7. Hantu di Toko Bunga

Comenzar desde el principio
                                    

Kutolehkan kepala ke pintu masuk, lalu mendapati seorang laki-laki dewasa memakai kemeja maroon dengan lengan digulung sampai siku. "Selamat datang." Aku menyapa dengan sopan, walau aku tahu orang ini adalah calon suami Irene nuna, aku tetap menyapanya seperti pembeli.

"Iya. Irene ada?"

Aku baru ingin menjawab pertanyaan calon suami Irene nuna saat Irene nuna keluar dari ruangan di dalam toko dengan pakaian rapi.

"Ayo, Oppa. Kita berangkat." Irene nuna menggandeng tangan calon suaminya mesra. Aku jadi merasa menghangat melihat keromantisan mereka.

"Renjun, jaga toko ya."

"Siap, nuna!" Aku memberi hormat pada Irene nuna yang hanya tertawa akan tingkahku lalu pergi keluar toko bersama calon suaminya.

Saat itulah, aku menangkap sesosok perempuan menggunakan dres putih selutut, sepatu higheels berwarna merah dan rambut bergelombang tergerai indah. Cantik sekali sosok perempuan itu, tapi sayang, ia terlihat sangat sedih dengan air mata berupa darah terus mengalir keluar dari kedua matanya.

Aku menelan ludah ketika tatapan sosok itu beradu pandang denganku, sepertinya ia menyadari kalau aku baru saja memperhatikannya.

Aku pikir setelah itu dia akan datang padaku dan meminta bantuan, tapi ternyata dia malah berbalik pergi, lalu menuju mobil calon suami Irene nuna dan masuk ke sana.

"Siapa perempuan itu?" Aku bertanya pada diri sendiri, sebab, aku tidak memiliki orang yang bisa aku ajak bicara.

.
.
.

Pukul sepuluh, aku baru saja melayani lima pelanggan yang datang berbarengan, sungguh lelah rasanya, tapi inilah hidupku. Aku harus menjalani semuanya dengan kuat dan ikhlas. Aku yakin, suatu hari nanti aku juga akan bisa hidup bahagia.

Aku memandangi bunga-bunga di dalam toko dengan perasaan sedikit bahagia. Memandang bunga bagiku memberi perasaan yang mendebarkan hati, entah apa alasannya, tapi aku sangat menyukai perasaan ini. Bisa dibilang, aku jatuh cinta pada bunga, mungkin. Ahhaha, ada-ada saja. Saking tidak adanya perempuan yang bisa aku cintai, aku memilih untuk mencintai bunga.

Ting.

"Selamat da..." mataku berkedip beberapa kali untuk memastikan tak salah melihat orang yang baru saja memasuki toko bunga.

"Oh! Hai, Renjun. Tidak menyangka bertemu denganmu di sini." Orang itu melambai ke arahku, berjalan mendekat dengan langkah anggun. Rambutnya terbang seperti ada efek angin. Astaga! Aku bisa gila kalau begini.

"Y-ya, ada apa ke sini y/n?" Aku menelan ludah gugup. Padahal aku tidak memberitahu y/n tentang kehidupanku, tentang pekerjaanku, karena kami memang baru bertemu satu kali beberapa hari lalu, itupun karena Mark hyung.

"Oh, itu. Aku ingin mengunjungi Mark oppa, kebetulan aku melihat toko bunga ini dari dalam mobil, sekalian saja aku turun untuk membeli bunga. Bisa buatkan sebuket bunga untukku?" Y/n berbicara dengan nada lembut. Suaranya memang begitu, terdengar sangat lembut di telinga, aku sendiri bahkan sempat berpikir bagaimana kalau y/n marah? Apa suaranya tetap akan selembut ini atau berubah?

Aku bergegas membuat sebuket bunga pesanan y/n, tidak menunggu lama, aku akhirnya menyelesaikan buket bunga itu, lalu memberikannya ke
y/n.

"Ini bunganya."

"Ahh iya." Y/n mengambil bunga dari tanganku, lalu mengeluarkan dompet. "Berapa Ren?"

"4100 won."

"Ohh sebentar." Y/n mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet, uang senilai 5000 won.

Aku berbalik menuju laci tempat menaruh uang, ingin mengambil kembalian untuk
y/n, tapi suara bel terlebih dahulu menyita perhatianku. Y/n sudah keluar dari toko bunga.

Aku bergegas mengambil uang kembalian untuk y/n, lalu berlari mengejar y/n yang sudah membuka pintu mobil. "Y/n, kembalianmu." Aku melambaikan uang di depan wajah, berusaha memberitahu y/n untuk mengambil kembalian.

Y/n malah menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. "Ambil saja untukmu."

Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang y/n ucapkan, aku memang sering kali menerima uang kembalian secara cuma-cuma dari para pembeli, tapi y/n, entah mengapa, hati kecilku tidak bisa menerima uang kembalian dari y/n ini.

"Tapi aku tidak bisa."

Y/n melambaikan tangan. "Kalau begitu simpan saja, mungkin nanti aku akan kembali dan membeli bunga di sini lagi. Jadi, kamu bisa menyimpan kembalian itu untuk bunga yang akan kubeli nanti." Sehabis itu, y/n masuk ke dalam mobil, tidak berniat mendengarkan ucapanku lebih dulu.

Aku menurunkan tangan yang sejak tadi melambaikan uang, meremas uang kembalian y/n.

Drt.

Ponsel di saku bajuku bergetar, aku segera melihat isi pesan yang masuk ke dalam ponselku.

+01-xxxxxx
|Ini nomorku, y/n
|Simpan ya Ren, thank you🙇

Aku membaca isi pesan singkat itu, sedikit kaget saat tahu kalau itu pesan dari y/n, padahal, aku tidak pernah memberitahu nomor ponselku sebelumnya.

"Apa ini? Kenapa dia bisa tahu nomorku?"

"Halo Huang!"

"Astaga!" Aku memegang dada ketika mendengar panggilan tiba-tiba dari sosok Mark yang sudah berdiri dengan wajah gembira tepat di depanku. "Hyung jangan suka muncul tiba-tiba begitu, aku kaget tahu." Aku melangkahkan kaki ke dalam toko, dan sosok Mark mengikutiku sampai ke dalam.

"Hyung kenapa ke sini? Bukankah y/n akan menjenguk hyung di makam?" tanyaku, sedikit tidak mengerti dengan sifat hantu Mark.

"Ahh itu, aku akan ke sana nanti setelah y/n sampai. Aku ke sini untuk menemuimu, Huang."

Aku mengernyit. "Kenapa? Kenapa ingin menemuiku?"

Mark tersenyum, menempatkan dirinya di sampingku, lalu berbisik. "Y/n sudah mulai mencari tahu tentangmu Huang, sepertinya aku akan meminta bantuanmu lebih banyak ke depannya nanti."

"Mencari tahu tentangku?" Aku memandang Mark tidak mengerti.

"Hu-um. Nomor ponselmu, y/n tahu tanap bertanya kan? Dan dia juga datang ke toko ini untuk membeli bunga. Dia sengaja datang dan membeli bunga di sini untuk memastikan kamu memang bekerja di sini, Huang."

"Tunggu! Kenapa dia bisa tahu tentangku sejauh itu, hyung? Aku kan belum cerita pada hyung juga tentang hidupku. Dia tahu darimana?"

Mark mendekat ke telingaku, membisikan sesuatu di sana. "Kamu lupa y/n itu tunanganku? Dia orang kaya yang memiliki banyak koneksi, Huang. Dan beberapa hari lalu kamu setuju untuk membantuku, jadi, y/n sudah pasti langsung mencari tahu seluk beluk hidupmu agar dia tidak kehilangan dirimu untuk bisa berkomunikasi denganku."

Aku menghela nafas lelah setelah mendengar penjelasan dari Mark. Inilah yang aku tidak suka dari orang kaya, terkadang, mereka hanya bisa memanfaatkan orang lain dengan kepentingan mereka sendiri.

Kalau bukan karena Mark, aku mungkin tidak ingin terlibat lebih jauh dengan urusan orang kaya. Lagi pula,aku bukan seorang penjilat yang menarik kembali kata-kataku setelah memutuskan untuk membantu Mark. Apapun yang akan terjadi ke depannya nanti, aku harus bisa melewatinya sebaik mungkin.

"Tapi hyung, y/n kan tidak seharusnya mencari tahu tentangku sejauh itu." Aku ingin protes ke Mark, tapi hantu itu sudah menghilang dengan tiba-tiba. "Hyung? Hyung? Haishh." Aku berdecak kesal, hantu dimana-mana memang kadang menyebalkan. Suka muncul tanpa diundang dan hilang juga dengan tiba-tiba. Menyebalkan.




Tbc.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora