02. The second time

Start from the beginning
                                        

"Elle, sarapannya cepat ya supaya bisa ikut papa" kata mama.

"Gak, buang waktu lama kalau antarin dia dulu ke sekolah. Papa harus ke kantor. Elle biar diantar supir aja" sanggah papa.

"Iya, aku di antar supir aja. Kasian papa. Kantor papa sama sekolah aku beda jalur" ucapku.

Mama menghela nafasnya. Ini bukan yang pertama atau yang kedua kalinya mama menyuruhku untuk pergi ke sekolah dengan papa. Bahkan mungkin sudah yang kesekian ratus kalinya. Mama ingin melihatku akrab dengan papa tapi sayang sekali, itu tidak mudah.

Sejak kecil memang aku tidak pernah akrab dengan papa. Tidak seperti papa orang lain di luar sana yang sering menghabiskan waktu dengan anak perempuan mereka ㅡno, aku berbanding terbalik dengan hal-hal semacam itu.

Setelah sarapan, aku segera berangkat ke sekolah. Diantar oleh supir pribadi rumah ini ㅡorang yang juga sudah mengantar jemputku ke sekolah hingga pulang ke rumah sejak aku masih berada di sekolah dasar dan sekarang aku sudah duduk di bangku sekolah tinggi.

"Pulang nanti gak usah di jemput ya, aku mau mampir ke rumah Prof. Jeffrey. Kabarin mama" ucapku kepada supir itu atau yang biasa kami kenal dengan nama Pak Barnett.

"Baik nona" begitu jawabnya.

Akupun keluar dari mobil setelah Pak Barnett membukakan pintu mobil itu untukku. Kemudian aku berjalan masuk ke dalam sekolah, melewati koridor yang begitu ramai dengan murid-murid yang lainnya.

Semua pandangan tertuju padaku, mungkin mereka bertanya-tanya apa yang sudah terjadi dengan tanganku. Bahkan ada yang berani bertanya akan hal itu dan aku hanya menjawab bahwa ada sebuah kecelakaan kecil yang terjadi padaku ㅡkemudian mereka mengangguk paham.

Tapi ada orang yang begitu shock ketika melihatku. Lebih tepatnya ketika aku mealangkahkan kakiku masuk ke dalam kelas ㅡsiapa lagi kalau bukan Luna dan tiga orang temannya.

Pasti mereka mengira aku sudah mati di kemarin hari. Tapi pada kenyataannya hari ini aku bertemu lagi dengan mereka.

Mereka berempat tidak berbicara denganku, mereka lebih memilih diam dengan keterkejutan mereka itu. Aku bisa merasakan mereka sedang membicarakanku di belakang sana tapi ah sudahlah aku tidak ingin mencari gara-gara di sini ㅡbiarkan saja mereka.

"Tanganmu kenapa" tanya seseorang yang ada di sebelahku.

Itu adalah Dean, teman yang bisa dikatakan lumayan dekat denganku dibandingkan yang lainnya. Dia juga duduk di meja yang berada tepat di sampingku.

"Kemarin ada kecelakaan kecil aja. Gakpapa kok ini" jawabku.

"Mereka lagi?"

Aku tau siapa yang dimaksud oleh Dean sekarang. Siapa lagi kalau bukan Luna dan teman-temannya. Hanya mereka yang selalu menggangguku hampir setiap harinya.

Ah yaㅡmengenai peringkat itu, Dean tidak tau mengenai hal yang selalu menjadi permasalahan diantara aku dan Luna. Yang dia tau hanyalah aku adalah musuh bebuyutan seorang Kathleen Luna Rublin. Mungkin jika dia tau masalah dibalik itu, Dean tidak mau lagi berbicara denganku.

"Kenapa diam? Mereka kan? Gak bisa gini El, mereka udah keterlaluan" Dean berbicara dengan nada suara yang terkesan tegas.

CODE NAME MARKWhere stories live. Discover now