01 : Castel Lee

Mulai dari awal
                                    

"Malam itu, saat kau diputuskan oleh pacarmu. Saat dimana kau memetik buah kecubung di tengah hutan dan memakannya."

Pletak!

"Awh!"

"Kenapa kau menuruti ucapan orang mabuk bodoh! Aku saat itu mabuk karena memakan buah sialan itu!" Jennie memukul bagian belakang kepala Taeyong.

"Tapi ucapan orang mabuk itu jujur nuna." Si manis mencebikkan bibir kesal.

"Terserah, Lee." Jennie dengan dandanannya yang sudah rapi, bersiap untuk pergi ke sekolah tempat Lee Taeyong akan pindah.

"Ah... uhm, apa kau seyakin itu dia akan mengingatmu?"

"Yakin, seribu persen! Dia sendiri yang menyuruhku untuk menemuinya lagi nuna."

"Mengapa?"

"Mengapa apanya?"

"Mengapa kau percaya saja ucapan bocah TK yang tak sengaja kau temui dulu! C'mon Lee, mungkin lelaki bernama Jaehyun itu sudah lupa padamu. Atau mungkin bagian yang paling parahnya.."

Manik Taeyong melebar menunggu ucapan Jennie yang menggantung, "apa nuna?"

"Dia ternyata menjadi buaya dan bekerja di bar homo sepanjang hari."

"Nuna~" Taeyong merengek gelisah.

Tidak.

Itu tidak akan terjadi.

Sepuluh tahun, bukan waktu yang sebentar.

Taeyong sudah menantikan dan mempersiapkan dirinya untuk ini.

Menemui, orang yang berhasil membuat Taeyong takluk. Atensi segera direbut, Taeyong benar-benar menyebut lelaki itu sebagai-cinta pertamanya.

Inilah saatnya bagi Taeyong. Menepati janji yang mereka buat.

"Baiklah, aku tak akan mematahkan semangatmu Lee, tapi ingat!" Jennie menahan kedua pipi si manis, membuat bibir Taeyong mengerucut, "jika sewaktu-waktu kedatanganmu tak dihargai, kau tau kan apa yang harus kau lakukan?"

Jennie menatap manik membulat itu dalam. Penuh penantian, berharap si mungil itu tak terluka karena ikatan janji bodohnya.

"Memaksa dia agar menghargai kedatanganku?"

Jennie tertawa lantas bertepuk tangan, "polosnya~" sedetik kemudian ia melotot, "bukan itu bodoh!"

Taeyong terjingkat. Ah, kadang kelakuan polos seorang Lee Taeyong mampu membuat orang lain membenturkan kepalanya sendiri ke tembok.

"Kau tau Taeyong? Jika janji digambarkan seperti pil, mungkin dia akan masuk satu golongan bersama xanax, valium, librium, dan ativan."

"Mengapa begitu?"

Jennie menarik sudut bibir, tersenyum tipis, "mereka hanyalah obat penenang yang membuat orang candu, tak membuat orang baik-baik saja, mereka justru akan merusak."

"Kau hanya perlu mengontrol semuanya. Kau boleh percaya, tapi jangan sampai kau candu dan masuk dalam perangkap kata janji itu, atau kau sendiri yang akan rusak nantinya."

Selesai berucap seperti itu, Jennie menenteng tas jinjing, "aku pergi Taeyong, jaga rumah baik-baik." Si perempuan mengusap puncak kepala Taeyong.

Meninggalkan si manis, yang mematung.

Maniknya kosong, janji itu yang ada dalam bayangannya sekarang.

"Jaehyun tidak begitu kan?" Ucapnya lirih, sambil memandang rimbunnya pohon dari jendela ruang makan.

Apart to come | Jaeyong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang