Penghujung

1K 128 54
                                    


•••

"Kunjungan lagi?"

Jimin mengerutkan alis, selepas pesta pora dengan rekan kerja karena menang tender, Jimin tidak percaya Yoongi berjongkok di depan pintunya, Seokjin pesolek sudah menghilang, mungkin meninggal; Jimin ingin mengamininya kalau benar.

"Aku kesepian."

Jimin mendengus aneh, sejak kapan Yoongi yang idealis nan mandiri kesepian. Sayangnya, karena Cinta Jimin terima-terima saja keberadaan Yoongi, si pucat itu masih berdiri di tempatnya bahkan sampai Jimin membuka sandi kondominiumnya. Jimin menoleh dan mengangkat alis. "Kenapa masih berdiri di situ?"

"Kenapa sandinya belum di ganti?"

Raut wajah Jimin tampak seperti kemarin, saat Seokjin memergoki siapa Min Yoongi yang selama ini di puja sang adik bahkan sampai di mimpi sekalipun. Yang ini bahkan lebih parah, seperti baru saja mengintip celana dalam bergambar apa yang sedang Yoongi gunakan.

"I-ini kondominiumku! Terserahku 'lah."

"Yasudah, masuk."

Mata Jimin melotot horror begitu Yoongi malah berjalan masuk ke kondominiumnya. Mana—apa apaan itu. Untuk apa pula jalannya sengaja di liuk liukkan begitu? Dan hoodienya—astaga. Jimin bahkan tidak yakin Yoongi memakai celana dengan hoodie yang sampai lututnya itu.

"Kau—"

"Tidak usah protes. Aku memang niat berkunjung, bukan untuk mengajakmu bertarung."

Bungsu Park meneguk ludahnya kasar. Mengikuti langkah Yoongi masuk lalu menutup pintu. Entahlah, ia merasakan alarm berbahaya begitu saja setelah pintunya tertutup.

"Jimin—"

Suaranya entah mengapa jadi seksi sekali saat memanggil nama Jimin. Jimin mengumpat dalam hati, berkali kali merutuk karena bisa bisanya ia berpikir mesum di saat seperti ini.

Tapi, sialan sekali. Ia pikir Yoongi akan melanjutkan ucapannya itu dari tempatnya berdiri tadi. Ternyata, marga Min itu justru mendekat lalu menarik dasinya. Membuat tubuhnya merendah.

"Aku boleh memasak?" Tanyanya, seperti kucing nelangsa. Jimin mengigit bibir dengan alis berkerut, Yoongi mungkin tidak sadar perbuatannya kali ini membuat Jimin bersemu nyaris mimisan. "Tentu. Gunakan saja dapurnya."

Bicaranya begitu cepat. Takut jika ia bisa mengucapkan kalimat lain seperti mau kubuka sekalian celanamu? lalu berakhir dengan Yoongi dan Jimin yang telanjang dengan bau sperma bersimbah di tubuh keduanya. Sumpah, Jimin tidak berniat untuk berpikiran kotor tapi Min Yoongi yang ada di hadapannya ini jelas membuat fungsi otaknya jadi eror.

Kaki mulusnya itu, dude. Pening menyergap Jimin seketika itu juga. Seharusnya ia mempunyai air suci untuk sekedar menyiram kepalanya yang dijadikan sarang setan mesum.

"Kau seperti hendak melahapku sampai kakiku patah."

Yoongi masih di hadapannya, dan baru saja membisikkan kalimat itu di telinganya. Double sialan. Kenapa Yoongi dan Seokjin sama saja menghancurkannya? Seokjin menghancurkan kepalanya, sedang Yoongi menghancurkan hatinya.

"Kenapa kau mendadak jinak?"

"Oh, tidak suka?" Yoongi mengerdip, dari berkacak pinggang menjadi melipat tangan menantang, sedikit berjinjit mencoba menyamai tinggi Jimin yang sedikit menjulang.

00:00 [my]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang