2

9.3K 2.5K 438
                                    

[Makhluk lemah]
- 2nd Survivor, Kim Doyoung-

.
.
.

Manusia itu makhluk yang lemah. Mereka rapuh dan butuh pertolongan. Tapi ntah kenapa saat mereka meminta bantuan, mereka malah merasa amat menyedihkan. Seakan-akan rasa simpati adalah bentuk lain dari semesta yang tengah menertawakan hidup mereka yang mengenaskan. Karena itu beberapa orang memilih untuk diam dan menerima. Tidak suka dikasihani bahkan marah jika seseorang menatapnya prihatin.

Aku lebih suka menunggu sampai lukaku kering. Pertanyaan orang menganai lukaku adalah yang paling kuhindari. Ketika semburat merah kebiruan hadir menjajah permukaan kulitku—aku selalu merasa malu. Karena aku tak dapat melakukan apapun ataupun mencegah agar luka-luka itu tak bertambah terus. Baik kemarin, hari ini maupun esok hari—aku adalah si lemah Kim Doyoung beserta hasratnya yang terus menyalahkan diri sendiri.

Setelah Saera dan Yedam mengaku kepada sekolah bahwa Jaehyuk tak bersalah—aku merasakan kelegaan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku. Chaesoo ssaem sudah dikeluarkan dan anggapan buruk orang tentang Jaehyuk telah terpatahkan.

Namun dengan demikian terjawablah bahwa aku; adalah penjahat sebenarnya dalam kisah hidup Jaehyuk. Dan aku pantas menerima pukulan demi pukulan yang Daeho layang kan padaku tanpa sebab. Barangkali tuhan sedang menghukum, jadi aku menerimanya dan tak melawan.

Terkadang Kim Junkyu datang dan menghadang. Menggantikan sosok Jaehyuk yang telah lama hilang. Aku perlahan-lahan tak lagi merasa bersalah seorang diri. Ada banyak orang yang juga memendam perit atas kematian Jaehyuk. Terutama teman baiknya—Junkyu.

Beruntung sosok Jaehyuk mendatangiku dan dengan sukarela memberikanku maaf. Meski aku tak tau pasti apakah yang datang saat itu benar-benar Jaehyuk atau hanya imajinasiku saja. Aku tak keberatan untuk jadi gila jika yang kulihat adalah halusinasi mengenai Jaehyuk.

Bicara soal Jaehyuk, segala hal buruk yang menyangkut padanya tak akan usai jika Jihoon tidak mengamuk di depan kelas. Disaksikan oleh banyak sekali penjuru sekolah dan bahkan para guru. Jihoon sama hebatnya dengan Jaehyuk dimataku—meski dengan cara yang berbeda.

Mulai saat itu, aku mengagumi sosok Jihoon dengan sangat. Dia sangat tegas dan juga kuat. Dia sendirian tapi tak setitik pun aku melihatnya terlihat menyedihkan. Jihoon seperti dikelilingi oleh aura yang kuat. Hanya dengan melihat caranya berjalan saja semua orang langsung mengurungkan niat untuk melawan. Bahkan komplotan Daeho tak pernah berani menganggu Jihoon. Padahal Jihoon bukan siapa-siapa.

Ia hanyalah seorang penyendiri yang punya tatapan setajam elang. Wajahnya yang lucu melebur tiap kali ia mendelik pada seseorang. Dia tak bisa disentuh oleh siapapun dan apapun. Ia seperti sudah mati rasa dengan cara membangun dinding yang tebal di sekujur badannya.

Aku tak tau dengan cara apa Jaehyuk bisa membuat Jihoon seketika jadi sosok yang menyesal atas kematiannya. Yang jelas, mungkin karena mereka sama-sama orang yang hebat.

Tapi ternyata Park Jihoon tak sekuat itu. Seperti yang aku katakan tadi—manusia sejatinya adalah makhluk yang lemah. Bagaimanapu wujud tegas Jihoon di hari sebelum hari ini hanyalah kamuflase dari kesedihan yang merundung kehidupannya.

Terakhir kali aku bertemu Jihoon adalah ketika ia ingin cabut kelas lagi. Aku melihatnya melempar tas ke luar dinding pembatas. Dan ia pun tak sengaja melihatku yang babak belur habis di pukuli oleh Daeho. Dan kala itu pun aku memang sedang dikejar.

Jihoon turun dari kursi kayu dan menatapku. "Naik."

Dia mengatakannya dengan wajah datar. Namun aku seperti merasakan ketulusan yang sama dengan yang dulu Jaehyuk lakukan. Meski keduanya bertolak belakang—mereka punya perasaan yang sama. Itulah yang kupercayai.

ii. the day before today[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang