Dodge or Admit

132 9 0
                                    

Disclaimer
Hiruma Youichi and Anezaki Mamori are belongs to :
Riichiro Inagaki and Yusuke Murata

This story is written by #NAXEN

---21---


"Anezaki – sensei!!"

Kiyomizu Lala, gadis kecil dengan cepol kembar itu berlari tanpa tahu kecepatannya hingga tubuh mungil itu menabrak kaki Mamori. Buru – buru sang guru muda mengangkat tubuh gadis itu dan membantunya mengusap hidung yang menabrak kakinya.

"Lala – chan? Daijoubu?"

"Unn.." Gadis dalam gendongan Mamori mengangguk sembari masih mengusap hidungnya. Bagaimana Mamori tidak khawatir jadinya.

"Ano, sensei..."

"Nani ka, Lala – chan?"

Namun yang ditanya malah memasang wajah seakan ingin menangis. Mamori semakin bingung juga panik dibuatnya. Apa yang terjadi? Apa yang harus gadis 25 tahun itu lakukan?

"Jun – kun mengangguku lagi, sensei!" kadunya dengan bibir bawah yang sudah maju sekian senti.

"Eh? Menganggu bagaimana..?"

"Dia meledekku terus sejak kemarin! Rambutku dibilang seperti kuping beruang!"

Mamori menahan tawanya, menggantinya dengan helaan nafas ringan,"Apa yang salah dengan kuping beruang, Lala – chan?"

"Beruang kan menyeramkan, sensei!"

"Siapa bilang?"

Suara lain datang dari belakang Mamori. Suzuna Taki, rekan Mamori sejak ia berada di bangku SMA kini juga mengekori Mamori menjadi guru di sekolah dasar yang sama. Ia baru diterima kemarin, namun sudah banyak sekali murid perempuan yang menyukainya, dan beberapa murid laki – laki bahkan minta diajari mengendarai sepatu roda.

"Beruang itu lucu kok, Lala – chan!" Suzuna mendekati mereka berdua, kini malah merapikan cepolan Lala yang sedikit berantakan.

"Benar sekali!" Mamori menimpal,"Lala – chan mau lihat?"

Gadis di gendongan Mamori memiringkan kepalanya. Seolah bertanya : 'Benarkah?'. Mamori yang menyadari hal itu, mengajak keduanya masuk ke ruang guru dan mengambil selembar kertas dari tumpukan yang ada di mejanya.

"Lihat ini, Lala – chan!" Mamori menunjukkan kertas dengan rupa kepala beruang yang sangat menggemaskan kepada murid perempuannya itu.

"Eh? Kawaii..." Lala yang sedari tadi ingin menangis kini menunjukkan wajah terkesima. Gambar di tangannya sangat sederhana, tanpa warna, namun Lala terlihat sangat menyukainya,"Beruangnya lucu sekali, sensei!"

"Deshou?" Mamori tersenyum,"Coba tebak siapa yang menggambarnya,"

Selanjutnya, jari Mamori menunjuk ke arah pojok kiri bawah kertas. Di sana tertera kanji nama seseorang.

'Namikaze Jun'

"Ini... Jun yang membuatnya?"

Mamori mengangguk,"Kurasa Jun – kun ingin memuji dan menyebutmu lucu, Lala – chan. Tapi dia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya,"

Semburat rona terlihat di pipi gadis itu.

"Makanya ketika dia menyeput cepolanmu seperti kuping beruang, aku teringat dengan gambarnya pagi ini. Jun – kun menggemaskan sekali, bukan?"

"Mmn..."

"Lala – chan, mau tahu satu hal?" Suzuna kini berjongkok di sebelah gadis itu,"Ketika laki – laki sering menganggumu, itu artinya dia menyukaimu,"

Tak hanya Lala, kini Mamori ikut membulatkan matanya. Terkejut. Heran. Bingung.

"Kenapa begitu, sensei?"

"Karena tidak semua laki – laki bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik, Lala – chan.."

Mendengar itu, Kiyomizu Lala mengulum senyumnya. Tanpa berkata apa – apa, gadis itu berlari keluar ruangan meninggalkan dua gurunya yang masih terpaku di posisi. Namun, kedua guru muda itu berani bertaruh bahwa mereka melihat semburat merah di wajah Lala.

Manis, ya.

---21---

Saikyoudai Wizard's battlefield, 5 p.m

"HIRUMA – KUN!"

"KEKEKEKEKE!!!"

Bagaimana Mamori tidak mengeluh? Surai panjang yang baru selesai ia ikat dengan rapi dan hati – hati ditarik begitu saja oleh Hiruma, bahkan karet rambutnya juga dilepas hingga surai auburn itu kembali terurai.

"Manajer jelek!" ejeknya lalu menjulurkan lidah. Saat itu, Mamori langsung mengangkat sapunya dan Hiruma kabur begitu saja keluar dari ruang klub untuk menyusul para 'teri'nya di luar sana.

"Menjengkelkan sekali,"

Tak hanya itu, bahkan ketika mereka sedang berada di lapangan, Hiruma dengan terang – terangan menepukkan binder berisi arsip formasi ke puncak kepala Mamori.

"Sakit!! Hiruma – kun—"

"Kerja bagus, manajer sialan!" diikuti dengan kekehan setannya. Mamori yang ingin protes awalnya, dibuat batal untuk melakukan hal itu. Bahkan saat Hiruma merebut minumannya dan membiarkan moncong botol itu bercampur ludah dengan Mamori, Mamori tak berniat untuk marah sama sekali.

Dan daripada menggunakan handuk bersihnya, Hiruma memberikan handuk putih itu ke kepala sang manajer,"Belum kupakai,"

Mamori bingung, namun terbentuk sebuah asumsi.

"Hei, Hiruma – kun..."

Mamori memberanikan diri untuk membuka suara saat hanya mereka berdua yang tersisa di ruangan. Mamori dengan sapunya, Hiruma dengan laptopnya. Pemandangan biasa, bukan?

"Apa kau menyukaiku?"

Hiruma, untuk pertama kalinya mengalihkan pandangan dari layar hanya karena pertanyaan bodoh. Otaknya terpaksa merangkai kalimat.

Entah untuk mengelak atau mengakui.

'Yes or No question yang merepotkan, manajer sialan...' umpatnya dalam hati.

---21---
end

#NAXEN 

Dodge or AdmitWhere stories live. Discover now