30

11.7K 1.6K 588
                                    

"Pak, saya buatkan makanan lagi untuk Bapak"

Seokjin menunjukkan kotak bekalnya yang berisi masakan buatannya sendiri. Tadi pagi.

"Kau terlambat lagi?"

Seokjin menggeleng.

"Saya hanya terbangun lebih awal" jawabnya.

"Memikirkan sesuatu?"

"Eum...begitulah"

Tentu saja ada yang membuat Seokjin kepikiran hingga bangun lebih awal. Percakapannya dengan sosok wanita yang datang tiba-tiba ke rumahnya kemarin. Siapa lagi.

"Jangan terlalu banyak berpikir, nanti kau sakit"

Seokjin terhenyak mendengarnya. Diam sebentar sebelum tersenyum kecil.

"Kalau saya sakit sekalipun, tidak masalah Pak. Lagipula tidak ada yang bersedih meski saya tidak ada"

Ya, ia sendirian. Tak perlu ada yang dikhawatirkannya lagi sekarang.

"Hmm, begitu ya? Kalau begitu aku yang akan menjadi orang yang bersedih, jadi kau tidak boleh sakit. Bagaimana?"

Seokjin mendongak. Kembali tersenyum kecil mendengar kalimat seolah bujukan itu.

"Bapak ada-ada saja. Untuk apa juga Bapak ikut bersedih. Tapi terimakasih sudah menghibur saya, Pak"

Seokjin memberikan kotak bekal yang dibawanya ke hadapan pria yang berada tak jauh darinya.

"Ini juga bahan masakan yang Bapak belikan" beritahunya.

"Belum habis?"

"Mana mungkin secepat itu. Bapak kira saya makan sebanyak apa?!"

"Kau kan makannya banyak"

Seokjin mendengus kecil sebelum kembali ke mejanya.

Mengambil kotak bekal lain yang isinya sama. Hanya miliknya dengan porsi yang lebih banyak.

"Oh ya, apa ASImu masih keluar?"

Belum juga Seokjin memulai makan siangnya, pertanyaan kembali melayang untuknya.

"Eum...ya. Tapi tidak banyak"

"Lalu?"

"Saya...buang"

Namjoon menghela nafas panjangnya. Tak tahu lagi harus merespon bagaimana.

"Soobin pasti akan sedih kalau tahu makanan untuknya dibuang begitu saja" ucapnya pelan.

"Maaf"

Tak ada percakapan lagi. Mereka memulai makan siang dalam diam setelah itu.

-*123*-

"Namu, tadi Eomma datang"

Namjoon yang tengah bermain dengan bayinya itu mendongak saat sang istri mendekat.

"Apa yang Eomma katakan?"

"Seperti biasanya. Eomma menyuruh kita berpisah"

Namjoon menghela nafas panjangnya. Entah sudah keberapa kali hari ini.

"Sudahlah, jangan dengarkan kata Eomma. Lambat laun, Eomma pasti akan merestui kita"

Saera semakin mendekat dan memeluk lengan sang suami.

"Tapi aku takut" ujarnya dengan ekspresi yang meyakinkan.

"Takut apa?"

"Aku takut Eomma akan melakukan sesuatu yang buruk pada kita"

Mother [NamJin]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin