LIMA

7 2 0
                                        

"Dia sakit,"

Afsheen melotot, sukar rasanya menerima fakta bahwa gadis seceria Fira itu sakit.

"Bisa biasa aja matanya?" sarkas Aress saat meliat ekspresi dari Afsheen.

"Njirr, bukan begitu. Maksud gue, sejak kapan?"

"Sejak dia kecil. Penyakit turunan."

"Maksudnya?" bingung Afsheen tidak mengerti dengan penjelasan singkat Aress.

Aress menegakkan duduknya kemudian menarik napas sebelum menyusun kalimat yang pas untuk menjelaskannya ke Afsheen. "Mamanya dulu meninggal karena penyakit itu, dan dia pun memiliki penyakit yang sama. Sapupunya juga, sempat sembuh tapi juga berakhir dengan kembali ke hadapan Sang Ilahi."

Afsheen tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya, bukan hanya karena fakta penyakit Fira tapi bagaimana panjangnya seorang Aress berbicara.

Seakan mengerti dengan apa yang pria gila di depannya pikirkan, "Gue juga manusia," tekan Aress dengan suara rendah tapi bisa membuat siapa saja bergidik ngeri.

Bukannya merasa bersalah Afsheen malah nyengir tak berdosa.

"Jadi, lu gak mau sama dia karena sakit. Gitu?" cerca Afsheen.

Aress menatap Afsheen tajam. "Bukan," sahutnya kemudian.

"Lalu?"

"Gue ...," Aress tiba-tiba terbungkam dan gugup dalam satu waktu. Kenapa sesulit ini menyampaikan sebuah kebenaran? batinnya.

"Gue apa?" tanya Afsheen penasaran.

"Gue sebenernya pe-" kalimat Aress terputus saat ketukan pintu terdengar.

"Bentar gua buka dulu." Afsheen berdiri dari duduknya, sebelum melangkah dia menoleh. "Selama gue pergi. Jangan cari alasan untuk membeo!" ancamnya kemudian.

"Dih."

****

"Siapa?" tanya Aress saat melihat Afsheen kembali.

"Entahlah. Salah rumah katanya," saut Afsheen dengan nada biasa saja.

"O,"

Afsheen mendelik melihat tanggapan Aress. Walaupun sudah biasa tapi tetap saja bikin kesel.

"Ress, lu pernah kesamber petir kagak?"

"Gue terlalu sibuk untuk sekadar mencoba hal yang kurang menarik."

Afsheen mengelus dadanya. "Untung gue bebal."

"Alhamdulillah," balas Aress.

Malam itu Aress tertidur di rumah Afsheen. Saat Afsheen hendak menyelimuti tubuh Aress, ada sesuatu yang mengganjal pada dada Aress. Namun, Afsheen memilih mengabaikannya dan beranjak ke kamarnya setelah selesai menyelimuti Aress.

Semalaman Afsheen terjaga, matanya sukar terpejam pikirannya melayang akan apa yang dilihatnya barusan . Tapi, sudahlah mungkin karena ngantuk dia jadi halu atau kelamaan sendiri membuatnya lupa akan bentuk tubuh wanita.

Entahlah, yang jelas malam ini ia benar-benar tidak bisa tidur.

Bersambung ...

8 juli '20

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RASAWhere stories live. Discover now