Part 2 (Zidan Cuek)

521 91 58
                                    

Tak terasa hari sudah mulai gelap, Zidan meminta Lily untuk melanjutkan wawancara mereka di keesokan harinya saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tak terasa hari sudah mulai gelap, Zidan meminta Lily untuk melanjutkan wawancara mereka di keesokan harinya saja. Sebelum itu Zidan bertanya kepada Lily.

“Mbak, pulangnya sama siapa?” tanya Zidan pada Lily yang pada saat itu sedang membereskan barang-barangnya.

“Aku gak pulang. Aku nginep disini. Masak iyya aku harus bolak-balik Malang ke sini?” jawab Lily, karena memang kenyataannya jarak antara kota Malang dan desa Rawa Gandring sangat jauh. Bahkan butuh waktu berjam-jam saat akan menempuh perjalanan ke sana.

Zidan yang mendengar penuturan Lily pun hanya mengangguk tanpa mau bertanya lagi.

“Lagian kan, wawancaranya juga belum selesai. Aku juga paling sebulan disini. Sekalian liburan di desa. Ngerefresh otak yang sempat kaku gara-gara mikirin tugas kuliah,” lanjutnya lagi. Zidan pun hanya mengangguk kembali, bukan karena ia tak ingin berbicara dengan Lily, hanya saja ia bingung harus menjawab apa. Karena ia memang tidak tau menahu tentang dunia perkuliahan. Yang ia dengar sih, kuliah itu harus ekstra sabar. Entah itu sabar jika dihadapkan dengan karakteristik dosen yang berbeda-beda, atau sabar dalam menghadapi tugas-tugas yang mematikan dan memberatkan. Tapi menurutnya, tidak ada tugas yang memberatkan jika itu benar-benar dikerjakan.

“Oiyah, rumah kamu masih jauh, nggak?” tanya Lily ketika mereka akan beranjak pulang.

“Nggak kok, deket. Emangnya kenapa?” Zidan balik bertanya pada Lily.

“Aku nginep di rumah kamu aja, ya. Soalnya males ke rumahnya Pak Heri, rumahnya jauh,” ucap Lily merengek kepada Zidan. Kedua tangannya terulur untuk menggoyang-goyangkan lengan laki-laki itu agar mau menuruti permintaannya. Gadis itu benar-benar terlihat manja.

Sementara itu, tidak ada yang tahu, bahwa saat ini Zidan sedang berperang dengan hatinya yang saat ini kembali berdegup kencang kala Lily memegang lengannya. Jujur, sebelumnya ia belum pernah bersentuhan dengan wanita selain ibu dan adiknya. Dan ini adalah kali pertamanya. Hal itu tentu saja membuat ia merasakan gugup yang luar biasa. Terdengar berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.

Zidan memang paling tidak bisa jika dihadapkan dengan wanita. Itu juga salah satu alasan yang membuat Zidan susah sekali dekat dengan wanita. Tadi saja ketika ia tidak sengaja menangkap tubuh Lily yang akan terjatuh, mendadak tangan dan kakinya gemetar.

"Oh, Zidan. Itu hanya sebuah rengekan, dan hanya sebuah sentuhan di lengan. Tenang, Zidan. Bersikaplah sewajarnya." Zidan mulai berperang dengan batinnya.

"Dan, boleh ya? Dari sini ke rumah Pak Heri jauh loh, Dan," ucap Lily kembali, kala ia tidak mendapatkan jawaban dari laki-laki yang saat ini ada dihadapannya.

Memang jarak antara rumah Pak Heri dan ladang pertanian memang sangat jauh. Lily saja ketika akan kesini masih harus naik ojek. Berhubung ini sudah hampir malam, dan Lily juga sudah kelelahan, jadi ia ingin cepat-cepat istirahat. Dan alternatif satu-satunya adalah menginap di rumah Zidan.

About ZidanWhere stories live. Discover now