Chapter 02

391 58 8
                                    

Suara aduan pedang terdengar jelas olehnya, ia yang tadinya memimpin mundur kebelakang. Membiarkan rombongan ahli pedangnya maju menghadapi musuh. Menyiapkan pasukan penyerang jarak jauh.

"Tembak mereka." ujar Velyn sambil memberi sinyal pada para pemanah sihir.

Ribuan panah sihir menuju kearah musuh, tak terhenti sampai situ Velyn ikut meluncurkan ribuan panah sihir dari atas langit.

"Hancurkan mereka." gumam Velyn meyakini dirinya sendiri.

Melewati para pemanah, ia menuju para penyihir. Terlihat musuh juga memiliki pemanah sihir.

"Pelindung."

Zungg

Barier transparan muncul melindungi mereka dari serangan itu, tetapi ia masih tetap waspada dengan serangan selanjutnya.

"Cyan, dia berbahaya." gumamnya lagi sambil melihat kearah Cyan yang nampak beradu pedang dengan salah satu 'prajurit'nya.

"Ia belum mengeluarkan sihir gilanya itu." lanjutnya.

Ia harus menyimpan kekuatannya untuk melawan sihir gila yang akan dikeluarkan oleh Cyan nanti.

"Seperempat prajurit musuh tumbang." lapor Davie.

"Lanjutkan, mereka tak mungkin kalah dengan cepat." balas Velyn.

Davie mengangguk dan kembali berlari kearah musuh, menggunakan keahlian pedangnya dan sihir miliknya.

Velyn tersenyum melihatnya, Davie mungkin terlihat tak serius saat latihan. Tetapi ia terlihat sangat bersemangat dan serius saat ini. Mata miliknya berbinar dan semangat membara dalam dirinya.

Tak hanya Davie, Arion, Clarybel, Yuki, Hiro, dan para paman-bibi rempong pun nampak bersemangat. Kemenangan harus diraih, pikiran mereka terpaku oleh hal itu.

"Sihir api hitam, bersiap." seru Velyn.

Semua penyihir bersiap melemparkan serangan api hitam menuju musuh.

Blarrr!

Api hitam kini memenuhi wilayah itu, suara aduan pedang masih tak terhenti. Banyak prajurit yang tumbang karena terluka. Tetapi tak terhenti, karena ada penyihir penyembuh.

Karena itu, kini mereka berusaha saling mengetahui dimana keberadaan para penyihir penyembuh lawan. Jika penyihir penyembuh tumbang, maka kemungkinan kemenangan akan lebih besar.

"Dimana sih penyihir penyembuh mereka." gumamnya kesal.

30 menit sudah berlalu, kedua belah pihak terlihat tak ingin mengalah dan terus berusaha meraih kemenangan. Darah kini sudah memenuhi lapangan itu, bahkan beberapa mayat prajurit yang terlambat disembuhkan oleh penyihir penyembuh tergeletak begitu saja.

Velyn mulai nampak khawatir, pasukan miliknya kian menyusut karena kekuatan musuh lebih kuat dari yang ia kira. Ia bersyukur bulan hitam membantu mereka, jika tidak mereka akan habis seketika.

Ia beranjak kearah ibunya yang mengarahkan dan melindungi para penyihir penyembuh.

"Ibu, aku akan pergi mencari letak penyihir penyembuh mereka." ujarnya.

Teryna menoleh, nampak raut wajahnya seperti tak setuju namun Velyn memegang erat tangan ibunya itu dan meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja.

Teryna menghembuskan nafas pelan, ia mengangguk dan mengelus kepala Velyn dengan lembut.

"Berhati-hatilah, ibu akan memberitahu Yuki untuk menggantikan posisi mu." balasnya.

Velyn mengangguk dan berjalan menjauh dan melambaikan tangan sejenak pada ibunya. Ia mengaktifkan sihir penghilang diri dan berjalan penuh hati-hati kearah musuh, berjalan melewati para prajuritnya dan musuh secara diam-diam.

Dan juga mengaktifkan pelindung transparan disekitar dirinya jika ada serangan yang 'nyasar'.

Tiba-tiba matanya menangkap sebuah siluet hitam berjalan menjauh dari wilayah itu, anehnya ia merasa ingin mengikuti siluet itu. Keinginan mencari kartu as musuh hilang seketika dan kakinya berjalan mengikuti siluet hitam itu.

•*•*•

Trang!

"Kau pasti Vino, pangeran dari Caster Kingdom bukan?" ujar Arion.

"Kau tahu diriku ya." balas Vino sambil berusaha menahan serangan Arion dan membalasnya.

"Kau memang sanga ahli dalam berpedang, seperti yang Velyn katakan." lanjut Arion, ia menghunuskan pedangnya namun Vino dapat menahan serangannya.

"Sihir itu kelemahanku, jadi pedang adalah kelebihanku." balas Vino sambil menyerang Arion kembali.

"Aku tak menanyakan kelemahan ataupun kelebihanmu." balas Arion sambil menghunuskan pedang dan menggunakan sihir bola api.

Bwush!

"Aku tahu cara menggunakan sihir pelindung." balas Vino.

"Heh, kukira kau sangat bodoh dan lemah dalam sihir." ujar Arion meremehkan Vino.

"Sialan." geram Vino.

"Kalian sudah mengganti ingatan Velyn dan mengambil hak kami untuk hidup di Magic World, hari ini kalian akan kami kalahkan." ujar Arion sambil menghunuskan serangan bertubi-tubi.

"Mengganti ingatan? Kami tak mengganti ingatan Velyn!" balas Vino sambil berusaha menghalangi serangan bertubi-tubi itu.

"Kau kira aku akan percaya?" geram Arion dan memukul mundur Vino.

"Cih, kalian akan kalah. Kami mempunyai kekuatan yang lebih besar dari kalian." balas Vino sinis.

"Adikmu? Si Terpilih itu? Velyn pasti bisa mengalahkan dia." balas Arion tak kalah sinis.

"Kita lihat nanti siapa yang akan terkapar lebih dulu." balas Vino.

TBC•

Telat apdet hehehe, maapkuen aku~ idenya lari mulu cape ngejarnya :/ akhirnya ketangkep juga XD. Dan maaf kalau adegan perangnya ga epik-epik banget. Belum berpengalaman nulis peperangan seperti ini XD. Kalau ada kritik dan saran boleh comment saja atau mampir di akun saya~

Magic World : WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang