Cerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia.
• All 13 members of Sev...
Meski ngomong ngelantur kemana aja, gue yakin jauh dari dalam hati orang-orang ini mereka pada bernapas lega. Soalnya yang ditakutkan cuma satu; takut kalo Khrisna beneran memutus semuanya sama kita. Kalo gak ada dia, ntar siapa yang jadi kambing buat bayarin jajan manusia kurang duit ini? Joshua atau Mada? Mereka mah anaknya jarang mau diajak nongkrong di got, levelnya High Quality, yakali sampe bawa bekel sendiri.
"Woy, bang." Aduh, sariawan gua nyut-nyutan lagi. Mana pas di langit-langit mulut anjir sariawannya, tai. Yang tersisa di lorong belakang UGD ini tinggal gue, Khrisna, Pram dan juga Dipta. "Lo ... berhenti nih dari RSJ?"
"Soon."
"Sorry, Khris." Dipta yang ngomong, "Gara-gara cewek gue." tambahnya dengan perasaan bersalah.
"Freya adiknya, wajar. Kalo gue jadi Khrisna juga gue bakalan kayak gitu. Lo orang baik, dan hal-hal baik pasti bakalan terus menerus dateng ke kehidupan lo." Pram menepuk pundak Khrisna pelan, "Ah anjing, gua jadi kayak Joshua gini, bijak bener. Balik dah balik, ngapalin mahar lebih baik." katanya lalu pergi setelah mengacak rambutnya sendiri.
Dari yang gue denger sih, sampai langkahnya ngejauh cowok yang katanya bakalan nikah dalam dua bulan itu terus-menerus merapalkan ayat-ayat dari Ar-Rahman gitu. Awas aja dia kalo pas bacain mahar cara bacanya kayak anak SD baru bisa ngaji, gue ketawain paling kenceng bodo amat meski itu hajatan orang.
"Dip, gue bakalan sibuk banget nih, urus adek gue yang bener, didik juga biar ga kurang ajar." Pesannya kemudian pergi gitu aja. Gue dan Dipta saling pandang, laki-laki yang ruang kerjanya sebelahan sama UGD itu keliatan serba salah dan berpamitan untuk kembali bekerja seperti semula. Tersisa gue sendirian disini, dan kayaknya gue harus ketemu buat ngobrol empat mata sama Khrisna perihal kondisi kesehatannya sekarang.
Tolong jangan lupakan ini, gue. masih. dokternya. Khrisna.
"Lu apain Lussy kemarin?" Cara terbaik menarik perhatian Khrisna ya cuma ini; soal Lussy.
"Bajingan juga lo ya, haha." Mulut sih ketawa, tapi tangan gue geplak kepalanya sampe dia nyaris aja berubah jadi Khrisna warna biru. Mau dewa kek, mau apa kek, kalo kurang ajar sama sepupu gue ya monmaap pasti gue ngadat. "Gak boleh bajingan, The Lord Khrisna Adhyaksa itu manusia suci."
"Stop talking about that soalnya gua jadi kebawa-bawa goblok kayak lo." Padahal cuma ngelirik, tapi bulu kuduk gue langsung berdiri soalnya tatapannya serem banget kayak jagal manusia gitu.
"Di RS mana ntar?" Gue mengalihkan topik.
"Yaksa Siaga."
Wadaw. Yaksa Siaga katanya. Rumah sakit apa hotel sih itu?
"Tidur gimana? Nyenyak gak akhir-akhir ini?" Dia gak menjawab, tapi gue langsung tau kalo jawabannya sudah pasti tidak. "Ada sesuatu yang lo rasa kurang nyaman?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
