1. Putus

190K 3.3K 52
                                    

Suara-suara berisik dari arah ruang santai diapartemen membangunkan aku. Rutinitas yang menandakan kalau Mbak Rini, petugas cleaning servis yang kusewa secara pribadi untuk merapikan unit apartemenku sudah datang.

Bukan karena berisiknya, melainkan karena heboh suara milik seorang wanita yang sedang diwawancarai oleh infotaintmentlah yang membuat aku langsung terjaga sepenuhnya.

 Aku sangat mengenal siapa pemilik suara cempreng sok manja yang tengah jadi sorotan publik pasca pesta pertunangannya semalam.

Wanita itu, telah merebut segalanya dariku. Dasar bibir tebal tak tahu malu…

Aku kembali terisak saat ingat apa yang terjadi semalam.

FLASHBACK

“Kita putus”

“Apa?” aku melongo tak percaya menatap kedalam mata pria yang berdiri dihadapanku, yang kini matanya balik menatap dingin –nyaris jijik- kepadaku.

“Aku tidak mau mengulanginya lagi Runi…tapi kalau kau mau mendengarnya lagi baiklah…aku bilang kita putus..”

Aku menutup mulut dengan telapak tanganku, dan air mata nyaris lolos begitu saja dari kedua bola mataku yang setia menatap padanya “K-kenapa…”

Rahangnya mengeras “Aku sudah tidak merasakan lagi chemistry dalam hubungan ini…membosankan, aku jenuh dan…”

PLAAAKKK

Begitu saja tanganku melayang mendarat pada pipinya, harusnya aku tahu kalau dia pasti akan melakukan hal ini padaku. Harusnya aku sadar saat merasakan dia mulai berubah.

Semua pesan di BB nya menjelaskan kalau apa yang menurutnya ‘bukan apa-apa’ antara dia dan mantan sahabatku yang genit itu adalah benih-benih perselingkuhan dan pengkhianatan yang aku biarkan tumbuh.

Dia menatapku tanpa emosi. Menyebalkan sekali untuk seseorang yang baru saja kena tampar akibat memutuskan pacarnya…dasar sialan, terkutuklah aku karena pernah mencintainya.

“oke!” seruku geram “kita putus” sambungku “dasar sampah” dan kemudian aku berlalu begitu saja dari hadapannya.

FLASHBACK END

Hik…hik…hik…

SIALAAAAAAAAAANNNNNN…..

Aku menimpa kepalaku dengan bantalku menangis sepuasnya dari balik selimut sambil mengutuki teman yang telah merebut kekasihku itu.

Tersadar saat ponselku berbunyi nyaring dari atas meja disisi tempat tidur, mengingatkan aku kalau ini bukan hari libur, dan aku masih belum melakukan persiapan apapun untuk pergi kerja.

Argggghh…kenapa Julian harus memilih hari kerja saat memutuskan hubungan kami, dasar lelaki brengsek, dengan malas aku menyambar ponselku, melihat sekilas dari balik mataku yang terasa bengkak dan pedih, menemukan sebuah nama milik seseorang yang paling tidak ingin aku ajak ngobrol saat ini, sayangnya dia itu bosku.

“Pagi Hegel..” sapaku.

“PAGIIIIIIIII….” Teriaknya dengan suara yang terdengar sangat-sangat bahagia.

Ada apa dengan bujangan cabul yang satu ini? Aku bertanya-tanya sendiri “Kau sedang senang? Ada apa?kau menang tender?”cecarku penasaran.

“Oh! Bukan sayang…aku baru saja membuka televisi dan menemukan berita pertunangan seseorang yang…ah…itu tidak penting, yang jelas aku senang akhirnya kau berakhir dengan lelaki itu..eh! apa ini saatnya bagiku untuk maju menjadi kekasih terbarumu.”

“Mati sajalah kau..” makiku sewot dan dia diseberang sana terbahak kencang tanpa ampun.

“Aku mau mandi, kututup saja ya..”

“Oh..jangan..” larangnya cepat.

“Aku sudah telat ketempat kerja, ini sudah kali ketujuhnya kau yang datang lebih dulu dari aku, padahal kau atasanku..”

“Lupakan itu” sergahnya “aku masih di apartemenku, dan kita tidak perlu kekantor kira-kira untuk tiga hari kedepan.”

Haaahhhh ini baru tumben namanya “Kenapa” kucoba untuk menyembunyikan rasa senangku dari telinganya “jangan bilang kau meliburkanku demi alasan simpati untuk status baruku..”

“Sama sekali bukan sayang…kita tetap akan bekerja tapi bukan dikantor”

Aku mendengus resah, mulai was-was dengan rencana bosku yang mesum ini, dia tipe pria yang tak pandang bulu soal wanita, meski kami besar bersama tapi aku tak yakin kalau otak srigalanya tidak pernah memikirkan hal yang tidak-tidak tentangku.

Aku tahu kalau aku terdengar seperti cewek sok muna yang suka mengincarnya dengan cara malu-malu. Tapi satu-satunya alasan yang membuatku bertahan bekerja secara professional bersamanya hanyalah karena besarnya uang yang dia tawarkan padaku melebihi batas tertinggi bayaran asisten pribadi CEO manapun di Indonesia, dan tentu saja aku tak perlu membuat diriku jadi seperti asisten submisif milik para milyalder dalam fiksi erotis murahan.

Aku asisten pribadi yang merdeka dengan hak-hak seksualku.

“Jangan mulai memikirkan hal yang aneh-aneh sayang..” Hegel memperingatkanku dengan nada wajar “kita akan pergi ke Jepang untuk melakukan pembelian mesin-mesin baru untuk pabrik kita yang di Medan.

“Oh!”

“Jadi bersiap-siaplah”

“JEPANG????” seruku tak percaya, selama ini perjalanan bisnis terjauhku bersamanya hanyalah ke Singapura.

“iya Jepang…”

“Ciuuuuuuusss….miapah!” dengan norak aku menirukan iklan yang lagi popular ditelevisi.

Hegel tertawa pelan mendengar aku yang begitu semangat “Mi ayam. cepetan ya say, nanti aku jemput kamu disana.”

“Yes Darling…” teriakku kegirangan sambil melompat dari atas ranjang dan mengakhiri pembicaraan antara aku dan bosku.

…………………

 

Badless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang