00.00

4 1 1
                                    

Dua tahun yang lalu, kisah kita berakhir. Atau tepatnya, sudah tidak ada lagi kata kita dalam kisah ini. Aku tidak menyangka jika ditinggalkan olehmu akan sesakit ini rasanya. Jika aku tahu, mungkin hari ini kita masih bersama mengelilingi kota dengan terik matahari. Orang-orang benar, jika belum merasakan sakitnya kehilangan maka tidak akan pernah menyadari betapa penting hadirnya seseorang. Sebenarnya aku ingin sekali hanya menyalahkanmu dalam cerita ini. Tapi apa gunanya? Toh aku sangat tahu bahwa bukan cuma dirimu yang bersalah. Mungkin lagu mu benar, bahwa aku tidak pernah mau tahu bagaimana sulitnya dirimu mencintai gadis sepertiku. Lalu apa aku sekarang menyalahkan diri sendiri? Tidak juga. Karena kita sama lelahnya dalam hal saling memahami. Sama-sama payah dalam menahan ego. Dan Sama lemahnya dalam hal bertahan. Sekali lagi aku ingin menyesal pernah mengenalmu. Tapi ku pikir tidak. Aku beruntung pernah memeluk dan menjadi pelukmu. Aku beruntung pernah menjadi gadis kesayanganmu, Laki laki menyebalkan. Untuk itu aku sangat beruntung pernah mengenalmu.

Biy, di hari pergi kau lupa menaruh bagian hatiku kembali ke tempatnya. Kau mencuri dan membawa nya pergi. Bahkan sisa yang lain masih dibiarkan berserakan sampai sekarang. Aku hanya di hantui bayanganmu saat mencoba merapikan nya.

Biy, dua tahun bukan sebentar. Ada banyak orang yang mencoba masuk lagi, tak ku tolak. Tapi entah kenapa nampaknya mereka menyerah saat melihat isi hatiku yang berantakan.

Biy, hari ini aku masih mencoba menemukan seseorang yang mampu membersihkan apa yang kau hancurkan. Tapi bagaimanapun tidak akan utuh jika bagian paling besar  masih kau bawa pergi kan?

Biy, tolong lihat gadis rumit ini sekali lagi. Kembalikan apa yang kau curi. Mungkin setelah ini, dia tak akan minta apapun lagi.




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dua Puluh HariWhere stories live. Discover now