41

226 46 24
                                    


"Ayah, hari ini kedua putri Sungkyu menikah,"

Hari ini, Sungkyu duduk di sebelah makam Bomin. Dan seperti biasanya, dia membawa keranjang kecil berisi bunga untuk ditaburkan di atas makam ayahnya.

"Lima puluh tahun berjalan tanpa terasa. Sekarang Sungkyu sudah bisa turun dari jabatan yang ayah berikan,"

Iya, lima puluh tahun berlalu tanpa terasa. Dan selama itu pula, banyak peristiwa yang terjadi. Mulai dari dia mempunyai ibu baru -maksudnya Bomin menikah, hingga akhirnya Sungkyu juga menikah dan mempunyai anak kembar.

Sungkyu menikah dengan Dahee, sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Saat jabatan raja telah ditangannya. Selang tiga tahun kemudian, anak pertama Bomin lahir.

Si kembar menyusul dua tahun kemudian. Dua duanya cantik, menurun dari ibunya.

Dan sekarang, tak terasa saja kedua anak itu sudah menikah. Padahal Hyunjoon, anak pertama Bomin saja belum mau menikah. Entah apa yang ada di pikirannya hingga dia menolak setiap kali Bomin ingin menjodohkannya.

Sungkyu rindu Bomin. Lima tahun yang lalu, Bomin meninggal. Dan sesuatu terjadi saat itu, bukan hal yang biasa. Puluhan burung gagak terbang memenuhi langit, membuat keadaan semakin suram. Ribuan helai bulu jatuh, namun hanya satu yang mendarat tepat di atas makam Bomin. Bulu dengan warna hitam yang tidak biasa.

Milik Jisu, mungkin.

Ah, untuk urusan langit, tidak banyak yang berubah. Setelah kematian Jeyou, Woonggi segera mengambil posisi sebagai Sang Penengah. Semuanya berjalan seperti biasa, tidak ada sesuatu yang begitu mengkhawatirkan. Setidaknya untuk lima puluh tahun terakhir. Taichi belum menunjukkan tanda tanda bahaya, Loser masih bersinar seperti biasa.

Dan baru saja, kedua putri Sungkyu menikah dengan pangeran dari kerajaan tetangga. Dua kerajaan yang berbeda. Jadi sekarang dia hidup sendirian. Istrinya, Kim Dahee juga sudah meninggal, saat melahirkan kedua putrinya. Sedangkan Hyunjoon dan ibunya, Song Dabin, telah meninggalkan kehidupan istana semenjak Bomin meninggal.

Sungkyu merasa, dirinya sudah terlalu tua untuk memegang jabatan sebagai raja. Dia ingin menikmati masa tuanya, sehingga Sungkyu menikahkan anaknya. Setidaknya dia mempunyai penerus yang bisa menggantikan posisinya.

"Ayah, tapi Sungkyu tidak tahu, siapa yang lebih pantas menjadi pewaris negeri ini. Suami anakku, dua duanya bukan anak pertama, otomatis tidak bisa menjadi raja di kerajaan mereka. Sayangnya, Sungkyu tidak tahu siapa diantara dua putri Sungkyu yang lahir terlebih dahulu. Mereka kan, kembar. Hanya Dahee yang tahu,"

"Dan Dahee sudah tidak ada disini bukan?"

Sayangnya Sungkyu tidak kenal Para Penjaga satupun, juga tidak memiliki hubungan apapun dengan Para Penjaga.

Bukan masalah kutukan, ini hanya sesuatu tentang keegoisan dan dendam.

***

Malam hari telah datang, langit gelap sepenuhnya.

Kamar yang ditempati oleh Sungkyu gelap tanpa ada pencahayaan. Hal ini mempermudahkan seseorang mengendap endap untuk mendekati Sungkyu yang tertidur pulas.


Sungkyu tidak menyadari apapun yang terjadi.

"Maaf," setelah itu, sebuah pisau yang tajam mengakhiri hidup Sungkyu.

***

Keesokan paginya. Yah, seisi istana heboh atas kematian Sungkyu yang mendadak tepat setelah pernikahan kedua putrinya berlangsung.

"Ssst, dengar dengar kedua pangeran itu yang membunuhnya,"

"Tidak mungkin, untuk apa mereka melakukannya?"

"Wah? Benarkah? Untuk apa?"

"Perebutan tahta? Sepertinya untuk itu,"

"Bukankah jika seperti itu mereka harusnya membunuh salah satu dari mereka terlebih dahulu? Agar posisinya tidak terancam,"

"Itu terlalu jelas, tuduhan semua orang pasti akan tertuju kepada satu satunya pangeran yang masih hidup,"

"Wah, kejam sekali. Jadi mereka hanya menjadikan Sang Raja sebagai pengalih perhatian?"

"Raja disini sudah berganti bukan? Antara keduanya,"



Bisikan bisikan seperti itu tersebar diseluruh penjuru istana, dengan dua pangeran -yang menikahi kedua putri kembar- itu yang menjadi tuduhan.


Hyunjae, sebagai salah satu seorang pangeran yang tertuduh.

Dan Juyeon sebagai salah satunya juga.


Bisikan itu terhenti saat Juyeon melewati mereka dengan tatapan tajam.

Tuduhan itu tidak sepenuhnya benar, Juyeon tidak membunuh Sungkyu dengan tangannya. Keadaan istana tanpa raja ini sangat mencekam akibat rumor itu.

Bagaimana tidak? Jika kedua calon raja adalah orang yang tertuduh. Maka secara otomatis seisi istana akan menjaga jarak dengan kedua calon raja.


"Bisakah kalian mengatakan dimana Pangeran Hyunjae berada?" Juyeon bertanya tanpa melihat satupun wajah ketakutan yang berada disitu.

Menyadari tidak ada yang menjawab, Juyeon hanya berlalu dengan tatapan dinginnya. Mau tidak mau, dia harus mencarinya sendiri. Mereka sudah terlalu berhati hati dengannya. Terkadang rumor itu membuatnya kesusahan.


Juyeon mengetuk pintu cokelat didepannya, Juyeon duga ini tempat Hyunjae sekarang.

"Ya? Silahkan masuk," suara ramah milik Hyunjae membuat Juyeon membuka pintu itu perlahan.

Benar saja, di dalam sana ada Hyunjae dengan senyuman ramahnya yang berganti menjadi tatapan dingin saat mengetahui itu adalah Juyeon.

"Ada apa?" Hyunjae berkata datar. Sungguh, hubungan Juyeon dan Hyunjae sangat buruk.

Juyeon melangkah masuk dan menutup pintu, "Tidak perlu bertanya lagi, kau yang membunuh Sang Raja bukan?" Juyeon bertanya dengan senyum miring.

"Wah, kau sepertinya berbohong dengan lancar," Hyunjae menimpali perkataan Juyeon.



"Bagaimana? Kau senang rencanamu berhasil? Atau geram karena kau ikut tertuduh?"

***

Welcome The Boyz!

Banyak dendam disini :)










Yang Bunuh Itu Dahee, tapi boong :)

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang