37. My Freesia

2.1K 124 66
                                    

Freesias are popular wedding flowers across the globe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Freesias are popular wedding flowers across the globe. In this context, the white freesia flower means innocence and purity. Freesias are also used to as a thank you to someone who has performed gracefully under difficult conditions.



Meski Jaemin menangis sedu akan berakhirnya kisah mereka, keinginan Jeno yang berbanding terbalik dengan Jaemin itu tidak terlihat goyah. Sepertinya keputusan yang lelaki buat itu sudah bulat dan tak peduli apapun yang Jaemin lakukan, keputusan Jeno akan tetap sama.

Jeno akan tetap meninggalkannya. Jeno sudah tidak mau bersama dengan Jaemin lagi.

"Tidak, kalau pun aku mencintaimu .... aku rasa aku tidak mau melanjutkan hubungan ini. Setidaknya untuk sekarang, aku berpikir perpisahan adalah hal yang terbaik untuk kita. Kau dan aku sama-sama butuh waktu untuk sendiri."

Ya, pada akhirnya kata menyakitkan lainnya yang bisa lelaki itu ucapkan. Tak peduli kalau Jaemin sudah berdarah-darah dibuatnya, Jeno sama sekali tidak ragu untuk menorehkan luka dalam lainnya.

Jeno menatap mata Jaemin yang berair, tangannya terlulur untuk menghapus jejak air mata yang berjatuhan itu. "Jangan menangis," ucapnya. Jaemin berusaha untuk lebih tenang, jemari Jeno pun turun kembali untuk menggenggam tangan si cantik itu.

"Aku akan menjual salah satu tokoku dan pindah ke Inggris. Kali ini aku bukan kabur darimu, tapi aku rasa memang lebih baik untuk tidak bertemu denganmu dulu. Aku tahu, tempat ini berarti banyak untukmu jadi aku saja yang pergi."

"Tidak, ku mohon jangan katakan," batin Jaemin.

"Kalau kau mau, aku akan mengirimi alamatku nanti. Kau pun bisa berkunjung, aku tidak akan keberatan," lanjutnya.

"Tidak, jangan pergi," batin Jaemin lagi.

Kedua kaki jenjang milik Jeno pun bangun, membiarkan Jaemin sendirian dalam duduknya. Surai kehitaman milik Jaemin pun diusak pelan olehnya. Jaemin hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan akan perpisahan ini.

Saat itulah Jaemin tahu, kalau memang Tuhan tidak menakdirkannya untuk bersama dengan Jeno. Jeno bukannya untuknya, tak peduli sekeras dan sesering apapun ia meminta. Doanya itu hanya akan jadi permintaan tak terkabulkan.

"Maaf, Jaemin-ah. Aku rasa kau harus mencari kebahagiaanmu sendiri. Maaf karena aku tidak bisa menjadi orang itu."

Perpisahan baik-baik, begitu kata orang.

"Tidurlah dan jaga dirimu. Aku tidak akan pergi terlalu cepat jadi kita masih bisa bertemu kalau kau mau."

Tapi, apanya yang baik-baik saja kalau Jeno sudah tidak ada dalam pelukannya?

***

Tugas manusia hanyalah berusaha sementara hasilnya semua adalah keputusan Tuhan. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu meski sudah berkerja keras untuk itu. Begitu pula dengan cinta. Tak peduli seberapa usaha yang kita berikan agar orang lain mencintai kita, pada akhirnya hasilnya mungkin tidak akan seperti yang kita inginkan.

Dan di sinilah ada Jaemin. Meski sudah berusaha membuka hatinya untuk cinta yang baru dan memberikan cinta, sampai saat ini ia tetap belum menemukan cinta sejatinya. 

Terus menerus disakiti dan dikecewakan. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Jeno, lelaki itu maupun dirinya sama-sama harus istirahat dari segala hal yang terjadi. Mungkin memang apa yang dikatakan oleh Jeno adalah hal yang sebetulnya ia butuhkan.

Jaemin hanya mengantar kepergian Jeno dari jendela kamarnya. Di sana ia bisa melihat ibu lelaki itu yang menahan tangis saat membiarkan putra satu-satunya kembali pergi meninggalkannya.

Dari yang ia dengar, sebetulnya Jeno mengajak ibunya untuk pindah bersama. Namun, sepertinya wanita tua itu tidak bisa pergi dari kampung halamannya. Tempatnya tinggal sejak Jeno masih dalam perutnya.

Omong-omong, Jaemin sudah tidak tinggal di rumahnya lagi. Ia merasa rumah itu terlalu menyimpan banyak kenangan, yang baik maupun yang buruk. Kalau ia berada di sana, rasanya Jaemin akan selamanya terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya.

Beruntung, Ibunya dengan senang hati menerimanya kembali ke Seoul. Beliau justru sangat gembira karena pada akhirnya Jaemin ingin kembali ke rumah mereka dan tidak tinggal berpuluh-puluh kilo meter jauhnya.

Tapi, ia masih merindukan Jeno.

Senyumnya, suaranya, tawanya, sentuhannya, Jaemin merindukan semuanya. Ingatan tentang lelaki itu masih sangat jelas dalam otaknya. Ia pun menggenggam kaus yang Jeno tinggalkan di rumahnya beberapa bulan lalu. 

Itu adalah satu-satunya barang yang tak bisa ia tinggalkan meski Jaemin dengan sungguh-sungguh ingin memulai hidup kembali tanpa keberadaan Jeno. Kaus yang sudah semakin memudar aromanya itu ia bawa ke dada kemudian di peluk dengan erat.

"Jeno-ya...." panggilnya lirih.

Klik

Namun, sayangnya ia tak bisa berlama-lama untuk mengenang Jeno. Seseorang yang tidak seharusnya melihat Jaemin dalam keadaan seperti ini sudah kembali. Seseorang yang menemaninya beberapa bulan ini tanpa lelah.

Suaminya. 

Betul, Jaemin sudah menikah lagi. Ini adalah sebuah perjodohan yang ibunya atur tidak lama sejak ia pindah ke kota kelahirannya. Entah apa yang ia pikirkan saat itu, tapi Jaemin langsung menerimanya begitu sang ibu menawarkan ini padanya.

"Malam, sayang. Sedang apa?"

Lelaki itu mengecup keningnya dengan lembut sembari memberikan pertanyaan yang penuh perhatian itu. Jaemin tentu saja dibuat tersenyum olehnya. Mengabaikan tubuhnya yang lelah setelah bekerja, suaminya itu masih dengan hangat menyapanya.

Sejujurnya Jaemin merasa beruntung dan tidak menyesal menikah dengan lelaki pilihan ibunya ini. Meski hatinya masih belum bisa direbut setelah dicuri habis-habisan oleh Jeno beberapa bulan lalu, lelaki ini adalah lelaki yang tepat untuk ia nikahi.

Namanya Lucas. Seorang anak pebisnis Hongkong yang membuka cabang di Korea dan kebetulan ingin bekerja sama dengan keluarga Jaemin. Seperti yang ada didrama-drama, ia pun dijodohkan dengan dalih supaya bisnis keluarga mereka berjalan lancar.

"Hei, aku sedang tidak melakukan apapun. Sudah makan malam?"

Pria itu mengangguk, "Maaf, aku jadi tidak bisa makan bersamamu. Tadi rekanku memaksa untuk makan malam bersama."

Ya, suaminya memang pria yang seperti ini. Begitu lembut dan penyayang. Jaemin sampai heran dengan hatinya, apa lagi yang harus suaminya lakukan supaya ia bisa memalingkan hatinya dari Jeno?

Ia merasa seperti manusia yang sangat bodoh. Sudah diberikan nikmat yang begitu besar, ia justru malah ingin bersama masa lalunya yang bahkan tidak menginginkan dirinya.

"Tidak apa-apa."

"Oh iya, aku sudah menemukan tanggal untuk kita liburan. Kau jadinya ingin kemana?"

"Inggris, aku ingin ke Inggris."

"Baiklah, ayo kita ke Inggris."



END


Hai??

Maaf ya aku ngilang lama, nggak sempet terus mau nulis karena aku lagi belajar kan buat ujian dan diundur jadi nggak selesai-selesai deh 

Tiba-tiba dateng langsung END

EMANG AKU NGGAK ADA ADAB GENGS😭😭

Tenang, jangan marah-marah dulu. Masih ada 1 chapter epilog spesial bersama mas Jeno hehehe

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Where stories live. Discover now