Chapter 10 [END]

Comincia dall'inizio
                                    

Taka melempar pandang pada polisi terdepan. Polisi itu mengangguk samar, menyuruhnya mengikuti perintah Albert.

Dengan mata pisau menekan lehernya, ia membuka borgol di kakinya. Suara borgol yang terbuka itu terdengar begitu kencang dalam ruangan dengan udara lengang yang berat. Albert langsung menyeret Takahiro turun dari kasur.

"Let us go."

Polisi terdepan menelan ludah paksa. Ia kembali berbicara dalam bahasa Jepang. "Buka jalan. Pelaku membawa korban ke luar. Jangan gegabah."

Albert setengah menyeret Taka sambil menjaga jarak sejauh mungkin dari polisi yang berkumpul di sudut.

Saat itu, Taka merasa waktu berjalan amat pelan. Satu langkahnya seolah berjalan lebih dari satu detik penuh dan polisi di hadapannya seperti terkena efek slow motion. Langkah mereka menggema menyakitkan di telinga. Dentum jantungnya semakin keras seiring berjalannya waktu. Selama itu, Taka tidak berani bernapas.

Sambil tetap menghadap polisi dan mempertahankan posisi pisaunya, Albert membawanya ke luar ruangan menuju ruangan penuh rekaman CCTV. Polisi mengikuti mereka dengan langkah yang super hati-hati. Langkah-langkah itu berhenti ketika punggung Albert menabrak pintu ber-password yang tertutup meski polisi telah mendobraknya; mungkin dengan membajak.

"You know the password," bisik Albert pada Takahiro. Ia membalik tubuh Takahiro agar bisa menggapai kotak LED, sementara dirinya tetap mengawasi pasukan polisi.

Dada Taka bergemuruh. Beberapa waktu yang lalu, ia sangat ingin membuka pintu ini, tetapi sekarang menekan tombol pun ia enggan.

Tangannya menekan tombol pertama itu dengan gugup. Begitu ia membuka pintu sialan ini, Albert akan membawanya entah ke mana, lalu teror-teror kemarin-kemarin akan kembali terulang.

Ia menekan tombol kedua.

Ia bisa merasakan semua mata polisi mengarah pada punggungnya.

Giginya menancap bibir bawahnya hingga memerah.

Ia takut.

Ia amat takut.

"Quickly!"

Ia menekan tombol ketiga. Setiap tombol yang ia tekan seolah jarum yang menusuk jarinya. Ia membasahi bibirnya yang kering. Jarinya sudah sangat dekat dengan tombol terakhir.

Ia ingin pulang...

Pip!

Semua organ di dalam perut Taka bergejolak, bereaksi terhadap suara itu. Bunyi alat yang menandakan kodenya benar terdengar, disusul dengan bunyi yang lebih kasar dengan terbukanya kunci pintu.

Inilah waktunya. Dengan kepergiannya, semua yang telah ia perjuangkan berakhir. Ia akan berhenti dari kehidupan sebagai Taka dari One Ok Rock.

"Toru-san..."

Taka menghembuskan napas dengan tekad penuh.

Ia mendorong pintu itu sedikit--

--dan matanya membulat melihat apa yang ada di balik pintu itu.

Taka tidak sempat memproses apa yang sedang terjadi. Tahu-tahu, pintu itu sudah terbuka penuh, bukan oleh dirinya, dan sekelebat bayangan menyerbu masuk. Lebih jauh lagi, bayangan itu menerjang Albert hingga terjengkang jatuh.

Seketika, semua suara yang ada seolah lenyap seketika. Ia merasa ada sesuatu yang amat kedap suara menyumpal telinganya atau dirinya terperosok ke dalam ruangan vakum yang tanpa udara, tanpa medium untuk suara merambat.

BUAGH!

Dan suara itu muncul; hanya suara itu. Suara keras yang menyadarkannya dari lamunannya. Ia masih belum bisa memproses apa yang terjadi, namun ia baru sadar dirinya sudah terduduk lemas.

Toruka: Pulling Back [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora