primo

566 96 54
                                    

Rintik hujan perlahan mulai mengguyur bagian belahan lain bumi, atau mungkin gerimis lebih tepatnya.

Burung merpati yang biasanya banyak terlihat di trotoar di samping jalanan, kini pun satu persatu mulai terbang mencari tempat berteduh agar bulunya tak terkena timpahan air hujan dari langit.

Ranting serta daun di pepohonan juga mulai terlihat basah terkena hujan. Orang orang yang tadinya berjalan santai pun kini mulai buru mempercepat langkahnya agar tidak kehujanan.

Sama seperti Felix.

Pemuda yang masih menginjak tahun kedua sekolah menengah atas tersebut sedikit berlari untuk menghindari terpaan hujan dengan tangan yang mengarahkan ponselnya ke daun telinga.

"Fel, lu dimana"

"Bentar bentar gua lagi di jalan mau nyebrang"

"Tinggal lu doang yang belum dateng"

"Iya iya sabar anjir, abis nyebrang sampe kok gua"

"Yaudah cepetan, lu langsung masuk ke dalem aja. Anak anak kelas semua udah pada masuk, gua tungguin samping resepsionis"

"Okay, thanks"

"Hmm. Cepetan lu"

"Iya iya, cerewet amat sih lu"

"Masih mending gua tungguin. Yaudah gua tutup"

"Hmm"

Bunyi putusan sambungan terdengar di telinga Felix, ia buru buru mengantongi gawai miliknya kedalam saku agar tak terkena rintik air hujan. Kemudian langsung menyebrang ketika lampu pejalan kaki di depannya berubah menjadi hijau.

Langkah kakinya makin ia percepat menuju museum kesenian yang tak jauh dari tempat ia berjalan. Tetes air hujan yang mengenai kepalanya makin membesar dan semakin banyak.

Beruntung ia sampai di teras museum tepat waktu. Saat ia menginjakkan kaki pertamanya ke anak tangga di depan bangunan tersebut, seketika pula guyuran air dari langit bertambah deras. Diikuti dengan suara guntur yang menyaingi alunan deras hujan.

"Hahh.. Untung aja belum deres pas gua jalan" Felix bermonolog sambil menatap jalanan yang makin lama makin membasah.

Ia menghembuskan nafas lega, mengeratkan genggamannya ke ransel miliknya kemudian langsung berjalan menaiki anak tangga dan masuk ke dalam museum tersebut.

Saat sudah melewati pintu yang berputar di depan, netranya melongok mencari temannya yang mengatakan akan menunggunya di dekat meja resepsionis. Felix menatap dari ujung ruangan-

Dan gotcha! Ketemu!

"Ung!"

Felix berujar sedikit keras bermaksud memanggil, membuat orang yang merasa memiliki nama tersebut langsung menoleh kearahnya.

Ia Kim Seungmin, teman yang di maksud oleh Felix tadi. Kurva di wajahnya otomatis terbentuk ketika netranya memang sengaja menangkap sosok Felix yang kini tengah berlari ke arahnya.

"sowwie mate, i'm late. Gua bangun kesiangan lagi tadi hehe" Cengir pemuda berkonstalasi di pipinya tersebut sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SculptureWhere stories live. Discover now