Chapter 7

1.1K 144 25
                                    

Entah sudah berapa lama Mark tidak ke tempat ini. Tempat yang dulu begitu sering ia kunjungi bersama sang kakak bahkan hanya sekedar untuk membeli ramyun lalu memakannya bersama di tepian sungai. Sungai Han menyimpan begitu banyak kenangan, kenangan indah bahkan hingga yang terburuk. Dulu ia akan dibangunkan pagi-pagi oleh kakaknya, kemudian mereka akan lari pagi disini. Itu kegiatan rutin mereka jika ada waktu libur. Mark juga akan mengajak kakaknya, sekaligus Poppy -anjing cantiknya- untuk berjalan sekaligus bermain.

Ah, Mark merindukan Poppy. Entah dimana anjing cantik itu sekarang.

Semua kenangan di tempat ini akan menjadi kenangan yang indah jika saja sang kakak tidak memilih untuk menceburkan diri disini, di sungai ini. Setiap mendengar nama tempat ini saja Mark langsung terbayang tubuh kakaknya yang mengambang di tengah sungai yang saat itu suhu airnya begitu rendah bahkan hampir beku.

Entah kenapa diantara begitu banyak tempat di Korea, Jeno malah mengajaknya kemari. Mark sebenarnya ingin menolak. Tapi ketika melihat wajah sedih Jeno dan mendengar alasannya, hati Mark luluh juga.

"Sepertinya aku satu-satunya orang Korea Selatan yang akan mati tanpa pernah melihat Sungai Han sekalipun"

Alasan yang sungguh menggelikan menurut Mark, namun bisa membuat hati Mark luluh. Hingga keeseokan harinya mereka berdua kabur dengan beberapa lembar uang yang mereka kumpulkan dan menaiki kereta menuju Seoul.

Mereka kabur, itu artinya tanpa sepengetahuan dan ijin dari keluarga mereka. Jarak Mokpo dan Seoul sangatlah jauh, dan Mark yakin neneknya maupun keluarga Jeno tak akan membiarkan anak dibawah umur seperti mereka pergi 'hanya' berdua saja tanpa pengawasan orang dewasa. Kalau Mark sih sudah pernah melakukan semua seorang diri, dia kan pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi bocah sebatang kara.

"Hyung!"

Suara Jeno membuyarkan lamunan Mark, ia menoleh pada pemilik suara.

"Aku kesini untuk jalan-jalan, bukan untuk menemani hyung melamun" mulut Jeno sedikit mengerucut, Mark jadi gemas sendiri.

"Maaf, Jen. Hanya teringat kenangan-kenangan masa lalu" nada Mark terdengar lesu, dan entah kenapa membuat Jeno merasa bersalah.

Jeno tidak pernah berbohong tentang dirinya yang belum pernah melihat Sungai Han, sungguh ia belum pernah melihatnya. Dan dengan bodohnya ia lupa jika Mark memiliki kenangan buruk tentang tempat ini, hatinya diselimuti rasa bersalah.

"Tentang.. Johnny hyung?" Jeno merutuki mulutnya yang menyebut nama itu.

Mark menatap Jeno sejenak dengan tatapan sendu, sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum kecut. Jeno semakin merasa tidak enak.

"Mm.. bagaimana kalau kita ke tempat lain saja? Ke.. ke Namsan misalnya? Ba-bagaimana?" Jeno mencoba menawarkan. Toh ia sudah sampai dan melihat Sungai Han, jadi tidak masalah jika harus berpindah ke tempat lain. Yah, walaupun ia ingin berjalan di tepian sungai dan menikmati sejuknya udara di Sungai Han.

Mata Mark membelalak. Ia menggeleng cepat. Jeno merengek bahkan hampir menangis ketika memaksanya untuk pergi kemari. Bagaimana bisa mereka pergi dari sini begitu saja?

Mark merasa bersalah sudah merusak mood bocah itu.

"Tidak, Jen. Aku tahu kau sangat ingin melihat dan menikmati tempat ini, mana bisa pergi begitu saja?" Mark berusaha sebisa mungkin menetralkan perasaannya dan mulai membujuk Jeno.

"Tapi hyung.."

"Jangan dipikirkan, Jen. Kenangan buruk tetaplah kenangan buruk, memang sulit untuk dihapus. Tapi tidak ada salahnya kan jika ditutupi dengan berjuta kenangan indah yang lain?" Mark menatap Jeno menyakinkan.

Someone To StayWhere stories live. Discover now