Sakura dan Hinata tiba di restaurant hotel pukul 7 pagi, mereka langsung menghampiri Naruto ketika pria itu melambaikan tangannya. Pria itu tidak terlihat sedang bersama Sasuke, maka Sakura tanpa ragu ikut saja ketika Hinata menariknya.
"Selamat pagi." Hinata mencium singkat pipi Naruto.
"Pagi—" pandangan Naruto beralih pada Sakura"—kau kuyu sekali seperti tidak tidur seminggu." Komentarnya.
Memang benar. Seusai ditinggal Sasuke di balkon semalam Sakura tidak tidur sama sekali, malah main dumb ways to die sambil menangis sesenggukan.
Sakura baru akan duduk ketika Sasuke tiba di meja Naruto dengan sarapan di tangannya.
"Ayo." Sakura kemudian menarik Hinata untuk duduk di tempat yang masih kosong, tidak lama kemudian Karin dan Shion menyusul duduk di tempat yang sama.
"Kau merusak sarapan pagi ku bersama pacar." Hinata rasanya ingin gigit bagian tubuh Sakura—mana pun—sampai berdarah. Sakura tidak menggubris sama sekali ucapan Hinata. Ia melirik sebentar Sasuke yang masih menatapnya lalu keduanya sama-sama buang muka. Karin tersenyum diam-diam memandang keduanya. Entah apa yang mereka bicarakan lagi semalam di balkon, tapi melihat keduanya perang dingin, pagi ini rasanya indah sekali untuknya.
"Aku ambil sarapan dulu." Ucap Sakura. Tasnya ia tinggalkan di kursinya.
Sakura ambil dua lembar roti dengan selai cokelat kesukaanya. Karin menyusul mengambil roti yang sama dengan Sakura kemudian kembali ke tempatnya. Setelah Sakura kembali, gantian sekarang Hinata yang ambil sarapan.
"Bodoh, air ku tertinggal." Gumam Sakura.
"Aku belum ambil sarapan, mau aku ambilkan sekalian?" Tawar Shion.
"Tidak usah, aku bisa sendiri." Ujarnya sambil berdiri dan berjalan menuju Hinata.
Sasuke meperhatikan Sakura dari jauh. "Teme, kalian bertengkar lagi?" Pertanyaan Naruto cuma dijawab gumaman olehnya. Sakura tampak pucat pagi ini, matanya sembab. Merasa diperhatikan, Sakura menoleh ke arah Sasuke, pemuda itu kemudian mengalihkan lagi pandangannya.
Hinata masih menunggu roti bakarnya selesai ketika Sakura sudah kembali duduk di tempatnya dan memulai sarapan dengan yang lain.
Sakura mengernyit, rotinya yang baik-baik saja di gigitan awal tiba-tiba rasanya aneh di suapan ke tiga. Tidak mungkin kan? Batinnya panik. Dibukanya roti yang ia bawa cepat-cepat.
Sial.
Selai kacang.
Buru-buru Sakura muntahkan kunyahan makanan yang masih ada di mulut, lalu disambarnya air mineral di atas meja. Sakura berdiri dengan kasar, menimbulkan suara decitan kursi yang keras, membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Sakura buka isi tasnya dengan tangan gemetar, tangan kirinya mulai menggaruk pipi kirinya. Kulitnya mulai memerah. Shion yang baru tiba di meja makan mereka memandang Sakura dengan heran, lalu beralih melihat Karin yang menampilkan mimik muka keheranan yang sama dengannya.
"Ugh" tidak ada, tidak mungkin, kemarin aku masukkan disini, ada dua. Kenapa tidak ada?
Sakura makin mengernyit. Ia mulai sulit bernapas.
"Sakura." Suara keras Sasuke terdengar di telinganya.
"Kheh.." Sebelum jatuh ke lantai, Sasuke menangkap tubuhnya.
"Dimana pen mu?"
"T-tas." Telunjuknya menunjuk ke arah tas yang ia simpan di kursi. Sakura sudah hampir tidak bisa bicara sangking sesaknya, rasanya seperti dicekik.
"Sakura." Hinata buru-buru menyimpan piringnya, rasa laparnya tiba-tiba hilang. Ia berlutut di dekat Sakura.
"Tolong pegangi dia dulu." Ucap Sasuke, pria itu mengobrak-abrik isi tas Sakura dengan brutal, dikeluarkannya semua isi tas itu ke lantai. Matanya menjelajahi dengan liar semua benda yang berserakan. Yang dicarinya tidak ada. EpiPen Sakura tidak ada disana.
YOU ARE READING
Is that real?
FanfictionUchiha Sasuke yang tidak pernah terlihat batang hidungnya tiba-tiba muncul dengan segala kharismanya. "Diam saja dia terkenal, apalagi buat ulah." Tidak ada yang pernah menyangka pria kalem itu bisa marah sehebat ini. Raut amarah begitu jelas terga...
