02- Alana Husaein Putri

23 11 5
                                    


"Becanda kali gue. Lagipula kan gak mungkin Alana suka Rangga," goda Arsi sambil mengedipkan matanya.

"Kalian apaan sih, gak jelas banget." Alana menghentikan obrolan yang berkaitan dengan Rangga.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, hal yang sangat membahagiakan para siswa dan siswi. Alana dan teman-temannya pergi menuju gerbang sekolah.

"Yakin lo Al, gak mau barengan kita aja?" tanya Anggun yang biasa berbarengan dengan Adisti menggunakan mobil.

"Rumah kita beda arah Nggun," balas Alana.

"Gapapa rumah kita beda arah, yang penting hati kita selalu satu," ucap Arsi dengan nada manjanya.

"Goblok," desis mereka bertiga.

"Atau lo mau bareng gue Al?" tanya Arsi, Alana hanya menggelengkan kepala.

"Kami duluan Al, Si," ucap Adisti dan Anggun berbarengan.

"Oke hati-hati," balas Alana.

Tak lama kemudian Arsi dijemput oleh orang tuanya. Alana bergegas menuju halte bis untuk segera sampai ke cafe tempatnya bekerja. Hidup tanpa ayah membuatnya harus mandiri karena semua keperluannya tak mungkin ditanggung oleh ibu apalagi neneknya.

Saat Alana menunggu, tiba-tiba ada motor besar berwarna merah berhenti didepannya. Alana mendongak.

"Bareng gue yuk," ajak cowok itu saat sudah melepas helm, yang tak lain tak bukan adalah Rangga.

"Ehh gausah, gue nunggu bis aja." Alana menolak secara halus, Ia masih tak enak atas hatinya tadi yang mengira bahwa Rangga adalah cowok buruk.

"Udah ayuk." Rangga menarik tangan Alana, mau tak mau Alana naik ke motornya.

Dilain sisi, Rangga terbingung dengan hati dan pikirannya. Entah mengapa dia mengantarkan seorang cewek pulang apalagi ini cewek yang baru dikenalnya tadi. Itupun karena paksaan buk Wenda.

~'~

Alana menunjukkan jalan kerumahnya, entah mengapa rasanya tak enak jika ia meminta diantar ke cafe. Padahal, jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.

"Makasi," ucap Alana. Rangga hanya tersenyum tipis lalu pergi.

Alana telah sampai didepan rumah, keadaan begitu sepi membuat kesan rumah tak berpenghuni. Alana lelah sekali, setelah belajar yang menguras otak. Ia harus bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhannya.

Alana tinggal bersama bunda dan neneknya serta Devan, adik lelaki Alana.

Alana langsung masuk kerumah sederhananya guna mengganti pakaian untuk bekerja.

~'~

"Aduhh. Maaf pak saya telat," ucap Alana pada manager cafe.

"Gapapa Alana," balas manager cafe yang bernama Pak Budi. Ia terlihat begitu menyayangi Alana, katanya sih Pak Budi tidak mempunyai anak perempuan. Mungkin itu jadi penyebabnya.

"Makasi Pak." Alana langsung melesat mengerjakan pekerjaannya dengan senyum yang merekah. Kebiasaan Alana agar orang lain melihatnya selalu senang padahal itu hanyalah topeng.

Alana berjalan menuju meja ke meja guna mencatat pesanan pelanggan. Namun, Ia terhenti saat berdiri di meja nomor 5, itu Rangga dan teman-temannya. Alana berjalan ragu ke meja tersebut.

"Mau pesen apa mas?" tanya Alana ramah.

"Mau pesen..." Aldi terdiam saat melihat siapa yang bertanya, begitupun teman-teman yang lain termasuk Rangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang