1

149 40 5
                                    

Berucap itu mudah, melakukannya yang sulit

***

    Jam menunjukkan pukul 03.30WIB.  Saatnya, membantu ibu melakukan pekerjaan rumah. Meski, hanya menyapu, mengepel, dan mencuci piring. Aku tak seperti remaja lainnya, yang bangun pukul 5 pagi atau bahkan pukul 6 pagi. Dibangunkan dengan cara Ibu masuk kamar dan membuka gorden. Itu bukan aku. Aku berbeda dengan mereka. Kehidupanku berbeda.

"Ara, kamu ko bengong. Itu air kerannya kamu biarin nyala?" seketika lamunanku buyar. Ternyata aku dari tadi melamun dan tak sadar air keran yang aku gunakan untuk mencuci piring terbuang sia-sia. Ahh, lain kali aku ga boleh ceroboh begitu.

"Eh iya mah, maaf." kataku.

"Jangan dibiasain melamun pagi pagi, ga baik sayang. Nanti kesambet loh." Ibuku berkata sambil mengelus rambut ikalku. Aku hanyak membalas dengan deheman dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

    30 menit berlalu, akhirnya pekerjaanku sudah selesai. Saatnya, aku masuk ke kamar dan membaca ulang materi yang akan dipelajari pagi ini di sekolah. Masih ada waktu setengah jam untuk mengulang.

Btw, aku belum memperkenalkan diriku. Aku lupa.

Namaku Daisy Arratusa. Umurku 17 tahun. Ayah dan mamahku bernama Aryo Astoro dan Vega kalista. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku namanya Dirga Arrio. Aku dengannya hanya terpaut umur 3 tahun. Kakakku itu jahilnya minta ampun, suka buat Daisya ngambek dan akhirnya aku yang harus membujuk adikku itu. Tapi, sekarang ga ada yang nganggu Daisya lagi, karena kakakku berada di Inggris untuk menyelesaikan S1 nya.

Nah, adikku namanya Daisya Darratusa. Kenapa namaku dan adikku hampir sama? Hanya beda huruf A dan I? Karena kata mamah, dulu mamah pengen punya anak kembar tapi ga kesampean dan akhirnya aku dan Daisya dianggap anak kembar. Padahal aku dan Daisya beda. Daisya suka bergaul, teman-temannya banyak. Sedangkan aku? Aku tidak suka tempat keramaian, aku sulit bergaul dengan orang lain. Aku hanya akrab dengan sahabatku, anak OSIS dan anak club matematika. Aku lebih cendurung pendiam dan Daisya ceria. Sepertinya perkenalanku sampai di sini saja yah. Lain waktu aku lanjut.

    'Kring'
Jam alarmku berbunyi. Artinya, sebentar lagi azan subuh berkumandang. Aku segera menutup buku dan memasukan kembali ke dalam tasku. Lalu, aku bergegas mengambil air wudhu dan turun ke bawah untuk sholat subuh berjamaah. Setelah sholat berjamaah, aku membantu Mamah menyiapakan sarapan.

"Pagiii semuaa." teriakan itu masuk ke dalam indra pendengaranku.Sudah menjadi kebiasaan di pagi hari, Daisya menyapa kami semua.

"Kamu bukannya bantuin mamah sama kakak kamu nyiapin makanan, malah teriak teriak." Tegur Ayah.

"Ish, Ayah mah gitu orangnya." Ucap Daisya sambil mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai coklat. Aku yamg melihat interaksi antara Ayah dan Daisya hanya terkekeh.

"Sudah, mari mulai sarapan nanti kalian telat loh sekolahnya!" Kata Ibu. Aku duduk di samping Daisya, sedangkan ibu duduk berhadapan denganku. Aku mulai menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutku. Aku lebih memilih memakan nasi di pagi hari daripada roti. Karena bagiku sarapan roti tidak membuat kenyang.

"Oh iyah mah, Aku nanti pulang telat. Soalnya, aku mau ada jam tambahan di kelas." kataku memberitahu.

"Iyah sayang." jawab mamah.

Journey Of LifeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum