19

259 51 4
                                    


Tangan Dayeol bergetar. Dia merasa lemah, dia berpura pura seakan tidak tahu apa apa tentang kabar yang lain. Walau faktanya dia sudah melihat mereka yang terjatuh dia atas tanah dengan darah berlumuran.

Setetes air matanya berjatuhan. Dayeol pada umumnya sama seperti Joochan, mudah menangis, apalagi jika menyangkut hal seperti ini.

Sekarang satu zombie muncul di depannya, Dayeol tidak tahu apa lagi yang harus dia lakukan selain menebasnya.

Pedangnya tepat mengenai tangan zombie itu, tangannya terputus. Dayeol lengah zombie itu masih memiliki satu lagi tangan untuk membunuhnya.


Dayeol memang tidak sepemberani lainnya, Dayeol memang tidak setegar lainnya, Dayeol memang tidak sekuat yang lainnya.

Dan disinilah Dayeol, berhadapan dengan satu zombie yang satu tangannya putus dan tangan satunya menusuk dadanya.

"Joochan, jaga dirimu baik baik,"


Dayeol tahu satu hal lagi, dia tidak bisa membiarkan zombie ini tetap hidup untuk membunuh Seungmin. Dengan tenaga terakhirnya Dayeol mengangkat pedangnya, menebas kepala sang zombie.


Mereka berdua jatuh bersamaan diatas tanah, dengan luka yang sama sama mengeluarkan darah.

"Dayeol?"

Seungmin menoleh ke belakang, mendapati Dayeol telah tersungkur. Dia menggigit bibir bawahnya, miris dengan keadaan Dayeol saat ini.


Seungmin tahu dia tidak bisa mengubah apapun, jadi dia terus berjalan keluar ruangan, mencari salah satu penyihir, siapapun yang bisa ditemuinya.

***

Youngtaek dan Jangjun masih saling membelakangi. Lihatlah, bahkan mereka lebih hebat dari salah satu ksatria.

Youngtaek masih melepaskan anak panah terakhirnya. Untuk saat ini Youngtaek sudah tidak bisa berbuat apa apa, anak panahnya sudah habis.

Bahkan jika dia mengambil pedang dia tidak akan pernah bisa menggunakannya, dia lebih payah dari Dayeol jika itu menyangkut pedang.

Mengambil anak panahnya kembali untuk saat inipun juga akan percuma, mereka dikepung oleh beberapa zombie terakhir.



"Jangjun, untuk terakhir kalinya aku akan mengatakan ini. Aku meminta maaf dan berterima kasih untuk semuanya." Youngtaek berucap lirih, menyampaikan beberapa baris kata kata terakhirnya untuk Jangjun. Dalam hatinya dia mengucapkan hal yang sama untuk orang orang yang tersisa.

Sebentar lagi, dia akan bertemu dengan yang lainnya. Pemikiran itu membuat sebuah senyum terulas di wajahnya.


Jangjun yang mendengarnya hanya tertunduk, tidak berani menoleh kebelakang. Jangjun sudah tahu apa yang terjadi. Bahkan tanpa menoleh, jika dia menoleh dia akan hancur melihat mayat Youngtaek yang kaku dengan luka luka yang terlihat mengerikan.

Setetes air matanya jatuh, kini dia akan bertemu dengan Youngtaek.


"Hai Youngtaek, aku akan menyusulmu," ucapnya lirih saat satu zombie lain melemparkan pedangnya dan menusuknya tepat didadanya.

Tubuhnya terjatuh, tangan kanannya menimpa tangan kiri Youngtaek.

***

Jeyou menatap miris keadaan yang terjadi. Darah yang tidak bersalah sudah tertumpah, termasuk darah salah satu keturunannya dengan keturunan yang lain melindungi mayatnya.

***

Donghyun masih menggenggam pedangnya dengan erat, tanpa melihat dia sudah tahu pasti darah para zombie melekat di pedangnya.

Tanpa melihat dia bisa tahu bahwa disana, Youngtaek dan Jangjun berdampingan dalam tidur mereka. Dayeol yang terbaring sendirian. Seungyoon dengan keadaannya yang menyedihkan. Joochan dan biolanya. Bomin yang sudah tiba di tempat yang aman bersama Sang Putra Mahkota, menangisi Seungyoon yang meninggal tepat didepannya.


Dan Donghyun tahu diatas sana, Sang Penengah sedang menatapnya dengan pandangan sedih.

Donghyun akan membuktikannya, bahwa dia tidak perlu dikasihani. Membuktikan bahwa dia lebih hebat dari apa yang Sang Pemilik Sayap Emas pikirkan.


Cahaya kemerahan dari biola Joochan tertarik mengelilingi dirinya, bercampur dengan cahaya keemasan yang dimiliki Donghyun.

Setelah itu, Donghyun jatuh, bersamaan dengan cahaya keemasan yang menelimutinya memudar secara perlahan. Akhir dari kehidupan seorang keturunan istimewa Sang Penengah.


***


Seungmin telah sampai di depan rumah Para Penyihir yang letaknya berurutan. Mengetuk pintu berkali kali, berharap ada jawaban. Mulai dari rumah paling ujung berwarna merah milik Hyojin hingga yang berwarna ungu milik Laun, semuanya kosong. Lalu kemana mereka jika tidak ada di altar?

Seungmin mengedarkan pandangan sekali lagi, berjaga jaga jika ada yang datang. Benar saja, ada seseorang berjubah hitam berjalan terseok seok ke arahnya. Seungmin menyipitkan mata, dia seperti mengenal orang itu, tapi siapa?

Ah, Hyojin. Salah satu dari para Penyihir yang memiliki kemampuan di atas rata rata.

Haruskah Seungmin meminta bantuannya? Mengingat keadaan Hyojin sedang tidak baik baik saja, jauh dari kata itu. Tubuhnya terluka di beberapa bagian, jubahnya sobek berlumuran tanah dan darah.

Jadi, sekarang Seungmin mendekati Hyojin, menuntunnya sampai ke dalam rumahnya yang berwarna merah. Membersihkan luka Hyojin sebisa mungkin.

"Sepertinya kau datang untuk meminta tolong. Ada apa?"

Ucapan Hyojin membuat Seungmin sedikit tersentak. Dari mana Hyojin tahu? Ah, perasaan seorang penyihir pasti lebih kuat dari orang biasa.

"Mengenai keadaan ini, tentang para zombie yang menyerang secara mendadak. Anda tahu penyebabnya?"

Hyojin menghela nafas, matanya memandang luar jendela.

"Sebenarnya kemunculan zombie ini sedikit janggal, mengingat terakhir kali mereka menampakkan diri ratusan tahun yang lalu. Pasti ada sesuatu yang tidak biasa. Aku bisa merasakannya, sejak tadi di altar,"

Seungmin mengangguk "Dimana penyihir yang lain?"

"Entahlah, aku terpisah dari mereka saat melarikan diri tadi. Tapi aku yakin mereka selamat,"

Hyojin tampak memikirkan sesuatu. Suasana hening untuk sejenak. Tempat ini jauh dari hiruk piruk pertempuran, bahkan sedari tadi tidak ada zombie melintas.


"Bagaimana kalau aku mengorbankan diriku untuk membuat semacam pelindung? Zombie memang hampir habis, namun mereka muncul lagi dari bawah tanah. Jadi percuma saja melawan mereka, kita yang bertahan,"

Seungmin menahan nafas, merasa keputusan Hyojin kurang tepat. Namun mau bagaimana lagi, sepertinya hanya itu satu satunya cara.

"Baiklah. Apa yang harus kulakukan?"

***

Donghyun keturunan Jeyou, sangat Jeyou, hati Donghyun berwarna keturunan Jeyou ~

Road To KingdomOù les histoires vivent. Découvrez maintenant