Night Call

113 16 0
                                    

Aku baru saja selesai mandi saat aku mendengar ponselku berdering diatas bantal. Nama Bob muncul. Tumben.

"Halo? Bob?"

Aku disambut keheningan sekitar tiga detik sebelum kudengar Bob bersuara. "Sudah mau tidur?"

Aku melihat jam di nakas samping tempat tidurku. Masih pukul 21.33 PM. 

"Belum. Aku baru saja selesai mandi. Ada apa, Bob?"

Bob menggerutu. "Kau pulang larut lagi? Kupikir kau sudah tidak lembur lagi akhir-akhir ini. Jangan terlalu sering mandi malam. Tidak baik untuk kesehatan."

"Berhenti mengomel. Kau sudah terdengar seperti Ibuku." 

"Oke. Oke. Kalau kau sakit bisa berbahaya. Aku hanya khawatir."

Aku menggantung handukku lalu segera naik ke atas tempat tidurku. Memeluk gulingku dengan ponsel menempel ditelinga. 

"Kenapa menelpon malam-malam, Bob. Kau bukan orang yang menelfon tanpa ada maksud." Sudah hampir sebulan, aku tidak melihatnya. Jadwalnya akhir-akhir ini penuh. Hingga sekedar menelpon pun tidak sempat. 

"Aku bebas menelpon siapapun sesuka hatiku," balasnya. "Tiba-tiba saja aku memikirkanmu. Jangan besar kepala dulu. Aku menelponmu karena aku tahu kau merindukanku, kan." 

"Bob, ku tutup ya." Ucapku malas. Ya walaupun memang benar aku merindukannya. Sedikit. Eh tidak. Banyak, sangat banyak.

Kudengar lagi dia tertawa diseberang sana. Mungkin sekarang dia sedang berada dibenua lain. Beribu kali kilometer jauhnya dariku. 

"Something bother your mind?" Tebakku. Bob memiliki pemikiran yang kurang lebih sama denganku sehingga aku tahu jika dia sedang memiliki masalah. 

Dia terlalu peka dan bisa menerka nerka apa yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu, Bob adalah satu satunya dalam grup yang bisa menengahi segala permasalahan tanpa memihak siapapun. Membuatnya harus memikirkan segala hal dengan hati hati. Dan terkadang itu membuatnya terbebani. 

"Ya, mungkin seperti itu. Tapi bukan masalah besar. Tidak apa-apa." 

Aku terdiam sejenak. "Bob, ada apa-apanya juga tidak apa-apa."

"Hhmm?"

"Seseorang pernah berkata. It's okay not to be fine. Kau boleh menangis, kau bisa marah. Kau juga bisa memilih untuk diam. Tapi jika suatu hari tidak bisa lagi kau tahan, cari aku dan aku akan mendengarkan ceritamu." 

Hening. 

"Seperti kata Jae. Ketika segala sesuatu berada di luar kendalimu, dan kamu telah melakukan semua yang kamu bisa, jangan menyesal!"

"Nana?" Suara Bob bergetar. Sepertinya dia sedang menangis.

"Ya?" 

"Terima kasih. Aku belum bisa menceritakannya padamu saat ini. Tapi aku janji, aku akan datang mencarimu nanti."

Aku tersenyum. Tiba-tiba aku ingin sekali memeluknya dan mengusap punggungnya. Menenangkannya seperti yang dia selalu lakukan padaku saat aku menangis. "Kembali kasih, Bob. Pintuku akan selalu terbuka untukmu."

Kami mengakhiri sambungan telepon itu dua jam kemudian setelah kami saling menceritakan hal hal yang terjadi selama sebulan terakhir. Dan Bob berkata akan menemuiku setelah dia pulang nanti. Malam itu, aku tertidur dengan nyenyak. 

---🐻🐻🐻---

Through A Day With Bob 🐻حيث تعيش القصص. اكتشف الآن