidupku. Namun aku tahu, tak ada gunanya. Karena pengharapan yang tak berbalas tak akan pernah bisa pulih dengan membenci.

Sekali lagi, aku menarik napasku dalam-dalam,  lalu berbisik di dalam hatiku, "terlepas bagaimanapun situasi dan keadaan saat ini, setidaknya aku masih punya sebuah harapan yang akan selalu aku rawat baik-baik hingga pada saatnya harapan itu menemui titik akhir."

Tidak lama aku terlarut dalam lamunanku tentang pengharapanku, kereta tujuanku akhirnya tiba juga untuk membawaku menuju kota Yogyakarta.

Ya, Yogyakarta. Salah satu kota yang hampir dipercaya oleh semua orang selalu mempunyai sentuhan magis akan kenangan maupun harapan ketika berada di kota tersebut. Aku adalah salah satu orang yang sangat kagum dengan kota Yogyakarta, entah mengapa kota tersebut selalu saja bisa membuat pikiranku hanyut dalam kenangan-kenangan indah dan juga harapan-harapan yang besar untuk melanjutkan hidupku ketika ada di sana.

Aku berangkat dari stasiun pasar senen pada pukul 01.00 WIB, tidak terlalu ramai maupun sepi untuk kereta yang akan aku naiki. Semua orang yang berada di kereta tersebut mempunyai tujuannya masing-masing tentang apa yang akan mereka lakukan di kota Yogyakarta, ada yang ingin pulang ke rumah asalnya di sana, berlibur bersama keluarga, urusan pekerjaan, menemui pacar atau sahabat yang sedang menempuh pendidikan di sana, bahkan tidak jarang hanya sekadar ingin menyembuhkan diri di kota Yogyakarta.

Aku adalah salah satu yang ingin menyembuhkan diri sendiri di kota Yogyakarta. Memulai hidup baru adalah tujuan utamaku. Karena perasaanku sangat kuat sekali belakangan ini untuk pindah ke kota tersebut, entah mengapa aku pun harus mengikuti kata hatiku untuk mewujudkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Singgah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang