Dan tentu saja prajurit itu langsung mati di tempat.

Luna juga melepaskan rantai yang mengait leher Viserion menggunakan sihirnya dan menyuruhnya untuk kembali ke tugasnya.

Felix dan Eliana yang melihat kejadian itu hanya bisa membulatkan matanya, hanya Luna yang bisa melakukan hal itu.

"Fokus, jangan membuat membuat kita kehilangan banyak prajurit" ucap Luna pada Eliana sambil melemparkan tatapan dingin miliknya.

Mata milik Luna yang tadinya berwarna biru terang berubah sebentar menjadi warna kuning terang.

Hanya terjadi sekitar 3 detik, bahkan Felix tidak tau kenapa tadi warna mata milik Luna dapat berubah menjadi warna kuning terang.

Setelah mengucapkan hal itu Luna meninggalkan Felix dan Eliana untuk melanjutkan peperangan.

Peperangan terjadi sampai matahari tenggelam di sebelah barat. Prajurit Aelius hari ini tak berkurang banyak berkat bantuan Luna dan Rad.

Saat ini mereka semua sedang berkumpul untuk menyusun strategi untuk besok.

"Lebih baik kita menggunakan strategi seperti ini" ucap Eliana.

"Aku menolak" tegas Luna

"Kenapa kau menolak? Ini adalah strategi yang pas" ucap Eliana tak terima

"Menyerang secara terang terangan tidak akan ada untungnya"

"Lalu kau ingin strategi seperti apa huh?"

"Besok langit akan terlihat lebih gelap daripada hari ini, dan besok pemimpin mereka akan ikut berperang" ucap Luna menjelaskan

"Lagi lagi kau membual" Remeh Eliana.

"Terserah kalian ingin menggunakan strategi seperti apa, pokoknya aku tak akan ikut serta dalam strategi kalian" ucap Luna lalu melenggang keluar ruangan.

Eliana semakin kesal dengan sikap sombong Luna, baru bisa mengalahkan prajurit segitu saja bangga. Pikir Eliana.

Felix memijat keningnya, dan memutuskan untuk membubarkan rapat hari ini.

Sedangkan Luna, ia menembakkan anak panah ke arah yang sama. Yaitu ke arah pohon yang di depannya.

Ia jika ia merasa tidak tenang ia akan menyibukkan dirinya agar lebih rilex.

"Apa yang sedang kau pikirkan tuan putri?" ucap Rad dari belakang

"Banyak hal yang sedang aku pikirkan Rad, aku tidak bisa tenang" ucap Luna lalu menurunkan busurnya.

"Bagaimana jika kau pergi terbang bersama Viserion? Mungkin kau akan bisa lebih tenang" ucap Rad menyarankan.

"Tenang saja, Olfie tidak akan cemburu pada Viserion" tambah Rad sambil terkekeh

Luna tersenyum mendengar hal itu, lalu ia mengikuti saran dari Rad. Ia malam itu terbang bersama Viserion untuk menenangkan pikirannya.

"Argghhh!" teriak Luna lalu merebahkan badannya di punggung Viserion

Viserion khawatir saat Luna berteriak seperti itu.

"Tenang saja aku tidak apa apa, aku hanya perlu menenangkan diri" ucap Luna sambil melihat bintang di langit.

Viserion terbang dengan lambat malam itu, tujuannya agar Luna bisa merasa lebih Rilex.

Saat Luna sedang terlarut dalam pikirannya, Viserion memberikan sinyal kalau mereka tak sengaja memasuki daerah musuh.

Luna mengubah posisinya menjadi duduk, ia melihat orang orang sedang berkumpul mengelilingi api unggun.

Sepertinya mereka sedang mengadakan rapat, Luna mengisyaratkan Viserion untuk mendarat di tebing dengan perlahan.

Dan benar seperti dugaan Luna, mereka sedang menyusun strategi. Luna dan Viserion diam diam menguping pembicaraan mereka.

Luna melihat ke arah pemimpin pasukan itu, dan sepertinya ia mengenal siapa pemimpin pasukan itu.

Pemimpin pasukan itu mirip seperti penyihir gelap yang Luna serang waktu merebutkan kerajaan Bougainvillea.

Viserion pun juga merasakan seperti itu, Luna dan Viserion pergi setelah mendengar semua strategi musuh.

Mereka kembali ke tempat mereka dan menginfokan pada seluruh pasukan yang tersisa.

Dan mereka malam itu menyusun ulang strategi, mereka memilih untuk menunggu pasukan musuh melawan terlebih dahulu.

Dan mereka baru akan menyerang secara diam diam, walau nanti pada akhirnya akan ketauan juga.

Malam ini semua prajurit tidak bisa tertidur karena khawatir akan kalah di peperangan besok.

Luna yakin kalau besok adalah hari dimana perang ini akan berakhir. Jadi ia harus menenangkan prajuritnya.

"Jangan khawatir, semuanya akan baik baik saja. Kita berjuang sampai titik darah penghabisan ya?" ucap Luna menenangkan semua orang yang sedang panik.

"Kami merasa lebih tenang setelah tuan putri bilang seperti itu, tapi kami tetap tidak bisa tidur tuan putri" ucap salah satu prajurit.

Luna tersenyum lalu menyanyikan satu senandung agar mereka bisa tertidur dan menyiapkan energi untuk esok hari.

"Mimpi indah semuanya" ucap Luna setelah selesai menyanyikan sebuah senandung.

Setelah semuanya tertidur Luna melenggang pergi dari ruangan itu, dan ternyata Felix sudah menunggunya di luar.

"Hey . ." sapa Felix

"Hey . ." balas Luna

"Terimakasih karena sudah mau turun tangan atas perang ini Luna"

"Itu sudah menjadi kewajiban ku"

"Seandainya Eliana tidak ikut berperang pasti tidak akan seperti ini"

"Biarlah dia melakukan apa yang dia inginkan, dia melakukan ini semua karena iri padaku" ucap Luna sambil tersenyum tipis.

Warna mata Luna lagi lagi berubah menjadi warna kuning terang, Felix yang melihat hal itu lagi lagi terkejut.

"Warna matamu, bagaimana itu bisa berubah?" tanya Felix

"Aku tidak tau kapan itu akan berubah tapi warna kuning terang itu warna mata ibu kan?" ucap Luna sambil tersenyum tipis pada Felix

Felix terdiam sebentar, saat ia menatap Luna ia seakan melihat mediang istrinya dulu.

"Iya, kau sangat mirip dengan ibumu" ucap Felix

"Sudah jangan di bahas jika itu hanya membuat hati ayah sakit. Lebih baik ayah tidur dan mempersiapkan tenaga untuk besok"

Felix mengangguk sambil tersenyum lalu, berjalan menuju kamarnya.

Luna terkejut saat melihat Felix tersenyum, Felix sangat jarang tersenyum padanya. Luna menatap bulan lalu tersenyum.

"Ibu, ayah baru saja tersenyum padaku" ucap Luna sambil tersenyum.

Tbc

Vote sama komentar nya jangan lupa ya, sampai bertemu di chapter berikutnya !

Have a nice day

Princess LunaWhere stories live. Discover now