***

Kedua jenazah kemudian dibawa pulang untuk segera dikebumikan. Nampak sekali banyak tamu kolega yang berdatangan untuk melayat. Berpakaian hitam beserta payungnya sekali. Karangan bunga tersandar rapih di dinding depan rumah. Tangis tak henti mengaliri wajah ini. Tak ada masa untuk ku tersenyum. Setelah di sholatkan jenazah eyang dibawa ke pemamakan. Akuikut mengantar ke pemakaman. Tak pduli banyak yang melarang aku akan tetap pergi. Ini adalah perpisahan terakhirku sebelum eyang terbaring selamanya di dalam tanah. Setelahnya tak kan aku bisa melihat lagi. Mungkin aku hanya boleh berharap bertemu kemabli dengan mereka melalui mimpi-mimpiku.

Dengan langkah lunglai aku mengikuti para peziarah yang membawa kencana eyang. Menatap sendu dua kerangka yang terbungkus oleh kain hijau. Berkalungkan bunga-bunga. Mama dan Papa ikut juga ke makam. Namun tetap mereka tak pedulikan kehadiranku. Pilu. Duka yang sungguh memenjarakan hatiku. Meleburkan tawaku. Menyembunyikan cahaya wajahku. Yang tampak hanyalah kemuraman yang entah samapai kapan akan hilang tergantikan sinar mentari kembali.

Kedua jenazah sudah di baringkan di dalam tanah. Terkubur dengan rapihnya. Sudah tertabur juga bunga-bunga setaman. Tangisku tertitih pada kedua gundukan yang masih basah ini. Terlihat sedikit rasa iba dari para peziarah padaku. Beberapa kali ada yang mengajakku untuk beranjak dari makam karena hari sudah akan petang. Aku tetap bergeming tak mengidahkan. Aku masih belum rela meninggalkan kedua eyangku berada dalama kegelapan di bawah sana. Mama papa? Heh jangan tanyakan. Aku yakin mereka sudah kembali sedari tadi. Akhirnya tersisalah aku disini sendiri. Merasakan kehilangan yang mendalam. Hingga adzan maghrib sebentar lagi akan terdengar baru aku beranjak untuk pulang. Masih dengan usapan mata yang tiada henti. Mata bengkak, serta sisa sesenggukan yang tersisa. Dengan perlahan melangkahkan kaki tanpa semangat.

Memasuki rumah sepi, tidak ada para pelayat lagi. Hanya tersisa aku, mama dan papa. Namun mereka masih saja terus sibuk dengan urusannnya. Telpon sana-telpon sini. Jengah aku melihat kelakuan mereka. Seakan kematian kedua orang tuanya bukan apa-apa. Seakan mereka tak peduli. Hingga setelah mama dan papa selesai dengan telponnya masing-masing. Keduanya bersiap. Mereka pergi ke kamar dan mengambil koper masing-masing.

"Hasna mama sama papa ada urusan pekerjaan kamu dirumah aja yah, temuin kalau ada para kolega yang melayat. Mama ada meeting di luar kota. Papa juga mau ketemu sama koleganya. Udah yah kita pergi."

"Hah, Mama dan papa disaat seperti ini." Ucapku tak habis pergi.

"Kami pergi kan juga demi kamu sayang."

"demi aku apa Ma? Selama ini mama dan papa hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Mana ada sih pah, mah kalian merahtiin Hasna sejak Hasna kecil. Enggak ada. Dimana kalian saat Hasna sedang sakit. Justru malah eyang yang merawat Hasna. Sekarang giliran eyang meninggal. Mamah dan papah malah pergi. Mamah dan papah malah lebih milih pekerjaan kalian. Ma! Pa! eyang itu orang tua kalian, tapi hati mama dan papa malah seperti tidak peduli dengan mereka."

PLAK........ tampar papah keras di pipiku. Tercetak kemerahan di pipiku. Aku tak percaya papah menamparku seperti ini. Sekalipun mereka tak pernah berada di sisiku. Tapi papah maupun mamah tak bermain tangan denganku. Ini kali pertama papa menamparku dengan begitu kerasnya.

"Papah nampar Hasna?" ucapku tak percaya. Air mataku tak terbendung lagi.

"Kamu keterlaluan Hasna."

"Bukan Hasna yang keterlaluan tapi papah dan mamah yang keterlaluan. Papa dan mama terlalu buta akan harta." Tangan papa teracung hendak menamparku kembali.

"Apa papa mau tampar lagi, Tampar!! Buat babak belur aja sekalian Hasna biar mama sama papa puas. Kalian itu emang gak pernah peduli sama keluarga bahkan dengan Hasna." Teriakku dan kemudian aku berlari kea rah kamar sambil menangis. Ku banting pintu dengan kerasnya. Terduduk di balik pintu sambil menelungkupkan kepala pada lutut, menangis.

"Hiks, mama dan papa benar-benar tidak pernah mengangapku ada. Hiks." tak lama setelah itu terdengar mobil mereka yang meninggalkan pekarangan rumah. Benar-benar tak habis piker aku dengan mereka. Aku sudah tak tahan lagi. Tak peduli. Ku kemas barang-barangku. Ku tinggalkan ponselku. Dompet ku bawa namun tidak dengan kartu ATM nya. Aku lelah terus berada di keluarga yang seperti ini.. Tak kupedulikan tatanan baju di dalam tasku. Terpenting aku harus secepatnya pergi dari sini. Dengan membawa uang tunai seadanya aku pergi. Meninggalkan rumah penuh kenangan ini. Aku berjalan keluar dari pagar rumah. Ku perhatikan dengan seksama. Menyimpan kenangan-kenangan. Langkah terseok lesu menuntuntunku pergi. Terus berjalan, terus berjalan. Hingga aku terhenti karena perutku yang berbunyi. Aku menoleh kesana kemari mencari penjual makanan. Tepat disana ada penual nasi goreng. Aku kesana.

"Pak nasi goreng satu yah."

"Iyah neng, ditunggu yah."

'daerah mana ini, aku belum pernah kesini.' Batinku.

"Pak saya mau tanya, ini daerah mana yah pak?"

"Oh ini daerah kampung Jati Asri neng. Neng bukan orang sini yah?"

"Ah iyah Pak, saya sedang mencari tempat bermalam, tapi saya tidak tau ini di daerah mana. Akhirnya saya terus berjalan berharap saya menemukan tempatnya. Tapi malah saya sampai di tempat ini."

"Oh begitu neng."

"Iyah pak."

"Ah yah ini neng nasi gorengnya silakan di nikmati."

"iyah pak terima kasih." Aku menikmati makan ku ini dengan tenang. Perkiraanku tempat ini cukup jauh dari rumah. Setelah makan baru aku membayar nya. Tahukah berapa uang yang aku bawa tadi. Tidak lebih hanya sebesar Rp 300.000,00. Dengan uang ini aku harus berhemat. Setelah makan ku putuskan untuk mencari tempat istirahat. Terlihat disana pos kamling yang cukup layak untuk bermalam. Aku pun memutuskan untuk bermalam disana. Menikmati dingin yang menjadi selimut malam ini.

###

cukup emosional di bab pertama.....

Penasaran gak???

dukung terus cerita ini heheeh...

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Aug 03, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Dekapan Terakhir (Very Slow Update)Onde histórias criam vida. Descubra agora