21. Insiden di Sekolah

Start from the beginning
                                    

Sejujurnya aku takut kalau hantu si penunggu lab biologi itu mengganggu siswa sekolah. Dari kekuatan besarnya saja -aku mendengarnya dari para hantu- sudah bisa dipastikan kalau dia bukan hantu biasa.

"Kapan hantu itu menghilang, Hen?" tanyaku ke Hena.

Hena menggigit bibir. "Kemarin."

"Kemarin?"

"Ya. Katanya ada seorang siswa yang masuk ke dalam lab biologi. Aku tidak tahu apa alasannya. Tapi si hantu menyeramkan di sana ikut menghilang setelah itu."

Dahiku mengernyit. "Siapa siswa yang masuk? Kamu kenal?"

Hena menggeleng. "Aku tidak pernah melihatnya di sekolah."

Kepalaku dipenuhi banyak pertanyaan setelahnya. Aku tidak tahu kalau ternyata ada manusia yang masuk kesana.

Apa urusan orang itu sampai dia masuk ke lab biologi tak terpakai. Aku jadi curiga siswa itu punya maksud tertentu.

"Hantu itu harus segera ditemukan Renjun. Atau manusia yang ditempelinya bisa dalam bahaya."

Aku menghembuskan napas kasar. Baiklah. Tugasku bertambah sekarang.

Padahal tugas menjadi medium untuk Mark dan y/n berbicara saja sudah melelahkan. Ditambah lagi aku harus mencari hantu hilang yang wujudnya saja tidak aku tahu.

Bersabarlah Huang, semua ini akan terlewati dengan baik.

___The 7th Sense___

Jam istirahat sekolah, aku meminta Ryujin menemaniku berkeliling sekolah untuk mencari siswa yang Hena maksud.

Kami menelusuri setiap ruang kelas, bertanya ke siswa siswi lain yang sekiranya dapat membantu pencarian. Hingga kami tiba di salah satu kelas yang ramai. Ada keributan terjadi di sana.

Aku dan Ryujin berlari menghampiri kelas itu, melongok ke dalam, ingin tahu apa yang tengah terjadi.

Ternyata di dalam ada seorang siswi yang sedang melayang terbang. Siswi itu berteriak ketakutan. Meminta tolong pada temannya, tapi tidak ada yang bisa menolong.

"Ryujin, siapa yang melakukan ini?" Aku bertanya pada Ryujin karena tidak mungkin manusia bisa membuat manusia lain terbang di udara.

"Aku tidak melihatnya Ren, kamu melihatnya?" Ryujin balik bertanya.

Aku menggeleng. Aku pun tidak bisa melihatnya.

"AAKHHH!! TOLONGG!!!" Siswi yang terbang di udara berteriak minta tolong. Posisi siswi itu terlentang, tangannya mencari pegangan di udara.

"Hyung."

Aku tersentak ketika ada suara memanggilku. Dari arah samping, terlihat sosok Jisung terbang mengambang ke arahku.

"Yak! Apa yang kamu lakukan di sini?" Seruan disertai pertanyaan itu terlontar keluar dari mulutku.

Jisung tidak menjawab. Anak itu malah diam memandangi Ryujin di sebelahku.

Ryujin tidak melihat Jisung. Dia sibuk mencari siapa yang membuat siswi melayang di udara.

"Renjun, di sana!" Ryujin menunjuk seorang siswa yang berada di pojok kelas. Siswa itu tengah berdiri dalam diam. Matanya memerah, memandang sengit siswi yang melayang.

Mataku mengerjap beberapa kali. Aku kenal wajah siswa itu. Semalam aku melihatnya di cafe Jaehyun hyung.

Siswa itu ternyata adalah pengunjung di meja nomor sembilan.

Gawat. Ini bencana.

Pantas saja aku tidak bisa melihat sosok yang membuat siswi melayang di udara. Pasti karena sosok menyeramkan yang disebutkan Mark semalam di cafe.

Kini aku tahu, si siswa sekaligus pengunjung cafe meja nomor sembilan sedang dikendalikan oleh sesuatu.

"Renjun, kamu melihat sosoknya?"

Kepalaku menggeleng. Ini aneh. Kondisiku sudah membaik dari semalam, tapi aku tetap tidak bisa melihat sosok itu.

"Tidak, Ryu. Aku tidak bisa melihatnya."

Ryujin mengernyitkan dahi. "Bagaimana mungkin? Aku melihatnya Ren, sosok itu memiliki tanduk di kepala. Badannya berbulu, menyeramkan."

Ucapan Ryujin sama seperti ucapan Mark semalam. Namun aku tetap tidak bisa membayangkan bagaimana si sosok menyeramkan itu. Sosok yang ternyata berasal dari lab biologi tak terpakai di sekolah.

"Tapi aku memang tidak bisa melihatnya."

Ryujin berdecak kesal. Dia lantas berlari ke arah siswa yang dikendalikan. "Urus siswi yang melayang itu, Ren. Biar aku yang melawannya."

Tidak perlu mendengar perintah dua kali dari Ryujin. Aku langsung meloncat ke arah siswa yang melayang. Menaiki meja untuk bisa menggapai tubuhnya.

"Ada yang bisa membantuku memeganginya?" tanyaku ke siswa siswi lain di dalam kelas.

Aku tidak kenal mereka semua karena aku memang tidak mengenal banyak orang di sekolah ini kecuali teman sekelasku. Namun keadaan mendesak ini memaksaku untuk meminta tolong demi keselamatan orang lain.

Beberapa teman kelas si siswi berlarian naik ke atas meja, bersiap membantuku. Sementara teman yang lain menunggu di lantai, berjaga-jaga kalau nanti tubuh si siswi jatuh ke bawah. Untunglah kelas ini tidak seperti kelasku yang sangat sulit dimintai tolong oleh orang sepertiku. 

"Renjun! Pegangi!" Ryujin berteriak. Dapat kulihat Ryujin sedang berusaha mengusir sosok serak yang menempel di tubuh siswa.

Aku tidak mengerti apa yang Ryujin lakukan. Tapi beberapa detik setelahnya tubuh si siswi terjatuh bebas ke bawah.

Bersyukur teman sekelasnya sudah siap menahan beban di siswi jadi dia tidak jatuh ke lantai.

Setelah mengurus si siswi, aku berlari ke arah Ryujin dan siswa laki-laki yang kini tergeletak pingsan.

"Ryujin," panggilku.

Ryujin melihat ke arahku, tersenyum samar, lalu kehilangan kesadarannya.

Aku panik. Bergegas aku membawa Ryujin pergi ke UKS, lantas meminta tolong teman si siswa laki-laki untuk membawa siswa itu ke UKS juga.

Saat itu aku belum sadar kalau ternyata Jisung menghilang.

Tbc.

Jangan lupa dukungannya semua^^

The 7th Sense | HRJ x You ✔Where stories live. Discover now