2. Undangan Makan Malam

303 28 2
                                    




Jungkook akhirnya tiba di rumah yang telah ia tinggalkan selama dua tahun ini. Tanpa perlu mengetuk ataupun memencet bel yang tersedia. Lelaki itu tahu jika rumahnya tak akan pernah dikunci jika akan ada keluarga mereka yang masuk. Tepat pada saat ia masuk, tatapan sang Kakak tertua telah lebih dulu menyapanya.

Menutup pintunya, Jungkook menghampiri Kakaknya yang sedang terduduk di sebuah sofa. Sepertinya ia sedang menunggu adiknya datang. Ya, karena sebelumnya dia menelepon dan meminta untuk segera pulang. Pria dengan postur tubuh yang tinggi itu bangkit. Menghampiri sang adik dengan satu pertanyaan yang sejak tadi membuatnya penasaran.

"Jungkook-ah, apa kau mampir ke suatu tempat?" tanyanya. Jungkook yang semula menunduk, kini telah mengangkat kepalanya untuk menatap sang Kakak. Satu detik kemudian ia mengangguk tipis, membuat Kakaknya meneduhkan pandangan dan merasa adiknya ini lumayan menyebalkan.

"Aku pergi ke rumah Mirae!"

Kim Namjoon, tersentak ketika mendengar adik sepupunya menyebut nama wanita itu. Nama seorang wanita yang telah membuat keluarganya retak, berantakan dan tidak baik-baik saja selama beberapa waktu. Namjoon benar-benar tak habis pikir, apa yang Jungkook lakukan sebenarnya?

"Untuk apa?! Kau ingin pria itu memukulmu lagi, hah?!" tanya Namjoon dengan suara yang meninggi. Jungkook—dengan potongan rambut cepaknya menggeleng. Ia pun memutuskan untuk duduk dan meletakkan ranselnya di atas meja. Menarik napas panjang—lalu menjawab, "Aku datang karena aku merindukan Mirae. Memangnya kenapa, apakah salah?!"

Namjoon menepuk dahinya. Menahan kesal dan ikut duduk di sebelah Namjoon. "Hanya karena kau merindukan dia, kau rela malam-malam seperti ini datang ke rumahnya. Tapi, aku yakin sekali—kau pasti gagal menemui Mirae dan Taehyung juga tidak mengetahui kedatanganmu!" sahut pria itu. Jungkook menoleh untuk merespon kalimat Namjoon. "Jika Taehyung mengetahui kehadiranmu, kau pasti pulang dengan keadaan penuh luka, " sambungnya.

"Kau benar, Hyung. Beruntung aku tidak bertemu dengan Taehyung, tapi aku juga tidak berhasil menemui Mirae. Aku hanya melihatnya saat berhasil membuka jendela dapurnya. Tapi, tiba-tiba saja Mirae berteriak dan menunduk takut. Jadi, aku memutuskan untuk pergi sebelum suaminya melihatku."

Namjoon hanya bisa menarik dan membuang napasnya. Entah apa lagi yang Jungkook rencanakan, tapi orang itu tak pernah takut jika harus berhadapan dengan Taehyung. Bahkan dengan cara nekat seperti ini, tengah malam pula. Bayangkan jika saja Taehyung tahu, sudah bisa dipastikan Jungkook akan babak belur saat pulang ke rumah ini.

Di tengah obrolan mereka, sang Nenek datang dengan mengenakan pakaian tidurnya. Awalnya ia mengira Jungkook akan pulang besok pagi, namun ternyata ia mendengar suara cucunya dan langsung keluar untuk menyambut kedatangannya.

"Jungkook-ah!" panggilnya. Jungkook menoleh, langsung bangkit dan memeluk Neneknya. Senang sekali dapat melihat sang Nenek setelah selama ini ia tinggalkan untuk menjalani tugas sebagai warga negara yang baik. Melepas pelukan itu, sang Nenek mengusap lembut rambut cucu kesayangannya.

Mereka pun duduk dan akan mengobrol sedikit meskipun jam sudah menunjukkan pukul dua belas lebih. "Nenek senang, akhirnya kau kembali. Setelah ini, kau tidak boleh lagi menolak saham itu, " kata wanita tua bernama Jeon Jiyoon itu. Jungkook melunturkan senyum saat Jiyoon mengatakannya. Tapi sungguh, Jungkook sangat sensitif membahas tentang ini.

"Nek, cucumu ini baru saja kembali dari tugasnya. Tolong jangan bahas itu sekarang. Dan … seharusnya Nenek sudah tidur, 'kan?" ungkapnya dengan suara yang sangat lembut, takut jika menyinggung Neneknya. "Tidak, Nenek harus membahas itu sekarang—dan keputusanmu harus Nenek dengar besok. Ingat, Jungkook—kebaikan keluarga ini ada di tanganmu. Jika kau menolak lagi, itu artinya kau membiarkan keluargamu hancur, " ujar sang Nenek setelah itu ia bangkit dan masuk ke kamar lagi.

BETRAYAL On viuen les histories. Descobreix ara