04. Unpleasant

Mulai dari awal
                                    

"Unik?" usai tanya bernada menantang itu, ia tarik tubuh Ryujin dengan satu kali hentakan untuk dekat dengannya.

Ryujin segera menjauh, kembali berusaha menarik tangannya untuk lepas. Sudut bibirnya yang tersenyum bergetar, kedua matanya sedikit menyipit menatap si pria. "Kau ada masalah denganku?" tanya itu bersamaan dengan nada geram. Masih mencoba untuk melepas tangan dari cengkaraman yang kian kuat. "Lepas!"

Begitu saja tangan Ryujin dilepasnya, namun gerakan cepatnya tak terbaca oleh si wanita. Dengan satu tangan yang mencengkram leher Ryujin kuat, pria itu menyudutkan Ryujin pada dinding di samping mereka.

"L-LEPAS!" Ryujin memberontak dengan kaki yang menendang serta tangan memukul.

"Nyawa Renjun segalanya untukku, tapi nyawamu bukan hal yang harus kupertahankan. Renjun bisa menyelematkan diri jika saja kau tidak ada di dalam mobil itu. Renjun memiliki kelemahan karena kehadiran dirimu, dan itu merepotkanku," semakin kuat tekanan tangannya pada leher Ryujin.

"LEE HAECHAN!" bentakan keras dari Minhyung bersamaan dengan pria itu menarik Haechan dan mendorongnya hingga terjerembap. Minhyung terlihat menahan diri untuk tak menyentuh Ryujin saat wanita itu sedang terbatuk. "Nona Shin kau baik-baik saja?"

Ryujin pejamkan matanya erat, lemah kepalanya mengangguk.

"Tidakkah kau berlebihan mendorongku seperti ini-" jeda pada kalimatnya membuat Minhyung dan Ryujin menatap Haechan dengan dua pandangan berbeda. "-Lee Minhyung?" setelahnya dia tertawa. "Kita ini teman lama."

"Keluar," nada suara Minhyung terlalu datar untuk menyatakan sebuah perintah.

"Aku masih ingin berbicara dengan Nona Shin Ryujin!" Haechan perlahan bangkit dari tempatnya.

"SEPERTI ITU CARAMU BICARA DENGAKU?! KAU PRIA GILA!" Ryujin memekik menyumpahi Haechan.

Alih-alih ada amarah karena diumpati, Haechan justru tertawa dan mengambil langkah mendekat. Ryujin mengambil posisi melindungi diri di balik tubuh Minhyung.

"Keluar! Aku tak mengulang perintahku!"

Haechan menggeram, suara giginya yang beradu terdengar samar, tangannya terkepal kuat di sisi tubuh. Matanya lurus menatap Minhyung di depan yang berjarak beberapa puluh centi. Tunjuknya berada di depan hidung Minhyung. "Lakukan tugasmu dengan baik, keparat! Aku tak ingin dia tersentuh kembali."

Minhyung tampaknya tak terintimidasi dengan kalimat Haechan, "lakukan pekerjaanmu dengan baik, bajingan. Ketahui posisimu dengan pasti. Sekarang keluar, jangan mengusik wilayahku!"

Haechan tarik langkah mundur, lalu tersenyum selayaknya mereka yang memiliki kepribadian ganda. "Sampai bertemu dilain waktu, Nona Shin Ryujin. Kulitmu halus, aku menyukainya." Ia tinggalkan ruangan itu dengan langkah tenang bahkan menutup pintu sopan.

"Siapa bedebah sialan itu?! Dia temanmu dan Renjun?!" Ryujin masih setia dengan pekikkannya.

Minhyung berbalik, tangannya terangkat mendekati wajah Ryujin. "Maaf, boleh aku melihat lehermu?"

Ryujin sejenak meredam kesal dengan anggukan lemah. "Dia temanmu? Jawab aku!"

Minhyung hati-hati menyentuh dagu Ryujin dan mendorong pelan ke kanan dan kiri untuk melihat leher Ryujin. Jejak tangan Haechan tak begitu jelas di sana, pertanda pria itu tak sepenuhnya mengelurkan kekuatan untuk menyakiti, hanya mengancam. "Ya, dia teman dekatku dan Renjun."

Jawaban Minhyung menyulut kembali emosi Ryujin, ia menarik diri dari jangkauan Minhyung. "Apakah lingkaran pertemanan kalian semenyeramkan ini? Aku bahkan tak pernah bertemu dengannya, lalu dia ingin membunuhku!"

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang