Sebuah Akhir

304 14 11
                                    

Halo untuk yang masih mencintai dalam diam!

Ini buat yang kangen sama Arga.

***

Arga tidak tau betapa kacau dirinya ketika Ana memintanya untuk mengakhiri hubungan. Kepergiannya ke Yogyakarta waktu itu hanya sekadar untuk melepas emosi, bahkan dia mengalami kecelakaan namun ntah mengapa tidak parah. Padahal Arga sudah bersiap jika dia mati saat itu juga.

Dia tidak siap jika harus mengatakan semuanya. Dia tidak ingin kehilangan Ana, apalagi pada hari itu harusnya dia mengucapkan kalimat manis dan doa bagi Ana yang berulang tahun. Dia rela jika harus menerima semua cacian bahkan tamparan dari Papa namun tidak dengan kehilangan Ana.

Arga menangis saat dia mengungkapkan semuanya. Dia menangis. Menangisi hubungannya dan juga sifatnya. Ana di sana, diam, hanya mendengarkan semuanya dalam diam. Papa menamparnya dengan cukup keras, Kakek bahkan memaki dan memarahinya. Bukan hanya sampai di situ saja, ketika sampai di rumah pun Papa masih memarahi dan memukul dirinya. Arga tau kesalahannya begitu besar karena menyakiti hati perempuan.

Lalu hatinya semakin sakit ketika Ana memutuskan untuk berpisah. Arga berharap dia bisa melihat wajah Ana tapi sampai beberapa bulan kemudian dia tak bisa melihat wajah Ana secara langsung. Kakek berusaha menjauhi Ana bahkan ketika sidang pun Ana tak datang.

Perempuan itu juga memutuskan untuk berhenti kuliah, hal itu semakin menutup kemungkinan Arga bertemu dengannya. Berulang kali Arga mencoba melihat Ana dari jauh, tapi perempuan itu nampaknya tidak pernah keluar dari rumah. Hanya kedua temannya yang sering berkunjung. Media sosial perempuan itu juga seakan mati. Tak mungkin juga Arga langsung bertamu karena dia yakin Kakek dan keluarga Ana akan menolaknya mati-matian.

Arga tak tau bagaimana kini, dia masih menganggap Ana sebagai istrinya, pasangannya, kekasihnya. Dia menatap foto yang pernah Ana abadikan ketika keduanya tengah makan bersama, lalu foto pernikahan mereka. Tak banyak foto yang mereka miliki. Ana benar, tak banyak cerita tentang mereka berdua.

Secara diam-diam Arga mencari info tentang Ana dengan seorang mata-mata, tapi info yang didapat tidak selalu banyak dan tidak jelas. Tapi suatu hari dia tanpa sengaja melihat Ana yang sedang makan bersama dua temannya. Perempuan itu terlihat sehat dan baik-baik saja. Tak ada yang kurang, Ana-nya masih cantik seperti dulu. Ingin rasanya Arga berlari dan mendekap Ana, lalu berucap bahwa dia merindukan Ana. Sejak saat itu dia kembali mengikuti Ana dari jauh, mengamati perempuan itu hingga akhirnya Arga terkejut karena Ana memutuskan untuk pergi ke Singapura.

Arga pun mengikuti Ana menaiki penerbangan yang sama, bahkan dia tidak sengaja menabrak tubuh Ana saat itu, beruntungnya Ana tidak menyadari bahwa itu adalah dirinya. Dia tau jika Ana sengaja ke Singapura untuk berkuliah di sana. Sebisanya Arga menengok Ana, tentu tanpa sepengetahuan Ana dan keluarganya. Tanpa sadar dia sudah melakukan hal itu sampai dua tahun lamanya. Dia masih belum bisa melupakan Ana ataupun melepaskan Ana.

Selama dua tahun itu pula, Arga tak pernah menatap perempuan lain. Hatinya seakan terpaku pada sosok Ana. Beberapa berusaha mendekat namun Arga mengabaikan semuanya, tak menggubrisnya sama sekali. Teman-temannya juga dengan Kalisa berusaha mendekat tapi Arga seakan mati, dia berubah. Selama dua tahun dia masih memikirkan Ana, bahkan cincin pernikahan itu masih setia dia kenakan hingga saat ini.

Arga menginjakkan kaki di Changi airport hari itu, keadaan mendung, tak ada matahari. Arga menyetop taksi dan memintanya mengantarkan ke salah satu HDB tempat di mana Ana tinggal. Baru saja turun dari taksi dan hendak menyebrang, dia melihat sosok Ana keluar dari gedung. Jantung Arga berdegup kencang, dia tersenyum tapi senyum itu hanya bertahan sejenak karena detik selanjutnya dia melihat seorang laki-laki tengah memayungi Ana dengan mantel. Ana tertawa dan tersenyum pada laki-laki itu. Pada Evan.

Setelah dua tahun lamanya, Ana masih dekat dengan Evan, tak seperti yang Arga kira. Dia melihat Ana tersenyum, menggenggam jemari Evan erat bahkan keduanya pun saling berpelukan. Arga tau, pintu yang dikira sudah terbuka ternyata bukan untuknya. Itu hanya angan-angannya untuk kembali pada Ana. Setelah dua tahun lamanya yang mampu membuat Ana tersenyum lebar seperti itu hanyalah Evan.

"Good bye, ... Floana," ucapnya sesak. Kata-kata yang tidak bisa dia ucapkan sampai saat ini.

Perasaannya berjatuhan, sama seperti hujan yang menimpa dirinya kini. Sekali lagi dalam hidupnya, Arga merasakan patah hati teramat dalam.

***

App Wattpad ngapa makin lama ngeselin, sih?

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Where stories live. Discover now