RnS #14 pt.2

Mulai dari awal
                                    

Chelsea menatap Rainer dan roti itu bergantian.

"Buka mulutnya," perintah Rainer menjelaskan apa yang seharusnya Chelsea lakukan.

Sesuai perintah, Chelsea membuka mulutnya. Memberi akses Rainer menyuapi Chelsea sebelum akhirnya tersenyum gemas melihat pipi Chelsea yang sedikit menggembung ketika mengunyah.

Rainer menarik-narik pipi Chelsea, membuat korbannya mengomel. Ia memilih beralih dari sana. Mencegah pertikaian baru yang mungkin saja muncul ketika menyadari dia yang memperhatikan dari kejauhan.

Niat Rainer bercanda dengan Chelsea murni karena ia merasa nyaman dan ingin dekat dengan gadis itu. Jika lebih lama bertahan di sana dengan telah menyadari keberadaan Alvero, bukan tidak mungkin masalah baru akan menghiasi deret masalah yang tengah mereka hadapi.

*

"Lewat 7 menit dari bel." ucap Rainer menyombongkan posisinya yang tiba lebih awal dibanding Chelsea di parkiran sesuai perjanjian.

"Aku liat Kak Rainer juga baru nyampe ya."

"Bukti?"

"Ayok liat cctv." tantang Chelsea didukung fakta.

"Cctv cuma boleh dilihat orang-orang penting di Tarsa, bukan buat umum." cibir Rainer sepertinya hobi sekali menyombongkan diri.

"Tau ah. Kenapa panggil aku ke sini?"

"Temenin gw beli sesuatu," pinta Rainer sengaja sepotong, berharap tanggapan Chelsea.

"Tapi aku ada latihan. Hari ini bareng anak parkour juga."

Rainer yang awalnya sudah tak berminat menunggu, makin tak suka jika Chelsea harus kembali latihan bersama yang disebut anak parkour tadi.

"Yang gw mau beli tuh spesial, buat cewek spesial. Nggak bisa di nomor dua kan." jelasnya sengaja provokatif yang sayangnya tak begitu ditanggapi Chelsea. Tau jika tanggapan yang diharapkannya tak akan didapat, Rainer menggandeng Chelsea ke mobil.

Kali ini tak sadar sebuah tatapan terluka yang lekat mengiringi keduanya.

Tujuan Rainer ternyata sebuah toko pernak-pernik. Seperti saat memasuki playground kemarin, manik hitam gadis itu kembali berbinar melihat banyaknya hiasan yang disajikan.

Kali ini tak meminta saran soal jenis benda yang harus dipilihnya, Rainer langsung mengajak Chelsea ke pernak-pernik yang sudah ia ketahui letaknya.

"Bagus yang mana?" tanya Rainer membahas dua model mahkota di hadapan mereka.

Chelsea ikut menilai dua hiasan kepala itu. Sejujurnya salah satu model mahkota menarik perhatiannya. Gaya simpel seperti itu pasti pas membuatnya menjadi pusat pesta namun samasekali tidak berlebihan. Satu mahkota lainnya juga bagus, namun menurutnya itu lebih cocok untuk anak-anak.

Ia beralih melirik harganya. Napasnya tertahan ketika menyadari hiasan kepala itu dihargai lebih dari empat ratus ribu.

"Ini aja kali ya?" putus Rainer bahkan tak menunggu lagi tanggapan Chelsea yang tadi dimintanya.

Rainer meminta pelayan toko untuk segera mengemas mahkota dengan model lebih kekanakak satu itu. Chelsea pun tak mau berkomentar lebih lanjut, apalagi dengan ucapan Rainer jika yang akan ia beri ini adalah seseorang spesial nya. Rainer pasti lebih tau selera gadis itu.

Rainer & ChelseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang